Nama : Frendy Latupeirissa
Tkt/Smt : II/3
Tugas : Homiletika I
Dosen : Juliman Harefa, M.Th
Khotbah Ekspositoris
“Hidup Bersama Dengan Rukun”
Mazmur 133:1-3
Pendahuluan
Mazmur ini ditulis dalam konteks bangsa Israel sedang berziarah. Teks ini ditulis atau dikarang oleh Daud dalam bentuk syair. Daud menulis syair ini karena ia menginginkan kerukunan kekeluargaan dari umat Allah. Teks ini bisa dibagi dalam tiga bagian yaitu :
I. Kerukunan atau ciri-ciri persaudaraan yang rukun (ayat 1)
II. Gambaran hidup rukun (ayat 2-3a)
III. Implikasi dari hidup rukun (ayat 3b)
Di ayat 1 pemazmur mengatakan sungguh alanggkah baiknya dan indahnya, apabila saudara-saudara diam dengan rukun. Disini pemazmur menggungkapkan dua cirri persaudaraan yang rukun itu. Yang pertama adalah baik. Kata baik dalam ayat ini menerangkan kualitas persaudaraan yang rukun. Ketika persaudaraan atau persekutuaan itu rukun maka kita bisa melihat mutu dari persekutuan itu. Mutunya adalah baik. Baik disini tidak hanya terbatas pada apa yang kelihatan. Ibaratnya suatu barang, jika seseorang ingin membeli suatu barang dan orang tersebut benar-benar mengenal barang itu, tentu dia tidak melihat apa yang diluarnya atau jumlahnya (kuantitas) tapi mutu atau kualitas barang tersebut, seberapa lama bisa bertahan, seberapa penting manfaatnya atau dalam bahasa ekonomi ini disebut nilai guna barang itu. Demikian pula dengan persekutuan kita kualitas apa yang bisa kita tunjukkan, sudah bisakah kita katakan kalau persekutuan kita baik-baik? Dalam satu persekutuan apa yang bisa kita berikan satu dengan yang lain? Sudahkah persekutuan kita rukun? Jika kita bisa memastikan bahwa persaudaraan atau persekutuan kita rukun maka kualitas ini bisa kita rasakan. Satu dengan yang lain akan bisa menjadi berkat bukan menjadi batu sandungan, bahkan bisa dirasakan oleh orang yang diluar persekutuan kita. Namun hal ini tidak akan berhasil kalau tidak dimulai dari diri kita sendiri. Bagaimana kualitas rohani kita, kesaksian hidup kita, yang kita bisa bagikan bagi orang lain. Tidak harus hal-hal yang luar biasa, kita mulai dari hal yang kecil saja seperti cara kita bertutur kata, cara kita bertingkah laku, cara berelasi antara satu dengan yang lain, melalui itu kita sudah tunjukan sejauh mana kualitas diri kita dan mempengaruhi kualitas persekutuan kita. Hal yang kita lihat dari ayat 1 ini adalah sifat atau cirri dari persaudaraan yang rukun adalah indah. Indah menunjukan estetika dari persaudaraan yang rukun. Tuhan memberi kita mata untuk melihat keindahan. Tapi keindahan yang dimaksudkan dalam ayat ini adalah keindahan yang dilihat sekaligus dirasakan. Dalam persaudaraan yang rukun hal ini akan dirasakan oleh setiap orang yang dalam persekutuan itu. Semua kita menginginkan keindahan, tentu juga dalam persekutuan kita. Kita mau ada tercipta keindahan. Namun, kalau kita melihat saat ini apakah dalam persekutuan yang dihiasi dengan gossip-gosip hangat, saling mencurigai dan hal-hal buruk lainnya, apakah keindahan itu kita dapatkan? Kita lihat persekutuan kita saat ini, baik di asrama, unit, kelas, dan secara umum persekutuan STT Providensia secara menyeluruh adakah keindahan seperti yang dikatakan oleh pemazmur ini? Sebagai pribadi-pribadi yang ada dalam persekutuan kita melihat dan mengevaluasi diri kita sendiri. Apakah kehadiran kita dalam persekutuan bisa menjadi penghias yang memperindah