Wednesday, December 11, 2013

Fungsi Aplikatif Penyuluh Agama Kristen



Disampaikan pada Peminaan Penyuluh Agama Kristen Non PNS Propinsi DKI di Bogor, 30 Oktober 2012
REFLEKSI TEOLOGIS (YESUS SEBAGAI TERANG DUNIA) FUNGSI APLIKATIF PENYULUH AGAMA KRISTEN
Pdt. Juliman Harefa, Th.M

PENDAHULUAN
            Tulisan ini adalah sebuah refleksi teologis -Yesus sebagai terang dunia- fungsi aplikatif penyuluh agama kristen.   Bertitik tolak dari judul materi pembinaan yang diberikan oleh Kementrian Agama kantor wilayah DKI Jakarta pada pelaksanaan pembinaan Penyuluh Agama Kristen di Bogor kali ini, maka penulis mengawali tulisan ini dengan membahas tentang Misi Kristus dalam dunia, Yesus adalah terang dan Yesus sebagai penyuluh.
            Mencermati arti dan istilah kata penyuluh yang berasal dari kata suluh yang artinya barang yang dipakai untuk menerangi, seperti obor. Dan penyuluh diartikan sebagai pemberi penerangan, penunjuk jalan, pengintai[1] (Kamus Besar Bahasa Indonesia, Depdiknas, Jkt, 2008, hl.1386).  
            Maka istilah tersebut di atas digunakan sebagai padanan kata terhadap studi dan refleksi teologis dalam materi ini yang sebagai approching terhadap peserta dan pembaca makalah misi supaya lebih "cepat" dalam mengaplikasikannya dalam memahami fungsi sebagai Penyuluh Agama Kristen.
            Sehingga dalam makalah ini pembaca akan bertemu dengan istilah TERANG dan PENERANG atau penyuluh, kedua istilah ini yang melekat kepada Yesus sebagai sumber dari terang dan pemberi penerangan, yang dalam dapat dianalogikan juga bahwa Yesus sebagai message dan messenger.  Sedang istilah penyuluh itu sendiri digunakan kepada penyuluh agama kristen dalam konteks pembinaan ini.

