Wednesday, December 11, 2013

MELAYANI BUKAN UNTUK DILAYANI



MELAYANI BUKAN UNTUK DILAYANI
Pdt. Juliman Harefa, S.Th., M.Div.,Th.M.[1]
PENDAHULUAN
            Kalimat MELAYANI BUKAN UNTUK DILAYANI sepintas kedengarannya sangat rohani, benar apabila dipahami dari perspektif  kehendak Tuhan Yesus bagi murid-murid-Nya, tetapi bila diperhatikan konteks dari teks Firman Tuhan Markus 10:35-45 terlihat bahwa Tuhan Yesus sedang memberikan “kuliah” kepada murid-muridnya terutama Yakobus dan Yohanes yang sangat berambisi untuk “merebut” kekuasaan, dengan kata lain mereka menginginkan “kursi” yang bukan diperuntukan bagi mereka, karena kuasa yang mereka inginkan adalah milik Tuhan Yesus.
            Dalam perspektif Alkitab arti Disebelah kanan Mu…di sebelah kiri Mu adalah : Setelah sang raja sendiri, yang paling berkuasa dalam suatu kerjaan adalah orang duduk paling dekat dengannya.[2] Sehingga persoalan bukan memperebutkan siapa duduk disebelah mana !, tetapi siapa yang duduknya paling dekat dengan raja itulah yang berkuasa.
            Tulisan ini menjelaskan tentang makna Alkitabiah dan makna teologis dari Firman Tuhan: “Karena Anak Manusia juga datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang.” (Markus 10:45).   Sebab sesungguhnya kalimat melayani bukan untuk dilayani adalah  dari Tuhan Yesus sendiri kepada murid-murid-Nya yang mengajar mereka bagaimana menjadi yang besar dan terkemuka yaitu menjadi seorang pemimpin yang berhati hamba.
A.    PERMINTAAN YANG AMBISIUS
Pelayanan Tuhan Yesus di dunia membawa misi Pemberitaan tentang kerajaan Allah ke dalam dunia, dalam Injil Markus 10:35-45 percakapan Tuhan Yesus dengan murid-murid-Nya, sebuah percakapan yang sangat menarik karena diisi oleh kisah dua orang murid Yesus yang bernama dan Yakobus dan Yohanes yang memiliki keinginan yang sangat ambisius sedangkan dalam Matius 20:20-21 yang mengajukan permohonan tersebut adalah Ibu mereka yakni Salome, saudara perempuan Maria ibu Yesus (Mar 15:40; Mat 2756; Yoh.19:25).  Karena ibu Yakobus dan Yohanes adalah bersaudara maka mereka sepupu Tuhan Yesus, sepertinya ada usaha “persekongkolan” tetapi Tuhan Yesus tidak mau terjebak dalam niat ambisius saudara sepupunya tersebut.
Permintaan Yakobus dan Yohanes terdapat dalam Markus 10:35 Lalu Yakobus dan Yohanes, anak-anak Zebedeus, mendekati Yesus dan berkata kepada-Nya: "Guru, kami harap supaya Engkau kiranya mengabulkan suatu permintaan kami!" 10:36 Jawab-Nya kepada mereka: "Apa yang kamu kehendaki Aku perbuat bagimu?" 10:37 Lalu kata mereka: "Perkenankanlah kami duduk dalam kemuliaan-Mu kelak, yang seorang lagi di sebelah kanan-Mu dan yang seorang di sebelah kiri-Mu." 10:38 Tetapi kata Yesus kepada mereka: "Kamu tidak tahu apa yang kamu minta. Dapatkah kamu meminum cawan  yang harus Kuminum dan dibaptis dengan baptisan yang harus Kuterima?" 10:39 Jawab mereka: "Kami dapat." Yesus berkata kepada mereka: "Memang, kamu akan meminum cawan yang harus Kuminum dan akan dibaptis dengan baptisan yang harus Kuterima. 10:40 Tetapi hal duduk di sebelah kanan-Ku atau di sebelah kiri-Ku, Aku tidak berhak memberikannya. Itu akan diberikan kepada orang-orang bagi siapa itu telah disediakan." Jelaslah bahwa permintaan mereka tidak dapat dipenuhi karena permintaan tersebut tidak porposional.
