Disampaikan pada Peminaan Penyuluh Agama Kristen Non PNS
Propinsi DKI di Bogor, 30 Oktober 2012
REFLEKSI TEOLOGIS (YESUS SEBAGAI TERANG DUNIA) FUNGSI
APLIKATIF PENYULUH AGAMA KRISTEN
Pdt. Juliman Harefa, Th.M
PENDAHULUAN
Tulisan
ini adalah sebuah refleksi teologis -Yesus sebagai terang dunia- fungsi
aplikatif penyuluh agama kristen.
Bertitik tolak dari judul materi pembinaan yang diberikan oleh
Kementrian Agama kantor wilayah DKI Jakarta pada pelaksanaan pembinaan Penyuluh
Agama Kristen di Bogor kali ini, maka penulis mengawali tulisan ini dengan
membahas tentang Misi Kristus dalam dunia, Yesus adalah terang dan Yesus
sebagai penyuluh.
Mencermati
arti dan istilah kata penyuluh yang berasal dari kata suluh yang artinya barang
yang dipakai untuk menerangi, seperti obor. Dan penyuluh diartikan sebagai
pemberi penerangan, penunjuk jalan, pengintai[1]
(Kamus Besar Bahasa Indonesia, Depdiknas, Jkt, 2008, hl.1386).
Maka
istilah tersebut di atas digunakan sebagai padanan kata terhadap studi dan
refleksi teologis dalam materi ini yang sebagai approching terhadap peserta dan
pembaca makalah misi supaya lebih "cepat" dalam mengaplikasikannya
dalam memahami fungsi sebagai Penyuluh Agama Kristen.
Sehingga
dalam makalah ini pembaca akan bertemu dengan istilah TERANG dan PENERANG atau
penyuluh, kedua istilah ini yang melekat kepada Yesus sebagai sumber dari
terang dan pemberi penerangan, yang dalam dapat dianalogikan juga bahwa Yesus
sebagai message dan messenger. Sedang
istilah penyuluh itu sendiri digunakan kepada penyuluh agama kristen dalam
konteks pembinaan ini.
I. MISI KRISTUS DALAM
DUNIA
Memahami pendapat David J. Bosch tentang reflektif
terhadap Perjanjian Baru sebagai sebuah dokumen Misi, terlihat bahwa dalam
pengantar missiologinya, ia mulai dari pelayanan Yesus dan gereja mula-mula.
Sebab Perjanjian Baru memberikan kesaksian terhadap pergeseran dasariah bila
dibanding dengan Perjanjian Lama. Bosch
memperjelas maksudnya dengan mengatakan;
“Dalam meneliti pergeseran paradigma
dalam pemikiran misi saya bermaksud menyatakan bahwa perubahan paradigma yang
pertama dan besar terjadi dengan datangnya Yesus dari Nazareth dan apa yang
terjadi sesudah itu.” [2]
Pergeseran paradigma dasariah tersebut terletak pada
peranan Israel bagi Allah dan dunia dengan peranan Yesus bagi Allah dan umat
manusia. Kuiper menjembatani hal itu dengan penjelasan,
“Pemberitaan dan tindakan Yesus terhadap orang-orang
kafir merupakan kebalikan mutlak dari proselitisme Yahudi. Telah kita lihat
bahwa usaha proselitisme kurang berdasarkan eskatologia, tetapi merupakan
antisipasi dari janji-janji Allah, di dalam ketidaksabarannya. Tetapi dalam PB
titik tolak adalah pengharapan eskatologis mengenai pertobatan bangsa-bangsa
dan penyembahan bangsa-bangsa dan menyembah mereka kepada Allah yang benar dan
tunggal.”[3]
Sedangkan inti-pusat berita injil ialah maklumat Yesus
tentang kerajaan Allah yang telah mendekat.