I.  MISI KRISTUS DALAM DUNIA
            Memahami pendapat David J. Bosch tentang reflektif terhadap Perjanjian Baru sebagai sebuah dokumen Misi, terlihat bahwa dalam pengantar missiologinya, ia mulai dari pelayanan Yesus dan gereja mula-mula. Sebab Perjanjian Baru memberikan kesaksian terhadap pergeseran dasariah bila dibanding dengan Perjanjian Lama.  Bosch memperjelas maksudnya dengan mengatakan;
            “Dalam meneliti pergeseran paradigma dalam pemikiran misi saya bermaksud menyatakan bahwa perubahan paradigma yang pertama dan besar terjadi dengan datangnya Yesus dari Nazareth dan apa yang terjadi sesudah itu.” [2] 
            Pergeseran paradigma dasariah tersebut terletak pada peranan Israel bagi Allah dan dunia dengan peranan Yesus bagi Allah dan umat manusia. Kuiper menjembatani hal itu dengan penjelasan,
            “Pemberitaan dan tindakan Yesus terhadap orang-orang kafir merupakan kebalikan mutlak dari proselitisme Yahudi. Telah kita lihat bahwa usaha proselitisme kurang berdasarkan eskatologia, tetapi merupakan antisipasi dari janji-janji Allah, di dalam ketidaksabarannya. Tetapi dalam PB titik tolak adalah pengharapan eskatologis mengenai pertobatan bangsa-bangsa dan penyembahan bangsa-bangsa dan menyembah mereka kepada Allah yang benar dan tunggal.”[3]
            Sedangkan inti-pusat berita injil ialah maklumat Yesus tentang kerajaan Allah yang telah mendekat.  Dan pemerintahan Allah (basileia tou theou) merupakan pusat seluruh pelayanan Yesus, dengan kata lain pemerintahan Allah “ titik awal dan konteks untuk misi Kristus “. [4]  Menyusul kemudian peran gereja mula-mula.
            Untuk memahami lebih dalam maksud Yesus dan pemerintahan Allah sebagai titik awal dan konteks untuk misi-Nya, berikut pembahasan tentang inkarnasi Yesus Kristus, Amanat Agung dan perintah pada pasca kebangkitan Yesus serta respon para murid dan rasul dalam merefleksikan misi Kristus dalam pelayanan mereka.
            1. Inkarnasi Yesus Kristus
                        a. Yesus adalah utusan Allah
                        Inkarnasi adalah bukti Missio Christi dalam arti Kristus diutus oleh Allah: In Jesus of Nazarath God acted to disclouse Himself to humanity. “ The word become flesh and dwell among us … and we have behold His glory ….…” ( John 1: 14). Jesus is God‘s  self-disclure.[5]
            Dalam Inkarnasi Kristus, Allah menyatakan diri-Nya dalam sejarah manusia dan dalam sejarah dunia dan dalam sejarah keselamatan sebagai realisasi misi pengutusan Kristus.   Yesus Kristus menjadi utusan  Allah untuk manusia. “ Jesus Christ was God’s missionary to us. ( John 17:18 )”. [6]
            Richard A.D Siwu mengutip afirmasi G. Lausanne Covenant ( 1974 ) bahwa Kristus mengutus orang-orang yang telah Ia tebus ke dalam dunia sama seperti Bapa telah mengutus-Nya dan karenanya panggilan ini merupakan suatu pelaksanaan yang dalam dan penebusan yang tidak ternilai atas dunia ini. [7]
            Inkarnasi adalah bukti Missio Christi dalam arti Kristus diutus oleh Allah. Dalam Inkarnasi Kristus, Allah menyatakan diri-Nya dalam sejarah manusia dan dalam sejarah dunia dan dalam sejarah keselamatan sebagai realisasi misi pengutusan Kristus. Yesus Kristus menjadi utusan, dan Kristus mengutus orang-orang yang telah Ia tebus ke dalam dunia sama seperti Bapa telah mengutus-Nya dan karenanya panggilan ini merupakan suatu pelaksanaan yang dalam dan penebusan yang bernilai kekal.
                        b. Untuk Mati di Kayu Salib
                        Inkarnasi Kristus ke dalam dunia tidak hanya untuk bangsa Israel saja tetapi untuk seluruh umat manusia, “ He is the saviour not only for Israel but for the people. Though He come into the world in the historic context of Israel, He commenced His ministry in Galilee “ of the gentle’( Matt 4: 15)”. [8]
            Kematian Kristus di kayu salib merupakan puncak inkarnasi-Nya. Dengan kematian-Nya tersebut, Ia telah menghapus dosa ( Ibrani 9:26). Henry C. Thiessen menyimpulkan bahwa, fakta kematian Kristus merupakan suatu tujuan yang berhubungan dengan penjelmaan. Penjelmaan bukanlah merupakan tujuan; penjelmaan adalah sarana untuk mencapai tujuan penebusan orang terhilang lewat kematian Kristus di atas kayu salib. [9]
            Salib adalah “rekomendasi “ pengutusan murid-murid untuk melaksanakan misi Allah yang tidak dapat diwujudkan bila para murid atau pekabar-pekabar Injil merasa kuat dan percaya diri tetapi apabila lemah dan tak berdaya.[10]
            Inkarnasi Kristus ke dalam dunia tidak hanya untuk bangsa Israel saja tetapi untuk seluruh umat manusia.  Kematian Kristus di kayu salib merupakan puncak inkarnasi-Nya. Dengan kematian-Nya tersebut, Ia telah menghapus dosa- lewat kematian Kristus di atas kayu salib.
                        c. Menghancurkan Pekerjaan Iblis
                        Tujuan inkarnasi Kristus menyangkut juga pada misi-Nya untuk menghancurkan pekerjaan iblis (band 1 Yoh 3:8 dan Kisah 10:38).  [11]
            2. Pasca Kebangkitan Kristus
                        a. Amanat Agung
                                    Amanat Agung dalam Matius 28: 18-20 berbunyi:
“KepadaKu telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi. Karena itu, pergilah jadikan semua bangsa muridKu dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang Ku perintahkan kepadamu. dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.”[12]         
            Tuhan Yesus Kristus mengawali Amanat Agung-Nya dengan kuasa, memberi kekuatan, motivasi dan keberanian kepada para murid untuk mengabarkan Injil.  Kalimat  “kepadaKu telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi”, menunjukkan bahwa Yesus memiliki kuasa yang tertinggi, oleh sebab itu Yesus bukan hanya pengutus tetapi juga berita yang harus diproklamirkan.
            Dengan kuasa-Nya yang melampaui   segala kuasa di langit dan di bumi, Yesus memberikan amanat ini. Inilah yang menjadi kekuatan bagi para murid untuk memproklamirkan Yesus,  Juruselamat dunia.[13]
            Kata “pergilah”  pergi adalah satu kata kerja pembantu kepada kata kerja pokok yaitu “ menjadikan murid “.             Dengan demikian perhatian dalam Amanat Agung bukan pada kata “ pergi”  sebab kata tersebut bukan dalam bentuk kata kerja. Tetapi perhatian terhadap Amanat Agung pada kata “ menjadikan murid”.
            Kata “ menjadikan murid” [14] adalah perintah utama yang harus dilakukan dalam Amanat Agung.   Disini secara tegas Allah mewujudkan keterlibatan umat-Nya dalam menjalankan misi-Nya. Umat Allah (para murid) diperintahkan untuk “ menjadikan murid” (menghimpun bagi Allah suatu umat) melalui pergi, mengajar dan membaptis. [15]
            Bosch menjelaskan pula bahwa bagian terakhir dari “ Amanat Agung’ menyebutkan “ajarlah mereka melakukan segala sesuai yang telah kuperintahkan kepadamu” ( Mat 28:20).
            Jadi dapatlah disimpulkan bahwa ada  3 implikasi penting dari Matius 28:16-20, yakni ada satu wewenang atau kekuasaan yang dikonfirmasikan, Ada satu perintah yang disampaikan (ay 19-20a) dan ada  satu janji yang diberikan sebagai jaminan atas  wewenang/kekuasaan dan tugas yang dipercayakan (ay 20b).
            Dengan demikian bagi para murid, dan -tentunya- para penyuluh melanjutkan misi Kristus bagi dunia adalah tanggungjawab sebagai umat yang telah ditebus dan diselamatkan, untuk memproklamirkan Yesus, yang menyelamatkan umat-Nya melalui inkarnasi, hidup, penderitaan, kematian dan kebangkitan-Nya.
            b. Amanat Untuk Bersaksi
            Kebangkitan Kristus merupakan proklamasi kemenangan Kristus dan hari Proklamasi Kemerdekaan orang berdosa.[16] Jika Kristus tidak dibangkitkan maka sia-sialah pemberitaan Injil dan sia-sialah kepercayaanmu dan kamu masih hidup dalam dosa ( Band. 1 Kor 15:14 dan 17).
              Proklamasi kemenangan Kristus dan proklamasi kemerdekaan orang percaya yang harus diproklamirkan oleh para murid dan rasul serta semua orang yang telah menjadi bagian keselamatan Allah proklamasi Injil mengandung keselamatan Allah. Proklamasi Injil mengandung berita pertobatan, pengampunan dosa dan keselamatan.
              Kristus memandatkan hal itu dalam Kisah Rasul 1:8 tetapi kamu akan menerima kuasa, jikalau Roh Kudus turun ke atas kamu akan menjadi saksiKu di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi.

