Tuesday, February 21, 2012

“KOMITMEN UNTUK MENJADI BERKAT ” 2 Raja-Raja 5:1-5

Oleh: Julandri Simanjuntak
KHOTBAH EKSPOSITORI
“KOMITMEN UNTUK MENJADI BERKAT”
2 Raja-Raja 5:1-5

PENDAHULUAN
Dalam sebuah kesempatan untuk membawa Firman ini, saya terlebih dahulu mengajukan pertanyaan kepada pendengar: “siapa yang mau menjadi berkat bagi sesama?” maka hampir semua pendengar/jemaat mengangkat tangannya, tanda siap menjadi berkat. “kapan kita harus menjadi berkat?” kembali saya bertanya. “setiap saat,” beberapa jemaat menjawab. “benar, setiap saat?” mereka mengangguk dengan yakin. “bagaimana kalau kita susah atau lagi menderita, tidak punya uang, banyak masalah, sedang terjepit, apakah tetap menjadi berkat?” suasana menjadi hening, dan ada seorang berkata: “berat”
Pada saat lain lagi, ketika saya berkhotbah, saya mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang sama, dan anehnya, respon jemaat pun sama. Mengapa demikian? Ternyata, pemikiran hampir semua orang cenderung sama. Yaitu siap dan bersedia memberkati orang lain manakala hidup kita sedang diberkati, sedang berkelimpahan, sedang bersukacita. Tetapi ketika berada dalam kondisi yang bermasalah atau tidak berlebihan, sulit untuk menjadi berkat bagi sesama.
Menjadi berkat yang saya maksudkan adalah menyatakan kasih kepada sesama dalam bentuk apapun (tidak selalu dalam bentuk uang). Bahkan sepertinya bagi sebagian orang sangat mustahil untuk memberkati orang lain. jangankan pada waktu susah, waktu senangpun tidak menjadi berkat.
2 Raja-raja 5:1-5, menceritakan tentang seorang anak perempuan, yang tidak diketahui asal-usulnya dengan jelas, tidak ada namanya, bahkan tidak ada ayat refensi mengenai anak perempuan ini di kitab lainnya, tetapi ia menjadi berkat bagi Naaman, seorang Panglima Aram yang sangat terpandang tetapi sakit kusta. Di bagian ini, hanya dijelaskan bahwa ia adalah seorang tawanan yang berasal dari Israel dan menjadi pelayan pada istri Naaman.