Dan pemerintahan Allah (basileia
tou theou) merupakan pusat seluruh pelayanan Yesus, dengan kata lain
pemerintahan Allah “ titik awal dan konteks untuk misi Kristus “. [4] Menyusul kemudian peran gereja mula-mula.
Untuk memahami lebih dalam maksud Yesus dan pemerintahan
Allah sebagai titik awal dan konteks untuk misi-Nya, berikut pembahasan tentang
inkarnasi Yesus Kristus, Amanat Agung dan perintah pada pasca kebangkitan Yesus
serta respon para murid dan rasul dalam merefleksikan misi Kristus dalam
pelayanan mereka.
1.
Inkarnasi Yesus Kristus
a. Yesus adalah utusan Allah
Inkarnasi adalah bukti Missio Christi dalam
arti Kristus diutus oleh Allah: In Jesus
of Nazarath God acted to disclouse Himself to humanity. “ The word become flesh
and dwell among us … and we have behold His glory ….…” ( John 1: 14). Jesus is
God‘s self-disclure.[5]
Dalam Inkarnasi Kristus, Allah menyatakan diri-Nya dalam
sejarah manusia dan dalam sejarah dunia dan dalam sejarah keselamatan sebagai
realisasi misi pengutusan Kristus. Yesus
Kristus menjadi utusan Allah untuk manusia. “ Jesus
Christ was God’s missionary to us. ( John 17:18 )”. [6]
Richard A.D Siwu mengutip afirmasi G. Lausanne Covenant (
1974 ) bahwa Kristus mengutus orang-orang yang telah Ia tebus ke dalam dunia
sama seperti Bapa telah mengutus-Nya dan karenanya panggilan ini merupakan
suatu pelaksanaan yang dalam dan penebusan yang tidak ternilai atas dunia ini. [7]
Inkarnasi adalah bukti Missio Christi dalam arti Kristus
diutus oleh Allah. Dalam Inkarnasi Kristus, Allah menyatakan diri-Nya dalam
sejarah manusia dan dalam sejarah dunia dan dalam sejarah keselamatan sebagai
realisasi misi pengutusan Kristus. Yesus Kristus menjadi utusan, dan Kristus
mengutus orang-orang yang telah Ia tebus ke dalam dunia sama seperti Bapa telah
mengutus-Nya dan karenanya panggilan ini merupakan suatu pelaksanaan yang dalam
dan penebusan yang bernilai kekal.
b.
Untuk Mati di Kayu Salib
Inkarnasi
Kristus ke dalam dunia tidak hanya untuk bangsa Israel saja tetapi untuk
seluruh umat manusia, “ He is the saviour
not only for Israel but for the people. Though He come into the world in the
historic context of Israel, He commenced His ministry in Galilee “ of the
gentle’( Matt 4: 15)”. [8]
Kematian Kristus di kayu salib merupakan puncak
inkarnasi-Nya. Dengan kematian-Nya tersebut, Ia telah menghapus dosa ( Ibrani
9:26). Henry C. Thiessen menyimpulkan bahwa, fakta kematian Kristus merupakan
suatu tujuan yang berhubungan dengan penjelmaan. Penjelmaan bukanlah merupakan
tujuan; penjelmaan adalah sarana untuk mencapai tujuan penebusan orang
terhilang lewat kematian Kristus di atas kayu salib. [9]
Salib adalah “rekomendasi “ pengutusan murid-murid untuk
melaksanakan misi Allah yang tidak dapat diwujudkan bila para murid atau
pekabar-pekabar Injil merasa kuat dan percaya diri tetapi apabila lemah dan tak
berdaya.[10]
Inkarnasi Kristus ke dalam dunia tidak hanya untuk bangsa
Israel saja tetapi untuk seluruh umat manusia.
Kematian Kristus di kayu salib merupakan puncak inkarnasi-Nya. Dengan
kematian-Nya tersebut, Ia telah menghapus dosa- lewat kematian Kristus di atas
kayu salib.
c.