II. Yesus  adalah Terang dunia
            Yohanes 8 : 12a. Maka Yesus berkata pula kepada orang banyak, kata-Nya, "Akulah terang dunia;
            Arti dan makna Yesus sebagai terang dunia secara teologis, menurut  Clarke[17] adalah I am the light of the world - The fountain whence an intellectual light and spiritual understanding proceed: without me all is darkness, misery, and death. artinya ialah bahwa Yesus menyatakan kepada umat manusia bahwa Dia adalah sumber pengenalan akan terang hidup dan sumber untuk mendapatkan arti iman.  Tanpa Yesus yang ada adalah kegelapan, penderitaan dan kematian.
            Penegasan diri Yesus, “Aku adalah terang dunia” (Yoh. 8:12) adalah salah satu dari tujuh pernyataan “Aku adalah” (ego eimi) di dalam Injil Yohanes.  Penyelidikan Alkitab menunjukkan bahwa penegasan yang unik “Aku adalah” yang ditegaskan Yesus dalam Injil Yohanes mempunyai kesejajaran arti dengan penegasan “Aku adalah Aku” dari Allah ketika ia menyatakan diri-Nya sebagai Tuhan perjanjian (YHWH) kepada Musa  dalam Keluaran 3:14. Jadi melalui penegasan “Akulah terang dunia,” Yesus sedang menegaskan identitas dan otoritas dan hak keilahian-Nya, sekaligus penyataan karakter diri dan tindakan penyelamatan-Nya bagi umat manusia. Ia yang adalah Tuhan Allah, adalah pemberi terang keselamatan kepada manusia berdosa.
                       