B.     PERSELISIHAN
Mendengar hal tersebut di atas (ay. 40) kesepuluh murid yang lain menjadi marah kepada Yakobus dan Yohanes (ay. 41). Mereka marah kepada Yakobus dan Yohanes karena menginginkan tempat utama. Mereka marah bukan karena sulitnya menjadi murid Kristus, tetapi karena mereka masing-masing juga berharap untuk memiliki tempat utama itu. Jadi, dalam kejengkelan murid-murid itu terhadap ambisi Yakobus dan Yohanes, ketahuanlah juga ambisi pribadi mereka sendiri.
Kemudian, Kristus menggunakan kesempatan ini untuk memperingatkan mereka mengenai hal ini dan juga mengenai penerus-penerus mereka dalam pelayanan Injil (ay. 42-44). Ia memanggil mereka secara pribadi, untuk memberikan sebuah contoh bagi mereka mengenai kerendahan hati dan memarahi mereka karena ambisi mereka itu. Ia juga mengajar mereka agar sekali-sekali jangan membiarkan mereka terpecah belah.
C.    MISI KRISTUS KE DALAM DUNIA
Maksud dari perkataan Tuhan Yesus tersebut di atas adalah misi yang Ia emban untuk datang kedunia adalah misi PENEBUSAN (bhs Yunani Lytron) manusia berdosa untuk memperoleh kehidupan kekal (Yoh 3:16) yang pada puncaknya Tuhan Yesus akan duduk disebelah “kanan” Allah Bapa.  Misi Penebusan Kristus dalam Markus 10:45 adalah Karena Anak Manusia juga datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang.” Misi ini perlu dipelajari secara Alkitabiah dan dipahami secara teologis dalam konologi karya keselamatan-Nya, sehingga tidak salah kaprah.
            Memahami pendapat David J. Bosch tentang reflektif terhadap Perjanjian Baru sebagai sebuah dokumen Misi, terlihat bahwa dalam pengantar misiologinya, ia mulai dari pelayanan Yesus dan gereja mula-mula. Sebab Perjanjian Baru memberikan kesaksian terhadap pergeseran dasariah bila dibanding dengan Perjanjian Lama.  Bosch memperjelas maksudnya dengan mengatakan;
            “Dalam meneliti pergeseran paradigma dalam pemikiran misi saya bermaksud menyatakan bahwa perubahan paradigma yang pertama dan besar terjadi dengan datangnya Yesus dari Nazareth dan apa yang terjadi sesudah itu.” [3] 
            Pergeseran paradigma dasariah tersebut terletak pada peranan Israel bagi Allah dan dunia dengan peranan Yesus bagi Allah dan umat manusia. Kuiper menjembatani hal itu dengan penjelasan,
            “Pemberitaan dan tindakan Yesus terhadap orang-orang kafir merupakan kebalikan mutlak dari proselitisme Yahudi. Telah kita lihat bahwa usaha proselitisme kurang berdasarkan eskatologia, tetapi merupakan antisipasi dari janji-janji Allah, di dalam ketidaksabarannya. Tetapi dalam PB titik tolak adalah pengharapan eskatologis mengenai pertobatan bangsa-bangsa dan penyembahan bangsa-bangsa dan menyembah mereka kepada Allah yang benar dan tunggal.”[4]
            Sedangkan inti-pusat berita injil ialah maklumat Yesus tentang kerajaan Allah yang telah mendekat.  Dan pemerintahan Allah (basileia tou theou) merupakan pusat seluruh pelayanan Yesus, dengan kata lain pemerintahan Allah “ titik awal dan konteks untuk misi Kristus “. [5]  Menyusul kemudian murid-murid Yesus dalam mengemban amanat agung sebagai “pengajar” Firman Tuhan dan peran gereja mula-mula.
            Untuk memahami lebih dalam maksud Yesus dan pemerintahan Allah sebagai titik awal dan konteks untuk misi-Nya, berikut pembahasan tentang inkarnasi Yesus Kristus, Amanat Agung dan perintah pada pasca kebangkitan Yesus serta respon para murid dan rasul dalam merefleksikan misi Kristus dalam pelayanan mereka.