Menghancurkan Pekerjaan Iblis
Tujuan inkarnasi Kristus menyangkut juga pada
misi-Nya untuk menghancurkan pekerjaan iblis (band 1 Yoh 3:8 dan Kisah 10:38). [11]
2. Pasca Kebangkitan Kristus
a. Amanat Agung
Amanat Agung dalam Matius
28: 18-20 berbunyi:
“KepadaKu telah diberikan segala kuasa di
sorga dan di bumi. Karena itu, pergilah jadikan semua bangsa muridKu dan
baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus dan ajarlah mereka
melakukan segala sesuatu yang Ku perintahkan kepadamu. dan ketahuilah, Aku
menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.”[12]
Tuhan Yesus Kristus mengawali Amanat Agung-Nya dengan
kuasa, memberi kekuatan, motivasi dan keberanian kepada para murid untuk
mengabarkan Injil. Kalimat “kepadaKu telah diberikan segala kuasa di
sorga dan di bumi”, menunjukkan bahwa Yesus memiliki kuasa yang tertinggi, oleh
sebab itu Yesus bukan hanya pengutus tetapi juga berita yang harus
diproklamirkan.
Dengan kuasa-Nya yang melampaui segala kuasa di langit dan di bumi, Yesus memberikan amanat ini.
Inilah yang menjadi kekuatan bagi para murid untuk memproklamirkan Yesus, Juruselamat dunia.[13]
Kata “pergilah”
pergi adalah satu kata kerja pembantu kepada kata kerja pokok yaitu “
menjadikan murid “. Dengan
demikian perhatian dalam Amanat Agung bukan pada kata “ pergi” sebab kata tersebut bukan dalam bentuk kata
kerja. Tetapi perhatian terhadap Amanat Agung pada kata “ menjadikan murid”.
Kata “ menjadikan murid” [14] adalah perintah utama yang
harus dilakukan dalam Amanat Agung.
Disini secara tegas Allah mewujudkan keterlibatan umat-Nya dalam
menjalankan misi-Nya. Umat Allah (para murid) diperintahkan untuk “ menjadikan
murid” (menghimpun bagi Allah suatu umat) melalui pergi, mengajar dan
membaptis. [15]
Bosch menjelaskan pula bahwa bagian terakhir dari “
Amanat Agung’ menyebutkan “ajarlah mereka melakukan segala sesuai yang telah
kuperintahkan kepadamu” ( Mat 28:20).
Jadi dapatlah disimpulkan bahwa ada 3 implikasi penting dari Matius 28:16-20,
yakni ada satu wewenang atau kekuasaan yang dikonfirmasikan, Ada satu perintah
yang disampaikan (ay 19-20a) dan ada satu janji yang diberikan sebagai jaminan
atas wewenang/kekuasaan dan tugas yang
dipercayakan (ay 20b).
Dengan demikian bagi para murid, dan -tentunya- para
penyuluh melanjutkan misi Kristus bagi dunia adalah tanggungjawab sebagai umat
yang telah ditebus dan diselamatkan, untuk memproklamirkan Yesus, yang
menyelamatkan umat-Nya melalui inkarnasi, hidup, penderitaan, kematian dan
kebangkitan-Nya.
b. Amanat Untuk Bersaksi
Kebangkitan Kristus merupakan proklamasi kemenangan
Kristus dan hari Proklamasi Kemerdekaan orang berdosa.[16] Jika Kristus tidak
dibangkitkan maka sia-sialah pemberitaan Injil dan sia-sialah kepercayaanmu dan
kamu masih hidup dalam dosa ( Band. 1 Kor 15:14 dan 17).
Proklamasi kemenangan Kristus dan
proklamasi kemerdekaan orang percaya yang harus diproklamirkan oleh para murid
dan rasul serta semua orang yang telah menjadi bagian keselamatan Allah
proklamasi Injil mengandung keselamatan Allah. Proklamasi Injil mengandung
berita pertobatan, pengampunan dosa dan keselamatan.