III. Yesus sebagai Penyuluh
Yoh 8:112b...barangsiapa mengikut Aku, ia tidak akan berjalan dalam kegelapan, melainkan ia akan mempunyai terang hidup."
            Peran Yesus sebagai penyuluh sangant jelas dalam perikop teks perikop tersebut dia atas yang menyatakan bahwa Dia adalah terang dunia sekaligus sebagai penyuluh, konteks pernyataan ini adalah disaat Yesus sedang mengajar  di Bait Allah. Ahli-ahli Taurat dan Farisi mencari Yesus ketika Ia dikerumuni orang banyak. Niat mereka adalah untuk menjebak Yesus dan membuat Ia bersalah dihadapan pemimpin-pemimpin termasuk pemimpin dalam pemerintahan sipil (Romawi). 
            Mereka menempatkan Yesus sebagai hakim atas kesalahan dan dosa yang dilakukan oleh perempuan yang berzinah tersebut. Kendati hal itu mereka lakukan dengan maksud untuk mencobai Yesus (ayat 6a), namun alasan yang mereka ajukan begitu sangat serius, yakni perbedaan 2 hukum (hukum agama dan hukum sipil). Jika menuruti hukum Taurat Musa, perempuan yang demikian harus dihakimi - dihukum mati dengan cara dilempari dengan batu sampai mati (ayat 5, bdk. Imamat 20:10; Ulangan 22:22-24).
            Penghakiman dalam konteks demikian tidak hanya dilakukan sebagai reaksi spontan atas tindak kejahatan dan dosa perzinahan tetapi juga semakin menemukan motifnya yang suci yakni sebagai usaha pembelaan atas tegaknya hukum Taurat. Dengan kata lain, melempari si pendosa itu dengan batu sampai mati adalah suatu kebenaran seturut hukum. Tetapi pada masa itu hal semacam ini tidak sesuai hukum sipil Romawi. Tuhan Yesus mengerti persoalan itu, bahkan lebih dalam, yaitu bahwa persoalan moralitas itu dibawa oleh mereka yang hendak menghakimi perempuan itu adalah juga orang-orang yang berdosa. Mereka merasa diri orang benar dan hanya bisa melihat serta menilai kekurangan dan kesalahan orang lain, kemudian menghakimi.
            Yang menarik dan menjadi pembelajaran -tentunya bagi para penyuluh- adalah tindakan yang dilakukan oleh Tuhan Yesus dalam menghadapi masalah ini; Setelah mereka itu terus-menerus bertanya kepada Yesus, Dia menjawab pertanyaan mereka dengan penuh otoritas : "Barangsiapa di antara kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu." (ayat 7).
            Taktik mereka gagal total.  Yesus tidak melanggar hukum Taurat maupun hukum Roma, namun justru menelanjangi kemunafikan mereka.  Berdasarkan hukum Taurat, saksi-saksi mata seharusnya adalah orang pertama yang melempar batu, tetapi saksi-saksi palsu akan menerima hukuman yang sama dengan yang dialami oleh korban mereka (Ul. 17:7; 19:15-19).   Jika Yesus hanya “memberi restu” pada orang banyak itu untuk bertindak sesuai dengan hukum Taurat, mungkin apa yang direncanakan oleh para pemuka agama itu akan terjadi. [18]
            Fungsi Tuhan Yesus sebagai penyuluh disini tentu sangat jelas yakni  agar orang yang tidak berdosalah yang pertama melempar batu, membuat mereka tak dapat berbuat apa-apa selain pergi.  Pernyataan itu menyadarkan bahwa sesungguhnya mereka semua juga adalah orang-orang berdosa di hadapan Allah, sama dengan wanita yang berzinah itu.  Ayat 8:9 Tetapi setelah mereka mendengar perkataan itu, pergilah mereka seorang demi seorang, mulai dari yang tertua.  Satu-satunya orang yang tidak berdosa di sana dan berhak melempari wanita itu adalah Yesus.
            Fungsi lain yang ditunjukkan Yesus sebagai penyuluh adalah  tantangan Yesus itu telah menunjukkan dan memberikan arti keadilan bagi hidup perempuan itu. Bahkan, lebih jauh, Yesus juga menunjukkan kasih-Nya yang begitu besar degan pengampunan. (Ayat 11) Lalu kata Yesus "Aku pun tidak menghukum engkau. Pergilah, dan jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang."  