ISI
Siapa bilang Tuhan tidak dapat memakai orang biasa-biasa saja? Gadis itu bukan orang terpandang, ia bukan penasihat Naaman. Ia hanyalah seorang budak. Bahkan yang lebih tragis adalah seorang tawanan. Ini berarti ia dibawa paksa dan bukan secara sukarela ia menjadi budak, atau karena tidak punya uang, sehingga menjual dirinya menjadi budak. Orang lain mungkin hanya memandangnya dengan sebelah mata karena statusnya sebagai budak. Tetapi dalam kesederhanaan dan ketidakberdayaannya sebagai seorang tawanan dan budak, ia menjadi pahlawan bagi Naaman dan keluarganya. Ia memberikan jalan keluar bagi permasalahan Naaman, yang akhirnya sembuh dari sakit kustanya. Siapa yang senang menjadi tawanan dan budak? Tidak ada seorangpun yang senang dan bangga dengan hal itu, termasuk gadis itu. Sekalipun demikian, Alkitab menyaksikan bahwa justru ditengah-tengah kesulitan yang dialaminya, ia menjadi berkat.
Memang berat! Seperti jawaban yang diberikan jemaat yang saya tanya. saya senang dengan jawaban itu, bukan hanya jujur tetapi juga bukan harga mati yang artinya masih ada kemungkinan untuk bisa menjadi berkat sekalipun sulit. Setiap kita pasti ingin selalu menjadi berkat sekalipun berada dalam kondisi yang memungkinkan. Bagaimana caranya?
1. Memiliki kepedulian terhadap orang lain (3a).
Sakit kusta yang diderita oleh Naaman adalah jenis penyakit yang sangat berat dan sangat untuk disembuhkan. Hukum dan adat istiadat Yahudi, menyatakan penyakit kusta sebagai penyakit najis dan mempercayainya sebagai kutukan dari Allah. Orang yang menderita penyakit ini, sedikit demi sedikit akan kehilangan anggota badannya. Mereka harus dikucilkan. Sekalipun Naaman bukan orang Israel, dan tidak terikat dengan tradisi dan hukum Yahudi, namun penyakit itu jelas membuatnya sangat menderita. Pasti tidak sedikit usaha yang ditempuh untuk sembuh, dan ia gagal, sampai akhirnya ia menuruti nasihat budaknya.
Menurut saya, gadis itu berhak untuk sakit hati dan membenci Naaman, karena telah menawan dan membawanya keluar dari negerinya Israel. secara manusia, wajar jika ia bersukacita dengan masalah yang dihadapi oleh tuannya yang juga bisa dikatakan sebagai musuhnya. Ia bisa membalas kejahatan dengan kejahatan. Itu biasa! Atau ia bisa saja cuek dan tidak peduli dengan sakit penyakit Naaman, karena ia hanya seorang budak. Tetapi kondisi yang dialaminya, tidak membuatnya melakukan hal-hal yang dianggap wajar dan biasa oleh orang lain.
Menurut kebiasaan, seorang budak tidak bisa sembarangan berbicara apalagi berbicara, kecuali tuannya mengajukan pertanyaan. Gadis itu berinisiatif memberikan jalan keluar kepada nyonyanya. Ia peduli dengan kebutuhan orang lain. kepeduliannya terhadap keadaan tuannya membuatnya melanggar kebiasaan dengan memberikan saran atau jalan keluar bagi masalah tuannya.
Mungkin kita bisa saja menganggap gadis itu bodoh. Tetapi tidak demikian dimata Tuhan. Berkat kepeduliaannya, ia berhasil menyelamatkan tuannya dari penyakit dan rasa malu, bahkan menyelamatkan kedudukan tuannya sebagai Panglima Aram karena dengan penyakitnya, tidak mungkin ia bisa menjalankan pekerjaannya dengan baik.
Allah yang peduli terhadap kita, Ia mau kita juga peduli terhadap orang lain, baik orang Kristen maupun non Kristen. Peduli terhadap orang lain bisa dilakukan dengan banyak cara. Nyatakan kepedulian kita dengan berbagi kasih dengan orang lain. menolong orang lain, memberikan jalan keluar bagi yang membutuhkan, termasuk peduli terhadap jiwa-jiwa yang belum mengenal Kristus. Beritakanlah Injil kepada mereka.
2. Memiliki Iman yang sejati (3b).
Tidak dijelaskan tentang berapa umur gadis itu ketika dia ditawan dari negri Israel. tidak juga dicatat berapa lama ia menjadi pelayan istri Naaman. Tetapi dari beberapa penjelasan yang diberikan dapat diambil kesimpulan bahwa ia pasti cukup lama menjadi budak Naaman. Penjelasan yang pertama, ayat 2, menyebutnya dengan istilah “anak perempuan.” Sebutan ini menjelaskan kondisi umur yang belum matang sebagai seoran wanita. Tetapi kemudian dalam ayat3 dan 4 terjadi perubahan penyebutan, dari “anak perempuan” menjadi sebutan “gadis” bagi seorang wanita, menunjukkan kematangan dari fungsi kewanitaannya. Seandainya gadis itu adalah orang yang belum lama ada disitu, tidak mungkin istri Naaman mempercayai perkataannya. Jadi kita dapat mengambil kesimpulan bahwa gadis itu sudah bertahun-tahun tinggal dirumah Naaman, cukup lama untuk mereka mengenalnya.
Bertahun-tahun ia meninggalkan Israel dan berada di negeri yang tidak mengenal Allah, negeri yang menyembah berhala, tetapi imannya tidak hilang atau terpengaruh. Ayat 3b menyatakan keyakinannya akan Allah Israel: maka tentulah nabi itu akan menyembuhkan dia dari penyakitnya” kata “tentulah” menyatakan keyakinannya akan kesembuhan Naaman jika ia pergi menghadap nabi di Samaria (nabi Elisa). Samaria adalah ibukota Kerajaan Utara (Israel).
Sekalipun jauh dari negri asalnya dan lama tinggal di negeri yang kafir, ia tetap meyakini kedahsyatan Yahweh. Ia memiliki iman yang sejati yaitu iman yang tidak luntur sekalipun dimakan waktu. Justru sebaliknya, ia menularkan imannya keada Naaman, ia memberitakan kabar keselamatan dan membuat Naaman pada akhirnya percaya kepada Yahweh.
Iman yang sejati dapat disaksikan oleh orang-orang yang ada disekeliling kita, yang membawa dampak positif bagi orang lain, sehingga mereka melihat Yesus dalam hidup kita. dalam kondisi apapun, nyatakanlah imanmu, baik dalam pengambilan keputusan, dalam berpikir, bertindak dan berkata-kata, sehingga orang lain melihat Yesus dalam hidup kita.