persekutuan kita atau kita hadir hanya untuk memudarkan keindahan itu dan memporak-porandakan? Kita jawab dalam pribadi-pribadi kita masing-masing. Kita bisa miliki persekutuan, kita sudah adakah cirri atau tidak. Persekutuan yang indah membuat setiap anggotanya berlahan, karena ia merasa nyaman, aman tentram dalam persekutuan itu. Atau malah dalam persekutuan kita merasa gelisah dan ingin keluar dari persekutuan ini? Tidak sedikit yang kita lihat dan dengar baik itu gereja, yayasan Kristen, bahkan sekolah teologia yang tidak lagi memancarkan keindahan dari persekutuan itu, banyak persekutuan Kristen yang sudah tidak bisa menjadi berkat lagi. Jangankan bagi lingkungan bagi sesama anggotanya persekutuan sudah tidak ada keindahan lagi. Tapi Firman Tuhan mengingatkan kita bahwa seharusnya persekutuan kita adalah indah. Bagian yang bisa kita lihat dari teks ini adalah di ay.2-3a yaitu bagaimana daud mengibaratkan persekutuan yang rukun itu yaitu :
• Seperti minyak. Minyak yang dimaksud disini adalah minyak urapan yang digunakan aku konteks pengurapan iman. Di ay.2 . . . seperti minyak ini menggambarkan kelimpahan, minyak urapan itu tidak hanya mengenai kepalanya tetapi meleleh kejanggut sampai keleher jubahnya. Persaudaraan yang rukun juga akan seperti minyak yang melimpah berkat saling memberkati bahkan mengalami kelimpahan bukan hanya kekayaan-kekayaan semata-mata. Tapi sukacita rohani yang mereka dapat dari Tuhan. Kembali lagi kita melihat persekutuan kita apakah melimpah dengan sukacita? Kalau tidak mari kita mengevaluasi kembali. Persekutuan yang rukun juga diibaratkan seperti embun. Embun juga menggambarkan berkat yang dirasakan oleh persaudaraan yang rukun. Embun yang digambarkan disini adalah embun yang tidak hanya mengendap pada suatu tempat saja. Seperti dikatakan dari gunung Hermon ke bukit sion satu tafsiran mengatakan bahwa embun yang dari gunung hermon tidak diendapkan tapi turun (menggalir) ke bukit sion. Ini berarti persekutuan yang rukun berkatnya tidak hanya untuk persekutuan itu sendiri tapi jadi berkat bagi orang lain juga. Bagaimana dengan persekutuan apakah kita sudah bisa menjadi berkat bagi orang lain di luar persekutuan kita, atau jangankan di luar persekutuan kita yang di dalam saja tidak bisa? Biarlah kita menjadi persekutuan yang tidak mengendap berkat untuk diri kita sendiri tapi bagi orang lain juga. Seperti embun dari gunung hermon turun ke bukit Sion. Dan bagian terakhir dari teks ini adalah di ayat 3b kita melhat akibat yang diperoleh, oleh persekutuan yang rukun yaitu berkat kehidupan untuk selama-lamanya.
Musuh dari hidup rukun
1. Kesombongan : merasa mampu melakukan segala sesuatu tanpa orang lain juga termasuk tanpa Tuhan. Ilustarsi tentang jari Tanya – ibu jari ( aku yang paling top dam paling hebat), jari telunjuk (aku yang paling pintar dan jenius, ketika orang menjawab di kelas, saya selalu ditonjolkan), jari tengah (aku paling tinggi, kalian semua ada di bawah saya), jari manis (aku paling kaya, konglomerat, orang sering menaruh cincin ke saya), jari kelingking (aku yang kecil paling hina, paling rendah, orang lagi marah memukul meja, aku yang duluan sakit dan kejepit, ketika kuping dan hidung orang gatal, aku hatus dimasukan kesana. Pertanyaan ketika nanti menghadap raja segala raja, siapa yang di depan? Tentunya jari kelingking. Yang merendahakan hati akan ditinggikan oleh Tuhan.