IV  FUNGSI APLIKATIF PENYULUH AGAMA KRISTEN
            1.  Pengemban Amanat Agung Tuhan Yesus Kristus
            Penyuluh Agama Kristen (PAK) sebagai pengemban Amanat Agung perlu menyadari bahwa Amanat Agung adalah memiliki fondasi yang kuat yaitu kuasi yang diterima dan dimiliki oleh Yesus Kristus dan dengan kuasa-Nya tersebut Yesus memberi kekuatan kuasa, motivasi dan keberanian kepada PAK untuk memberitakan Firman Tuhan.  Kalimat  “kepadaKu telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi”, menunjukkan bahwa Yesus memiliki kuasa yang tertinggi, oleh sebab itu Yesus bukan hanya pengutus tetapi juga berita yang harus diproklamirkan.
            2.  Tugas sebagai pengajar
            Implikasi dari kata “ menjadikan murid” adalah melaksanakan fungsi pengajaran kepada umat manusia inilah perintah utama yang harus dilakukan dalam Amanat Agung.   Disini secara tegas Allah mewujudkan keterlibatan umat-Nya dalam menjalankan misi-Nya. PAK (para murid) diperintahkan untuk “ menjadikan murid” (menghimpun bagi Allah suatu umat) melalui pergi, mengajar dan membaptis.        Bagi para penyuluh melanjutkan misi Kristus bagi dunia adalah tanggungjawab sebagai umat yang telah ditebus dan diselamatkan. 
            3. Membina
            Membina orang-orang dalam irnan Kristen menyangkut persekutuan dan pengajaran di gereja setempat di sekolah-sekolah, kelompok sel, pemaharnan Alkitab di rumah-rumah dan kelompok-kelompok kerja. Orang-orang Kristen diberi pengajaran mengenai bagaimana hidup dalam kasih Kristus dan kuasa Roh Kudus. Agar mereka belajar mengenai kasih Allah yang tidak bersyarat
            4. Pemimpin
            Seoran pemimpin adan seorang yang mampu mempengaruhi orang lain untuk mengikuti jejak atau langkahnya. maka kepemimpinan diartikan sebagai kemampuan seseorang  mempengaruhi orang lain untuk bertingkah laku sebagaimana yang diajarkannya.   PAK memiliki fungsi Sebagai pemimpin, penyuluh agama risten harus mampu menjadi teladan  yang memancarkan terang cahaya kasih Kristus dalam seluruh hidup pribadinya. Dengan terang cahaya Kasih itu, penyuluh agama akan mampu menuntun orang banyak untuk memiliki sikap jujur dan perbuatan baik. Yesus Kristus adalah contoh pemimpin yang mampu mempengaruhi murid-murid-Nya sehingga mereka bersedia diutus mengemban Amanat Agung.
            5. Gembala
            Inkarnasi Yesus Kristus di atas kayu salib adalah bukti bahwa ia adalah seorang gembala yang rela berkoban untuk umat-Nya.  Sebagai seorang gembala, penyuluh agama Kristen harus memiliki sikap yang mau berkorban dan yang merindukan keutuhan umat. Penyuluh agama Kristen harus meneladani Yesus Kristus yang rela berkorban untuk pembebasan umat manusia.  Dan juga dalam Yohanes 10: 11, dengan tegas Yesus mengatakan: “Akulah gembala yang baik”. Yesus juga berkata kepada Petrus dalam Yohanes 21: 15-17: “gembalakanlah domba-dombaKu”. Demikian Petrus juga berkata kepada para penatua dalam 1 Petrus 5: 2 “gembalakanlah kawanan domba Allah yang ada padaMu, jangan dengan dipaksa tetapi dengan sukarela sesuai dengan kehendak Allah dan jangan karena  mau mencari  keuntungan, tetapi dengan pengabdian diri”. Demikian penyuluh agama Kristen dalam menunaikan tugas dan tanggung jawabnya harus lebih mengutamakan kesejahteraan dan keutuhan umat, bukan kepentingan pribadi.
            6. Agen Perubahan
            Tuhan Yesus dalam kasus yang terjadi dalam Yohanes 8 sebagai bukti bahwa Ia mampu mengadakan perubahan dalam tatana sosial-masyarakat dan pemerintahan saat itu Ia adalah agen perubahan.  Pada masa kini Mordenisasi telah menciptakan perubahan-perubahan dalam kehidupan masyarakat dimana Informasi dan teknologi  tersebut seperti jaring sosial Internet, FB, Twitter, BBM, Handphone dll telah  mempengaruhi nilai-nilai kebudayan dan keagamaan manusia. Sehingga modernisasi dapat menciptakan disintegrasi dalam kehidupan masyarakat. Manusia akan semakin hedonis, yang tidak respect lagi kepada sesamanya dan juga melakukan eksploitasi secara besar-besaran terhadap alam semesta.
            Pada zaman kita ini dibutuhkan agen-agen perubahan Oleh karena itu, penyuluh agama Kristen harus mampu menjadi agen perubahan di dalam kehidupan masyarakat tanpa kehilangan identitas kekristenannya. Dengan iman kristiani (spritualitas kristiani) dari pada penyuluh agama Kristen akan membina umat untuk menghargai sesamanya, peka terhadap penderitaan orang lain.
            7.  Berperan dan pembangunan bangsa dan negara RI
            Dalam kontek berbangsa dan bernegara Penyuluh agama Kristen berperan dan bertanggunggung jawab untuk melibatkan orang Kristen dalam pembangunan bangsa dan negara Republik Indonesia. Seperti menjelaskan bahwa nilai-nilai pancasila tidak bertentangan dengan Misi Allah. Karena nilai-nilai yang terdapat dalam pancasila sesuai dengan iman Kristen. Pancasila menekankan ketaatan kepada Allah dan kebersamaan hidup dengan orang lain. Demikian juga Allah menghendaki orang Kristen dan umat beragama lain taat kepada Allah dan mampu hidup berdampingan dengan orang lain.
            Pembinaan yang dilakukan oleh penyuluh agama Kristen merupakan penyadaran bagi orang Kristen, bahwa mereka adalah “hamba Allah” (Ibrani: ebed jahweh; Yunani: doulos) yang diutus untuk mewujudkan cita-cita bangsa dan Negara. Bila dibandingkan dengan Yeremia sebagai Nabi atau penyuluh berkata dalam suratnya kepada umat Israel yang mengalami penderitaan: “usahakanlah kesejahteraan kota ke mana Aku buang, dan berdoa untuk kota itu kepada Tuhan, sebab kesejahteraannya adalah kesejahteraanmu” (Yeremia 29: 7). Sehingga Penyuluh Agama Kristen dapat membangun manusia Indonesia yang memiliki kedewasaan rohani yang: Pertama,  Mampu mempertanggungjawabkan pengharapannya (1 Petrus  3: 15). Kedua, berupaya mewujudkan karakter sebagai manusia baru (2 Korintus 5: 17; Kolose 3: 5-17). Ketiga, memiliki kedewasaan penuh (Efesus 4: 13).