PENUTUP
Dunia mengajarkan: “balaslah kebaikan dengna kebaikan, kejahatan dengan kejahatan.” Tetapi Tuhan Yesus mengajarkan: “balaslah kejahatan dengan kebaikan dan kasihilah musuhmu. Jadilah berkat bagi orang lain. “demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang lain supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang disorga.








KHOTBAH TEKSTUAL
KOMITMEN UNTUK BERJUANG DAN BERTEKUN DALAM
DALAM MENCAPAI KEBERHASILAN
Kejadian 29:16-20

PENDAHULUAN
Jika anda dihadapkan pada dua pilihan berikut, mana yang menjadi pilihan anda? Anda memilih menikah dengan orang yang anda cintai tetapi tidak mencintai anda atau orang yang tidak anda cintai tetapi mencintai anda? Pasti pilihan yang sulit bukan? Idealnya sih, kita pasti memilih menikah dengan orang yang kita kasihi sekaligus mengasihi kita. namun, kalau pilihannya hanya seperti diatas mana yang anda pilih?

ISI
Sekarang, apa yang ada dibenak kita ketika ditanya, “kisah klasik apa yang kita ingat? Sebagian dari kita pasti menjawab, “Romeo dan Juliet”. Romeo dan Juliet hanyalah drama percintaan tragis yang ditulis dramawan terkenal William Shakespeare. Kisah klasik yang “real life” pun ada didalam Alkitab yang sangat menarik.
Cerita atau kisah ini memperlihatkan suatu perjuangan cinta yang sangat hebat dari Yakub. Dijelaskan dalam cerita ini bahwa Laban mempunyai dua anak perempuan; yang lebih tua namanya Lea dan yang lebih muda namanya Rahel. Lea tidak berseri matanya, tetapi Rahel itu elok sikapnya dan cantik parasnya. Beberapa hal yang dapat diperlihatkan dalam suatu perjuangan cinta dari Yakub ialah:




A. Pengorbanan dalam suatu perjuangan
Yakub cinta kepada Rahel, sebab itu ia berkata: “aku mau bekerja padamu tujuh tahun lamanya untuk mendapat Rahel, anakmu yang lebih muda itu”. “sahut laban: “lebih baiklah ia kuberikan kepadamu daripada kepada orang lain; maka tinggallah padaku”. Jadi bekerjalah Yakub tujuh tahun lamanya untuk mendapat Rahel itu, dengan penuh semangat dan ketekunan yang tujuh tahun itu sampai dianggapnya seperti beberapa hari saja, karena cintanya kepada Rahel.
Namun, saat pernikahan berlangsung, Laban ternyata membohongi Yakub dengan menukar Rahel dengan Lea pada waktu itu. Yakub marah sekali, tetapi karena cintanya kepada Rahel, ia rela bekerja tujuh tahun kembali lagi untuk mendapatkan Rahel. Jadi ia bekerja dengan Laban selama 14 tahun untuk mendapatkan orang yang ia kasihi.
Kalau diperhatikan dalam kisah ini, seakan-akan kita melihat bahwa sikap Yakub itu sangat bodoh sekali mau diperlakukan seperti itu oleh Mertuanya sendiri. Tetapi apa yang sudah dilakukan oleh Yakub tidaklah sia-sia dan perbuatan bodoh yang dilakukannya. Karena cinta sejati yang dimilikinyalah, ia mampu melakukan pengorbanan sampai seperti itu.

B. Komitmen dalam perjuangan
Kisah klasik ini bukan hanya dituntut pada pengorbanan dalam suatu perjuangan untuk mendapatkan kekasihnya, tetapi juga dituntut pada komitmennya awal mencintai Rahel dan ingin menikahinya. Komitmen itu sampai diuji dengan waktu yang lebih lama dan pekerjaan yang sangat berat, itulah perjuangan yang sangat dituntut oleh Yakub. Sampai pada akhirnya ia bisa mendapatkan kekasihnya.