2. Keegoisan : menilai segala sesuatu menurut kepentingan dan kebenaran diri sendiri.
Ilustrasi mimpi seorang Hamba Tuhan di bawa Malaikat kedua tempat yang berbeda, yakni neraka dan surga. Ketika sampai di neraka, dia bertanya : Apakah orang katolik, pentakosta, presbiteran, dan metodis ada di sana? Malaikat menjawab : ada bahkan banyak. Ketika dibawa ke surga, dia memberikan pertanyaan yang sama. Malaikat menjawab : tidak ada bahkan tidak ada sama sekali. Hamba Tuhan itu bertanya dan heran-heran. Kemudian dia bertanya sekali lagi, kalau begitu siapa yang masuk ke surga ? malaikat menjawab dengan mantap “bukan orang katolik, bukan pentakosta, bukan presbiteran, bukan pula metodis, tetapi setiap orang kepda Kristus dengan setia kepadanya. Seringkali pertengkaran, perselisihan, permusuhan, terjadi diantara tubuh Kristus oleh Karena ada orang tertentu yang terlalu menggangap bahwa gerejanyalah yang paling benar. Tentu hal itu tidak boleh terjadi. Kita adalah satu, yaitu sebagai tubuh Kristus dan Kristus dan Kristus sendirilah Kepada Gerejanya. Disini saya menyimpulkan Bahwa, hidup saling mengasihi kita (Yohanes 15:9-10) bukan sekedar hanya sama seperti kita mengasihi diri kita sendiri. Kenapa kunci hidup rukun atau bersalah adalah kasih atau kasih karena kasih itu memiliki fungsi sebagai pengikat, permersatu, dan menyempurnakan. AMIN
Khotbah Topikal
“Diciptakan Menjadi Serupa Dengan Kristus”
ROMA 8:29
“ Sebab semua orang yang diplih-Nya dari semula, mereka juga ditentukan-Nya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya, supaya ia, Anak-Nya itu, menjadi yang sulung diantara banyak saudara”
PENDAHULUAN
Sedikit latar belakang dari surat roma, surat roma ditulis di korintus (15:32). Agaknya pada akhir perjalanan Paulus yang ketiga (15:25). keadaan paulus pada saat itu digambarkan dalam kisah para rasul 20:2-3. Ternyata pada waktu itu orang-rang yahudi bermaksud membunuh dia’, sehingga ia terpaksa membatalkan pelayaran ke siria dan mengambil jalan darat ke Filipi ( 700 km jalan kaki dari korintus). Tujuan penulisan surat roma, pertama Paulus ingin berkenalan dengan jemaat yang tidak didirikan (1:11 dyb.). kedua ia ingin meminta dukungan keuangan dan penyediaaan sarana untuk perjalanan ke Spanyol yang sedang di rencanakan paulus (15:24). Ketiga ia meminta doa syafaat jemaat Roma berhubung dengan konfrontasi dengan orang Yahudi di Yerusalem (15:30-31). Paulus juga meminta doa syafaat jemaat Roma berhubung dengan ketidakpastian Paulus mengenai sikap jemaat Kristen di Yerusalem terhadap sumbangan jemaat-jemaat di makedonia dan akhaya yang dibawa Paulus ke Yerusalem (15:30-31). Agaknya juga ingin meredakan perselisihan yang sedang berlangsung dalam jemaat Roma (14:1-15:13).
Disini jika kita melihat lebih jauh kedalam bagian dari teks ini. yang ada kaitannya dengan ayat sebelumnya. pada ayat 29 dan 30 merupakan rantai yang terdiri atas lima mata rantai yang tercantum dalam ayat 29 mengungkapkan isi ‘Rencana Allah’ dalam ayat 28, yaitu apa yang telah direncanakan Allah sebelum segala zaman. diciptakan menjadi serupa dengan Kristus, dari semula rencana Allah adalah untuk menjadikan kita serupa dengan gambaran putranya, Yesus. Dari seluruh ciptaan hanya manusia yang diciptakan menurut gambar Tuhan, sebagaimana Tuhan adalah Rohnya adanya. Maka kita juga ada Roh dan Roh kita itu datang dari pribadi Allah yang adalah Roh. Karena itulah roh kita juga abadi dan akan melampaui tubuh yang fana ini. Kita juga memiliki akal budi, sehingga dapat berpikir yang berguna untuk mengatasi dan memecahkan masalah. Kita juga memiliki kesadaran moral, sehingga dapat membedakan yang benar dari salah. Namun semuanya itu kita harus bertanggung jawab dengan Tuhan.
Ada beberapa hal yang perlu kita pelajari :
• Sekarang seperti apakah gambar dan keserupaan penuh dari Tuhan?