Kristus memandatkan hal itu dalam
Kisah Rasul 1:8 tetapi kamu akan menerima kuasa, jikalau Roh Kudus turun ke
atas kamu akan menjadi saksiKu di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria
dan sampai ke ujung bumi.
II. Yesus adalah
Terang dunia
Yohanes 8 : 12a. Maka Yesus berkata pula kepada orang
banyak, kata-Nya, "Akulah terang dunia;
Arti dan makna Yesus sebagai terang dunia secara
teologis, menurut Clarke[17]
adalah I am the light of the
world - The fountain whence an
intellectual light and spiritual understanding proceed: without me all is
darkness, misery, and death. artinya ialah bahwa Yesus menyatakan kepada
umat manusia bahwa Dia adalah sumber pengenalan akan terang hidup dan sumber
untuk mendapatkan arti iman. Tanpa Yesus
yang ada adalah kegelapan, penderitaan dan kematian.
Penegasan
diri Yesus, “Aku adalah terang dunia” (Yoh. 8:12) adalah salah satu dari
tujuh pernyataan “Aku adalah” (ego eimi) di dalam Injil Yohanes. Penyelidikan Alkitab menunjukkan bahwa
penegasan yang unik “Aku adalah” yang ditegaskan Yesus dalam Injil
Yohanes mempunyai kesejajaran arti dengan penegasan “Aku adalah Aku”
dari Allah ketika ia menyatakan diri-Nya sebagai Tuhan perjanjian (YHWH) kepada
Musa dalam Keluaran 3:14. Jadi melalui penegasan “Akulah terang dunia,”
Yesus sedang menegaskan identitas dan otoritas dan hak keilahian-Nya, sekaligus
penyataan karakter diri dan tindakan penyelamatan-Nya bagi umat manusia. Ia
yang adalah Tuhan Allah, adalah pemberi terang keselamatan kepada manusia
berdosa.
III. Yesus sebagai Penyuluh
Yoh 8:112b...barangsiapa
mengikut Aku, ia tidak akan berjalan dalam kegelapan, melainkan ia akan
mempunyai terang hidup."
Peran Yesus sebagai penyuluh sangant jelas dalam perikop
teks perikop tersebut dia atas yang menyatakan bahwa Dia adalah terang dunia
sekaligus sebagai penyuluh, konteks pernyataan ini adalah disaat Yesus sedang
mengajar di Bait Allah. Ahli-ahli
Taurat dan Farisi mencari Yesus ketika Ia dikerumuni orang banyak. Niat mereka
adalah untuk menjebak Yesus dan membuat Ia bersalah dihadapan pemimpin-pemimpin
termasuk pemimpin dalam pemerintahan sipil (Romawi).
Mereka
menempatkan Yesus sebagai hakim atas kesalahan dan dosa yang dilakukan oleh
perempuan yang berzinah tersebut. Kendati hal itu mereka lakukan dengan maksud
untuk mencobai Yesus (ayat 6a), namun alasan yang mereka ajukan begitu sangat
serius, yakni perbedaan 2 hukum (hukum agama dan hukum sipil). Jika menuruti
hukum Taurat Musa, perempuan yang demikian harus dihakimi - dihukum mati dengan
cara dilempari dengan batu sampai mati (ayat 5, bdk. Imamat 20:10; Ulangan
22:22-24).
Penghakiman
dalam konteks demikian tidak hanya dilakukan sebagai reaksi spontan atas tindak
kejahatan dan dosa perzinahan tetapi juga semakin menemukan motifnya yang suci
yakni sebagai usaha pembelaan atas tegaknya hukum Taurat. Dengan kata lain,
melempari si pendosa itu dengan batu sampai mati adalah suatu kebenaran seturut
hukum. Tetapi pada masa itu hal semacam ini tidak sesuai hukum sipil Romawi. Tuhan
Yesus mengerti persoalan itu, bahkan lebih dalam, yaitu bahwa persoalan
moralitas itu dibawa oleh mereka yang hendak menghakimi perempuan itu adalah
juga orang-orang yang berdosa. Mereka merasa diri orang benar dan hanya bisa
melihat serta menilai kekurangan dan kesalahan orang lain, kemudian menghakimi.