KESIMPULAN
Dalam kisah klasik masa kini, banyak anak muda yang tidak lagi berjuang keras untuk mencari pasangan hidup. Bukan juga berarti bahwa mereka terlalu religius sehingga menyerahkan calon pasangan hidupnya kepada Tuhan, tetapi karena mereka tidak mau berjuang dengan penuh pengorbanan dan komitmen seperti Yakub. Banyak orang sekarang lebih memilih pasangan hidup yang instan.
Karena merasa sudah terlalu lama, mengahambur-hamburkan waktu kita dan menghabiskan tenaga maupun materi. Karena pertimbangan itu pulalah, maka orang zaman sekarang begitu kenal dalam waktu yang relatif singkat sudah berani menyatakan cinta dan menjalani hubungan pacaran dan apabila terjadi hubungan yang gagal mudah mengatakan “bisa cari lagi”.!
Dari kisah klasik ini, mari belajar dari kebijaksanaan klasik ini karena apa yang didapat dengan mudah, biasanya akan terlepas dengan mudah juga. Mintalah hikmat Tuhan di dalam menemukan pasangan hidup yang seiman, sepadan dan sepanggilan.

KHOTBAH
“CIRI-CIRI SEORANG PENGKHOTBAH”
“YEREMIA 1:4-10”
Untuk memenuhi tugas mata kuliah
HOMILETIKA 1
Dosen Pembimbing:
Bpk. Juliman Harefa






\
\\



Disusun oleh
Julandri Simanjuntak
NIM : 10278
SEKOLAH TINGGI TEOLOGIA PROVIDENSIA
Batu, Desember 2011
Judul : Ciri–ciri Seorang Pengkhotbah
Ayat : Yeremia 1 : 4-10
Pernyataan : Pengkhotbah dipilih oleh Allah, disertai kuasa untuk menyampaikan pesanNya
bagi manusia dan pemerintahan.
Pendahuluan
Seorang pengkhotbah adalah seorang yang dipilih oleh Allah sendiri, dikuduskan olehNya supaya dikhususkan untuk pekerjaanNya dan untuk bisa mengenal Allah dengan baik. Hal yang menarik adalah kenyataan atau fakta bahwa Allah sendiri yang menaruh perkataan-perkataanNya pada mulut sang pengkhotbah untuk menyampaikan kepada manusia pesan-pesanNya.
Perikop ini umumnya dianggap sebagai sebuah “cerita panggilan dan perutusan” Yeremia menjadi seorang nabi. Di sini kita menemukan ciri-ciri yang biasanya muncul dalam sebuah cerita panggilan dan perutusan seorang untuk suatu tugas khusus. Berikut pembahasan selanjutnya.
Isi
Pokok I : adanya panggilan
o Yeremia 1:5 "Sebelum Aku membentuk engkau dalam rahim ibumu, Aku telah mengenal engkau, dan sebelum engkau keluar dari kandungan, Aku telah menguduskan engkau, Aku telah menetapkan engkau menjadi nabi bagi bangsa-bangsa."
Disini jelas kita melihat bahwa sebelum dunia dijadikan Allah telah menetapkan seseorang untuk menjadi nabi atau penyambung lidah/perkataan Allah, sejak awal kehidupannya sudah dikuduskan dan dipersiapkan oleh Allah untuk mengemban tugas ini, seperti pada nabi Yeremia. Sejak dalam kandungan Allah sudah membentuk dia, mengenalnya. Jadi mengandung pengertian juga bahwa pengkhotbah yang berhasil adalah pengkotbah yang dipilih dan ditentukan oleh Allah, bukan atas keinginan manusia saja. Jadi perlu kita memahami rencana Allah atas kita supaya kita tau apa yang harus dilakukan dan dikehendakiNya atas hidup kita.

Pokok II : adanya perintah
o Yer 1:7 Tetapi TUHAN berfirman kepadaku: “Janganlah katakan: Aku ini masih muda, tetapi kepada siapapun engkau Kuutus, haruslah engkau pergi, dan apapun yang Kuperintahkan kepadamu, haruslah kausampaikan”.
Sebagai seorang utusan atau nabi harus taat dan mengikuti perintah Allah dengan tulus, Apakah hanya karena ukuran kelayakan kita sehingga merasa tidak mampu, tetapi saya percaya Allah akan memampukan kita yang dipilihnya untuk menjalankan rencanaNya, Hanya saja semua yang diperintahkan Allah harus disampaikan dengan jelas tidak dikurangi ataupun ditambah. Jadi kita jangan takut kalau mendapat penolakan manusia, karena perintah Allah haruslah tetap disampaikan kepada mereka. Dan kepada siapa firman Allah disampaikan adalah pekerjaan Roh untuk menginsafkan/membebaskannya, seperti perkataan Yesus “Siapa yang berasal dari kebenaran akan datang dan mengenal kebenaran itu”.