Seperi Tuhan Yesus Kristus, dimana Tuhan ingin anak-anakNya memiliki gambar keserupaan dengannya. Kita tidak pernah jadi Tuhan atau orang lain. Hal ini diwaspadai, karena keinginan untuk menjadi Allah akan muncul setiap kali pada saat kita mencoba untuk mengendalikan keadaan, masa depan atau mulai mengendalikan diri kita. Kita sebagai ciptaanNya tidak akan pernah menjadi sang pencipta. Tuhan Tidak ingin kita jadi Allah,
• Tuhan ingin kita menjadi kudus, meneladani nilai-nilaiNya, sikap dan karakterNya.
Tujuan akhir Tuhan bagi hidup kita dibumi bukanlah kenyamanan, tapi pengembangan karakter. Tuhan ingin kita menggembangkan jenis karakter yang digambarkan dalam ucapan bahagia Tuhan Yesus (Matius 5 : 1 – 12), buah roh (Galatia 5 : 22,23), dan kasih (1Korintus 13 : 1- 7).
• Aplikasi
Karena itu kita tidak boleh lupa bahwa karakter Kristus adalah tujuan bagi hidup kita. Oleh Karena itu kita tidak perlu bertanya-tanya lagi apabila kesulitan datang. Namun secara manusia kita memang dapat berkata hal yang demikian tetapi kenyataannya bagi hidup kita sangat sulit untuk melakukannya. Terkadang kita manusia sering bertanya-tanya di dalam pikiran kita, dan bahkan seringkali kita sering menyalahkan Tuhan. Memang hidup ini sulit namun itulah yang membuat kita bertumbuh. Dan memiliki iman yang kuat didalamnya. Oleh karena itu maukah Hidup kita dibentuk menjadi orang-orang yang mempunyai karakter kristus? Semuanya kembali dari pada pribadi kita masing-masing. Dan mampukah kita melakukannya didalam kehidupan kita tiap-tiap hari. Amin
Khotbah Tekstual
“Semua Pasti Bisa”
ROMA 12:12
Pendahuluan
Surat Roma di tulis di Korintus (Roma 15:32) agaknya pada akhir perjalanan Paulus yang ketiga (15:25), menjelang awal musim pelayaran di wilayah Laut Tengah, jadi pada saat itu digambarkan dalam Kisah Para Rasul 20:2-3. Ternyata pada waktu itu ‘orang-orang Yahudi bermaksud membunuh dia’ sehingga ia terpaksa membatalkan pelayaran ke Siria dan mengambil jalan darat ke Filipi. Tujuan penulisan surat Roma sendiri adalah
a) Berkenalan dengan jemaat, yang tidak didirikan Paulus (1:11)
b) Meminta dukungan keuangan dan penyediaan sarana untuk perjalanan ke Spanyol yang sedang direncanakan Paulus (15:24).
c) Meminta doa syafaat jemaat Roma berhubungan dengan konfrontasi dengan orang Yahudi di Yerusalem (15:30-31).
d) Meminta doa syafaat jemaat Roma berhubungan dengan ketidakpastian Paulus mengenai sikap jemaat-jemaat di makedonia dan Akhaya yang dibawa Paulus ke Yerusalem (15:30-31).
e) Agaknya juga merdakan perselisihan yang sedang berlangsung dalam jemaat Roma (14:1-15:13).
Ayat ini saya mencoba membahas dan memberi sedikit arahan untuk keluar dari masalah yang sering membuat kita terpuruk, dalam kehidupan ini disaat kita sering menghadapi masalah
Singkat cerita seorang anak :Aku tidak bisa… aku nggak kuat lagi menghadapi ini semuanya… mengapa saya harus mengalami ini semua. Tuhan, tolonglah saya menghadapi ini semua. Demikianlah ungkapan hati seorang anak yang sedang mengalami penderitaan.
Saudara, seringkali kita pun mengalami hal yang sama. Situasi yang sulit, sikon yang tidak menyenangkan, dll. Melalui khotbah di saat ini, ada beberapa cara yang dapat kita lakukan apabila mengalami situasi sulit atau penderitaan, dan melalui teks ini kita akan melihat beberapa hal yang perlu kita renungkan dalam kehidupan kita jika kita sedang merasa terpuruk dalam masalah yang membuat kita sering merasa gagal, dan tidak mampu melalui setiap cobaan yang ada.