Yang
menarik dan menjadi pembelajaran -tentunya bagi para penyuluh- adalah tindakan
yang dilakukan oleh Tuhan Yesus dalam menghadapi masalah ini; Setelah mereka
itu terus-menerus bertanya kepada Yesus, Dia menjawab pertanyaan mereka dengan
penuh otoritas : "Barangsiapa di antara kamu tidak berdosa,
hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu."
(ayat 7).
Taktik
mereka gagal total. Yesus tidak melanggar hukum Taurat maupun hukum Roma,
namun justru menelanjangi kemunafikan mereka. Berdasarkan hukum Taurat,
saksi-saksi mata seharusnya adalah orang pertama yang melempar batu, tetapi
saksi-saksi palsu akan menerima hukuman yang sama dengan yang dialami oleh
korban mereka (Ul. 17:7; 19:15-19). Jika Yesus hanya “memberi restu” pada orang
banyak itu untuk bertindak sesuai dengan hukum Taurat, mungkin apa yang
direncanakan oleh para pemuka agama itu akan terjadi. [18]
Fungsi
Tuhan Yesus sebagai penyuluh disini tentu sangat jelas yakni agar orang yang tidak berdosalah yang pertama
melempar batu, membuat mereka tak dapat berbuat apa-apa selain pergi.
Pernyataan itu menyadarkan bahwa sesungguhnya mereka semua juga adalah
orang-orang berdosa di hadapan Allah, sama dengan wanita yang berzinah
itu. Ayat 8:9 Tetapi setelah mereka mendengar perkataan itu, pergilah
mereka seorang demi seorang, mulai dari yang tertua. Satu-satunya orang yang tidak berdosa di sana
dan berhak melempari wanita itu adalah Yesus.
Fungsi
lain yang ditunjukkan Yesus sebagai penyuluh adalah tantangan Yesus itu telah menunjukkan dan
memberikan arti keadilan bagi hidup perempuan itu. Bahkan, lebih jauh, Yesus
juga menunjukkan kasih-Nya yang begitu besar degan pengampunan. (Ayat 11) Lalu
kata Yesus "Aku pun tidak menghukum engkau. Pergilah, dan jangan
berbuat dosa lagi mulai dari sekarang."
IV FUNGSI APLIKATIF PENYULUH AGAMA KRISTEN
1. Pengemban
Amanat Agung Tuhan Yesus Kristus
Penyuluh Agama Kristen (PAK) sebagai pengemban Amanat
Agung perlu menyadari bahwa Amanat Agung adalah memiliki fondasi yang kuat
yaitu kuasi yang diterima dan dimiliki oleh Yesus Kristus dan dengan kuasa-Nya
tersebut Yesus memberi kekuatan kuasa, motivasi dan keberanian kepada PAK untuk
memberitakan Firman Tuhan. Kalimat “kepadaKu telah diberikan segala kuasa di
sorga dan di bumi”, menunjukkan bahwa Yesus memiliki kuasa yang tertinggi, oleh
sebab itu Yesus bukan hanya pengutus tetapi juga berita yang harus
diproklamirkan.
2. Tugas sebagai
pengajar
Implikasi dari kata “ menjadikan murid” adalah melaksanakan
fungsi pengajaran kepada umat manusia inilah perintah utama yang harus
dilakukan dalam Amanat Agung. Disini
secara tegas Allah mewujudkan keterlibatan umat-Nya dalam menjalankan misi-Nya.
PAK (para murid) diperintahkan untuk “ menjadikan murid” (menghimpun bagi Allah
suatu umat) melalui pergi, mengajar dan membaptis. Bagi para penyuluh melanjutkan misi Kristus bagi dunia adalah
tanggungjawab sebagai umat yang telah ditebus dan diselamatkan.