Pokok III : ada perkataan Allah dimulutnya
o Yer 1:9 Lalu TUHAN mengulurkan tangan-Nya dan menjamah mulutku; TUHAN berfirman kepadaku: “Sesungguhnya, Aku menaruh perkataan-perkataan-Ku ke dalam mulutmu.”
Dikatakan bahwa Allah menaruh perkataan- perkataanNya ke dalam mulut seorang nabi, berarti Allah berbicara melalui mulut sang nabi, Akankah perkataanNya berkuasa pada mulut kita, TENTU. Seorang nabi akan dikuasai hidupnya oleh Allah untuk menyampaikan firmanNya. Jadi seorang penghotbah harus menyerahkan dirinya dan bersatu dengan Allah ketika menyampaikan firman Tuhan di mimbar, sehingga semua perkataan yang keluar dari mulut seorang penghotbah harusnya merupakan perkataan Allah juga, Khotbah seperti inilah yang akan didengar atau berkuasa untuk menjamah semua orang untuk percaya, walaupun ada kenyataan bahwa di jaman dulu Israel menolak semua nabi yang dikirimkan kepadanya. Jika perkataan Allah saja ditolak apalagi perkataan manusia, tetapi saudara-saudara, ini adalah jaman anugrah, oleh karena darah Anak Domba dan SalibNya, pintu anugrah dan keselamatan telah dibuka untuk semua orang percaya.

Pokok IV : mempunyai Kuasa
o Yer 1:10 Ketahuilah, pada hari ini Aku mengangkat engkau atas bangsa-bangsa dan atas kerajaan-kerajaan untuk mencabut dan merobohkan, untuk membinasakan dan meruntuhkan, untuk membangun dan menanam."
Allah mengangkat penghotbah atas bangsa-bangsa dan kerajaan, atau sebagai duta atau penasehat bagi kerajaan dan pemerintah, jika pemerintah hendak bertanya dan meminta petunjuk kepada Allah, kitalah yang harus menyampaikannya kepada mereka. Seorang penghotbah harus menjadi penyambung lidah/duta Allah, menjadi serupa dengan Allah sehingga mempunyai KUASA untuk mencabut, merobohkan, membinasakan, meruntuhkan, menanam. Artinya Kuasa Allah ada pada seorang nabi,atau kepenuhan Roh Kudus. Segala hal yang tidak benar akan diruntuhkan, iblis dibinasakan, dan seorang pengkhotbah akan menanam firman Tuhan dan kebaikan supaya bisa dituai. Jadi seorang pengkhotbah haruslah mempunyai KUASA karena dia merupakan alat Allah dan mengenal Allah. Allah akan menaruh kuasa pengetahuan iman dan membuka pengertian bahwa dia dipakai dan menjadi satu dengan Allah dalam melaksanakan pekerjaanNya.

Pokok V : sebagai penjaga
o Yehezkiel 3:17 "Hai anak manusia, Aku telah menetapkan engkau menjadi penjaga kaum Israel. Bilamana engkau mendengarkan sesuatu firman dari pada-Ku, peringatkanlah mereka atas nama-Ku.
Tugas seorang nabi adalah menjadi penjaga kaumnya, jadi jika dia melihat akan adanya bahaya atau serangan, seorang penjaga haruslah bergerak tampil kedepan untuk membela dan melawan segala bahaya yang terjadi. Sebagai seorang penjaga juga sebagai pelindung, Pelindung dari segala keadaan yang tidak enak dan membahayakan. Akan ada Firman dan pesan Tuhan yang akan disampaikan kepada kita untuk melaksanakan tugas penjagaan ini. Jadi milikilah saat teduh yang baik dengan Allah, dengarkan suaraNya, dan peringatkanlah kepada mereka atau jemaat atas nama Tuhan segala perbuatan kesalahan dan ketidakaturan yang terjadi, supaya bisa dicegah dan mereka diinsafkan untuk tidak mencelakakan dirinya sendiri dan orang lain. Dan bahwa perintah Tuhan bukanlah semata-mata untuk mengekang kebebasan kita, tetapi seperti seorang Bapa terhadap anaknya, apa yang baik dan apa yang tidak baik akan diperingatkanNya kepada kita untuk semata-mata berbuat baik kepada kita akhirnya.

Kesimpulan
o menjadi Seorang pengkhotbah adalah panggilan untuk menyampaikan Pesan Allah dengan kuasa kepada jemaat dan pemerintahan supaya mereka berbalik lagi kepada jalan Allah yang benar.

No comments:

Post a Comment

NAMA ALLAH ISRAEL - Juliman Harefa