            1. Inkarnasi Yesus Kristus
                        a. Yesus adalah utusan Allah
                        Inkarnasi adalah bukti Missio Christi dalam arti Kristus diutus oleh Allah: In Jesus of Nazarath God acted to disclouse Himself to humanity. “ The word become flesh and dwell among us … and we have behold His glory ….…” ( John 1: 14). Jesus is God‘s  self-disclure.[6]
            Dalam Inkarnasi Kristus, Allah menyatakan diri-Nya dalam sejarah manusia dan dalam sejarah dunia dan dalam sejarah keselamatan sebagai realisasi misi pengutusan Kristus.   Yesus Kristus menjadi utusan  Allah untuk manusia. “ Jesus Christ was God’s missionary to us. ( John 17:18 )”. [7]
            Richard A.D Siwu mengutip afirmasi G. Lausanne Covenant ( 1974 ) bahwa Kristus mengutus orang-orang yang telah Ia tebus ke dalam dunia sama seperti Bapa telah mengutus-Nya dan karenanya panggilan ini merupakan suatu pelaksanaan yang dalam dan penebusan yang tidak ternilai atas dunia ini. [8]
            Inkarnasi adalah bukti Missio Christi dalam arti Kristus diutus oleh Allah. Dalam Inkarnasi Kristus, Allah menyatakan diri-Nya dalam sejarah manusia dan dalam sejarah dunia dan dalam sejarah keselamatan sebagai realisasi misi pengutusan Kristus. Yesus Kristus menjadi utusan, dan Kristus mengutus orang-orang yang telah Ia tebus ke dalam dunia sama seperti Bapa telah mengutus-Nya dan karenanya panggilan ini merupakan suatu pelaksanaan yang dalam dan penebusan yang bernilai kekal.
                        b. Untuk Mati di Kayu Salib
                        Inkarnasi Kristus ke dalam dunia tidak hanya untuk bangsa Israel saja tetapi untuk seluruh umat manusia, “ He is the saviour not only for Israel but for the people. Though He come into the world in the historic context of Israel, He commenced His ministry in Galilee “ of the gentle’( Matt 4: 15)”. [9]
            Kematian Kristus di kayu salib merupakan puncak inkarnasi-Nya. Dengan kematian-Nya tersebut, Ia telah menghapus dosa ( Ibrani 9:26). Henry C. Thiessen menyimpulkan bahwa, fakta kematian Kristus merupakan suatu tujuan yang berhubungan dengan penjelmaan. Penjelmaan bukanlah merupakan tujuan; penjelmaan adalah sarana untuk mencapai tujuan penebusan orang terhilang lewat kematian Kristus di atas kayu salib. [10]
            Salib adalah “rekomendasi “ pengutusan murid-murid untuk melaksanakan misi Allah yang tidak dapat diwujudkan bila para murid atau pekabar-pekabar Injil merasa kuat dan percaya diri tetapi apabila lemah dan tak berdaya.[11]
            Inkarnasi Kristus ke dalam dunia tidak hanya untuk bangsa Israel saja tetapi untuk seluruh umat manusia.  Kematian Kristus di kayu salib merupakan puncak inkarnasi-Nya. Dengan kematian-Nya tersebut, Ia telah menghapus dosa- lewat kematian Kristus di atas kayu salib.