3. Membina
Membina
orang-orang dalam irnan Kristen menyangkut persekutuan dan pengajaran di gereja
setempat di sekolah-sekolah, kelompok sel, pemaharnan Alkitab di rumah-rumah
dan kelompok-kelompok kerja. Orang-orang Kristen diberi pengajaran mengenai
bagaimana hidup dalam kasih Kristus dan kuasa Roh Kudus. Agar mereka belajar
mengenai kasih Allah yang tidak bersyarat
4.
Pemimpin
Seoran pemimpin adan seorang yang mampu mempengaruhi
orang lain untuk mengikuti jejak atau langkahnya. maka kepemimpinan diartikan
sebagai kemampuan seseorang mempengaruhi orang lain untuk bertingkah laku
sebagaimana yang diajarkannya. PAK
memiliki fungsi Sebagai pemimpin, penyuluh agama risten harus mampu menjadi
teladan yang memancarkan terang cahaya kasih Kristus dalam seluruh hidup
pribadinya. Dengan terang cahaya Kasih itu, penyuluh agama akan mampu menuntun
orang banyak untuk memiliki sikap jujur dan perbuatan baik. Yesus Kristus
adalah contoh pemimpin yang mampu mempengaruhi murid-murid-Nya sehingga mereka
bersedia diutus mengemban Amanat Agung.
5.
Gembala
Inkarnasi Yesus Kristus di atas kayu salib adalah bukti
bahwa ia adalah seorang gembala yang rela berkoban untuk umat-Nya. Sebagai seorang gembala, penyuluh agama
Kristen harus memiliki sikap yang mau berkorban dan yang merindukan keutuhan
umat. Penyuluh agama Kristen harus meneladani Yesus Kristus yang rela berkorban
untuk pembebasan umat manusia. Dan juga
dalam Yohanes 10: 11, dengan tegas Yesus mengatakan: “Akulah gembala yang
baik”. Yesus juga berkata kepada Petrus dalam Yohanes 21: 15-17: “gembalakanlah
domba-dombaKu”. Demikian Petrus juga berkata kepada para penatua dalam 1 Petrus
5: 2 “gembalakanlah kawanan domba Allah yang ada padaMu, jangan dengan dipaksa
tetapi dengan sukarela sesuai dengan kehendak Allah dan jangan karena mau
mencari keuntungan, tetapi dengan pengabdian diri”. Demikian penyuluh
agama Kristen dalam menunaikan tugas dan tanggung jawabnya harus lebih
mengutamakan kesejahteraan dan keutuhan umat, bukan kepentingan pribadi.
6. Agen Perubahan
Tuhan Yesus dalam kasus yang terjadi dalam Yohanes 8
sebagai bukti bahwa Ia mampu mengadakan perubahan dalam tatana
sosial-masyarakat dan pemerintahan saat itu Ia adalah agen perubahan. Pada masa kini Mordenisasi telah menciptakan
perubahan-perubahan dalam kehidupan masyarakat dimana Informasi dan teknologi tersebut seperti jaring sosial Internet, FB,
Twitter, BBM, Handphone dll telah mempengaruhi nilai-nilai kebudayan dan
keagamaan manusia. Sehingga modernisasi dapat menciptakan disintegrasi dalam kehidupan masyarakat. Manusia
akan semakin hedonis, yang tidak respect
lagi kepada sesamanya dan juga melakukan eksploitasi secara besar-besaran
terhadap alam semesta.
Pada zaman kita ini dibutuhkan agen-agen perubahan Oleh
karena itu, penyuluh agama Kristen harus mampu menjadi agen perubahan di dalam
kehidupan masyarakat tanpa kehilangan identitas kekristenannya. Dengan iman
kristiani (spritualitas kristiani) dari pada penyuluh agama Kristen akan
membina umat untuk menghargai sesamanya, peka terhadap penderitaan orang lain.