                [1] http://www.kamusbesar.com/38359/suluh
[2] Bosch, David J., Transforming Mission, Maryknoll, New York: 1996, p. 21
[3]Kuiper, Missiologia, Jakarta: Bpk Gunung Mulia, 1993p. 37
[4]Bosch, Transformasi …, p. 48
[5]Hedlund, Mission to Man in The Bible, India: Evangelical Literature Service p. 170
[6]Tallman J. Raymond, An Intronduction …, h. 46 
[7]Richard A.D Siwu, Misi Dalam Pandangan Eukumenikal Dan Evangelikal  Asia 1910-1961-1991, ( Jakarta: PT BPK Gunung Mulia, 1996), p. 120
[8]Hedlund, Mission …, p. 196           
[9]Henry C. Thiessen, Teologia Sistematika ( Malang: Gandum Mas, 1995), p. 351 
[10]Bandingkan Bosch, Transformasi …, pp. 788-791
[11]Kane, Christian Mission In Biblical Perspektif, Grand Rapids, Michigan: Baker Book House 1976, p. 270
[12]Matius 28:18-20,  Kis. 1:6-8 dan Yohanes 20:20 Pararel dengan Markus 16: 15-18, Lukas 24:46-
[13]Kane.,p. 33
[14]Fritz Rienecker, A Linguistic Key To The Greek New Testament ( Grand Rapids, Michigan: Zondervan Publishing House, 1982), p. 87 
[15]P. Nepper-Christensen, Dalam Horst Balz dan Gerhard Schneider (ed.),  Exegetical Dictionary Of The New Testament  ( Grand Rapids,  Michigan : William B. Eerdmans Publishing Company, 1991), p. 372
[16]Lotnatigor Sihombing, Yesus Kristus Tuhan Kita ( Batu: STT “I-3”, 1997),p. 75
[17] e-sword; Commentary on the book of John
[18] http://bennysolihin.blogspot.com/2011/10/eksegese-yohanes-753-811.html

No comments:

Post a Comment

NAMA ALLAH ISRAEL - Juliman Harefa