1. Bersukacita dalam pengharapan (ayat 12a). Sukacita seseorang kadangkala bergantung kepada situasi. Inilah yang dialami banyak orang. Bersukacita ketika dalam keadaan senang, itu hal biasa. Tetapi bersukacita ketika mengalami penderitaan, sangatlah susah untuk dilakukan. Sesungguhnya, yang menjadi salah satu kekuatan dalam diri orang percaya ketika diperhadapkan dengan sikon yang sulit adalah ketika ia mampu bersukacita. Seseorang bersukacita karena dia memiliki pengharapan di dalam Tuhan. Orang-orang yang tidak mampu bersukacita adalah mereka yang tidak memiliki pengharapan dalam Kristus. Pengharapan yang dimaksud disini bukanlah pengharapan agar keluarga kita berbahagia, agar kita memiliki anak-anak sehat dan berbudi, agar kita akan berumur panjang. Yang dimaksud disini ialah pengharapan akan kedatangan dunia yang baru, akan kebangkitan dan kehidupan bersama Kristus. Pengharapan itu menjadi alasan bukan untuk bimbang, melainkan untuk bersukacita. Sebab janji Allah pasti akan digenapi.
2. Sabar dalam kesesakan (ayat 12b). kata “sabar” juga dapat diartikan “bertahan”, “tabah”. Sabar adalah bagian dari buah-buah Roh (Galatia 5:22). Dengan demikian, bila orang percaya menghadapi tantangan dan godaan, maka ia seharusnya dapat bertahan, bersabar, atau pun tabah! Penderitaan yang dihadapi merupakan warna-warni kehidupan. Orang yang dapat bertahan dalam penderitaan adalah orang yang telah memegang kemenangan iman bersama dengan Tuhan. Kesesakan yang dimaksud disini ialah kesengsaraan yang telah disebut dalam 5:3. Kesengsaraan itu tak terpisahkan dari kehidupan orang percaya. Sebab kesatuan itu merupakan hasil persekutuan kita dengan Kristus. Dunia telah membenci Kristus dank arena itu wajarlah pengikut-pengikut Kristus dibenci pula. Karena itu, orang Kristen harus menanggung penderitaan dengan sabar.
3. Bertekun dalam doa (ayat 12c). kegiatan utama dalam menahan kesengsaraan ialah berdoa. doa merupakan bagian dari kehidupan orang percaya. Doa tidak dibatasi oleh ruang dan waktu. Paulus menuliskan surat kepada jemaatnya agar senantiasa bertekun dalam doa. Kata “bertekun” adalah kegiatan yang terus-menerus dilakukan. Jadi, doa adalah bagian dari kekuatan orang percaya yang harus dilakukan terus-menerus tanpa melihat situasi. Hanya dengan berdoa terus kepada Allah yang adalah sumber ketekunan dan penghiburan, orang Kristen menerima kekuatan agar dapat bertahan bersama segala hal lain yang disebut dalam ayat-ayat ini. Sebab doa membangkitkan kerajinan dan menyalakan semangat didalam kita, mendorong kita untuk melayani Tuhan, menambahkan sukacita di dalam kita, dan merupakan pertolongan di tengah penindasan. Orang percaya harus bertekun didalam doa. Sebab doa merupakan pintu masuk bagi Roh, dan pintu masuk itu akan tetap terbuka.
Saudara, firman Tuhan saat ini mengingatkan kita bahwa dalam menghadapi apapun, belajarlah untuk melakukan ketiga hal diatas. Percayalah bersama dengan Tuhan bahwa kita pasti bisa. Amin
From that time Jesus began to preach and to say: "REPENT, FOR THE KINGDOM OF HEAVEN IS AT HAND." (Matthew 4:17)
Tuesday, February 21, 2012
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
-
Nama : Frendy Latupeirissa Tkt/Smt : II/3 Tugas : Homiletika I Dosen : Juliman Harefa, M.Th Khotbah Ekspositoris “Hidup Bersama Den...
-
Nama : Mareks Joseph Tkt/Smt : II/3 Tugas : Homiletika I Dosen : Juliman Harefa, M.Th KHOTBAH TOPIKAL Harga Penyerahan Diri Lukas ...
-
Oleh: Julandri Simanjuntak KHOTBAH EKSPOSITORI “KOMITMEN UNTUK MENJADI BERKAT” 2 Raja-Raja 5:1-5 PENDAHULUAN Dalam sebuah kesempatan ...
No comments:
Post a Comment