7. Berperan dan
pembangunan bangsa dan negara RI
Dalam kontek berbangsa dan bernegara Penyuluh agama
Kristen berperan dan bertanggunggung jawab untuk melibatkan orang Kristen dalam
pembangunan bangsa dan negara Republik Indonesia. Seperti menjelaskan bahwa
nilai-nilai pancasila tidak bertentangan dengan Misi Allah. Karena nilai-nilai
yang terdapat dalam pancasila sesuai dengan iman Kristen. Pancasila menekankan
ketaatan kepada Allah dan kebersamaan hidup dengan orang lain. Demikian juga
Allah menghendaki orang Kristen dan umat beragama lain taat kepada Allah dan
mampu hidup berdampingan dengan orang lain.
Pembinaan yang dilakukan oleh penyuluh agama Kristen
merupakan penyadaran bagi orang Kristen, bahwa mereka adalah “hamba Allah”
(Ibrani: ebed jahweh; Yunani: doulos) yang diutus untuk mewujudkan
cita-cita bangsa dan Negara. Bila dibandingkan dengan Yeremia sebagai Nabi atau
penyuluh berkata dalam suratnya kepada umat Israel yang mengalami penderitaan:
“usahakanlah kesejahteraan kota ke mana Aku buang, dan berdoa untuk kota itu
kepada Tuhan, sebab kesejahteraannya adalah kesejahteraanmu” (Yeremia 29: 7). Sehingga
Penyuluh Agama Kristen dapat membangun manusia Indonesia yang memiliki
kedewasaan rohani yang: Pertama,
Mampu mempertanggungjawabkan pengharapannya (1 Petrus 3: 15). Kedua, berupaya mewujudkan karakter
sebagai manusia baru (2 Korintus 5: 17; Kolose 3: 5-17). Ketiga, memiliki kedewasaan penuh (Efesus 4: 13).
[2] Bosch,
David J., Transforming Mission,
Maryknoll, New York: 1996, p. 21
[3]Kuiper,
Missiologia, Jakarta: Bpk Gunung Mulia, 1993p. 37
[4]Bosch,
Transformasi …, p. 48
[5]Hedlund,
Mission to Man in The Bible, India: Evangelical Literature
Service p. 170
[6]Tallman
J. Raymond, An Intronduction …, h.
46
[7]Richard
A.D Siwu, Misi Dalam Pandangan
Eukumenikal Dan Evangelikal Asia 1910-1961-1991, ( Jakarta: PT BPK Gunung Mulia,
1996), p. 120
[8]Hedlund,
Mission …, p. 196
[9]Henry
C. Thiessen, Teologia Sistematika (
Malang: Gandum Mas, 1995), p. 351
[10]Bandingkan
Bosch, Transformasi …, pp. 788-791
[11]Kane,
Christian Mission In Biblical Perspektif,
Grand Rapids, Michigan:
Baker Book House 1976, p. 270
[12]Matius
28:18-20, Kis. 1:6-8 dan Yohanes 20:20
Pararel dengan Markus 16: 15-18, Lukas 24:46-
[13]Kane.,p.
33
[14]Fritz
Rienecker, A Linguistic Key To The Greek
New Testament ( Grand Rapids, Michigan: Zondervan Publishing House, 1982),
p. 87
[15]P.
Nepper-Christensen, Dalam Horst Balz dan Gerhard Schneider (ed.), Exegetical
Dictionary Of The New Testament (
Grand Rapids, Michigan : William B.
Eerdmans Publishing Company, 1991), p. 372
[16]Lotnatigor
Sihombing, Yesus Kristus Tuhan Kita (
Batu: STT “I-3”, 1997),p. 75
[17]
e-sword; Commentary on the book of John
[18] http://bennysolihin.blogspot.com/2011/10/eksegese-yohanes-753-811.html
No comments:
Post a Comment