                        c. Menghancurkan Pekerjaan Iblis
                        Tujuan inkarnasi Kristus menyangkut juga pada misi-Nya untuk menghancurkan pekerjaan iblis (band 1 Yoh 3:8 dan Kisah 10:38).  [12]
            2. Pasca Kebangkitan Kristus
                        a. Amanat Agung
                                    Amanat Agung dalam Matius 28: 18-20 berbunyi:
“KepadaKu telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi. Karena itu, pergilah jadikan semua bangsa muridKu dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang Ku perintahkan kepadamu. dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.”[13]         
            Tuhan Yesus Kristus mengawali Amanat Agung-Nya dengan kuasa, memberi kekuatan, motivasi dan keberanian kepada para murid untuk mengabarkan Injil.  Kalimat  “kepadaKu telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi”, menunjukkan bahwa Yesus memiliki kuasa yang tertinggi, oleh sebab itu Yesus bukan hanya pengutus tetapi juga berita yang harus diproklamirkan.             Dengan kuasa-Nya yang melampaui   segala kuasa di langit dan di bumi, Yesus memberikan amanat ini. Inilah yang menjadi kekuatan bagi para murid untuk memproklamirkan Yesus,  Juruselamat dunia.[14]
            Kata “pergilah”  pergi adalah satu kata kerja pembantu kepada kata kerja pokok yaitu “ menjadikan murid “.             Dengan demikian perhatian dalam Amanat Agung bukan pada kata “ pergi”  sebab kata tersebut bukan dalam bentuk kata kerja. Tetapi perhatian terhadap Amanat Agung pada kata “ menjadikan murid”.
            Kata “ menjadikan murid” [15] adalah perintah utama yang harus dilakukan dalam Amanat Agung.   Disini secara tegas Allah mewujudkan keterlibatan umat-Nya dalam menjalankan misi-Nya. Umat Allah (para murid) diperintahkan untuk “ menjadikan murid” (menghimpun bagi Allah suatu umat) melalui pergi, mengajar dan membaptis. [16] Bosch menjelaskan pula bahwa bagian terakhir dari “ Amanat Agung’ menyebutkan “ajarlah mereka melakukan segala sesuai yang telah kuperintahkan kepadamu” ( Mat 28:20).
            Jadi dapatlah disimpulkan bahwa ada  3 implikasi penting dari Matius 28:16-20, yakni ada satu wewenang atau kekuasaan yang dikonfirmasikan, Ada satu perintah yang disampaikan (ay 19-20a) dan ada  satu janji yang diberikan sebagai jaminan atas  wewenang/kekuasaan dan tugas yang dipercayakan (ay 20b).
            Dengan demikian bagi para murid, dan -tentunya-  melanjutkan misi Kristus bagi dunia adalah tanggungjawab sebagai umat yang telah ditebus dan diselamatkan, untuk memproklamirkan Yesus, yang menyelamatkan umat-Nya melalui inkarnasi, hidup, penderitaan, kematian dan kebangkitan-Nya.
            b. Amanat Untuk Bersaksi
            Kebangkitan Kristus merupakan proklamasi kemenangan Kristus dan hari Proklamasi Kemerdekaan orang berdosa.[17] Jika Kristus tidak dibangkitkan maka sia-sialah pemberitaan Injil dan sia-sialah kepercayaanmu dan kamu masih hidup dalam dosa ( Band. 1 Kor 15:14 dan 17).
              Proklamasi kemenangan Kristus dan proklamasi kemerdekaan orang percaya yang harus diproklamirkan oleh para murid dan rasul serta semua orang yang telah menjadi bagian keselamatan Allah, proklamasi Injil mengandung keselamatan Allah. Proklamasi Injil mengandung berita pertobatan, pengampunan dosa dan keselamatan.
              Kristus memandatkan hal itu dalam Kisah Rasul 1:8 tetapi kamu akan menerima kuasa, jikalau Roh Kudus turun ke atas kamu akan menjadi saksiKu di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi.
            Mempelajari dan memahami karya keselamatan Kristus bagi manusia berdosa membuktikan kepada manusia bahwa manusia tidak mungkin dapat, mendapatkan posisi Yesus disebelah kanan Bapa bahkan menggantikan-Nya sekalipun.   Tuhan Yesus Kristus memberikan pangajaran kepada para murid-murid-Nya bahwa porsi mereka adalah menjadi pengajar yang berhati hamba, sesuai dengan amanat Agung dan amanat bersaksi tersebut di atas.
D.    PENGAJAR YANG BERHATI HAMBA
Percakapan Tuhan Yesus dengan murid-murid-Nya dalam Markus 10:42 Tetapi Yesus memanggil mereka lalu berkata: "Kamu tahu, bahwa mereka yang disebut pemerintah bangsa-bangsa memerintah rakyatnya dengan tangan besi, dan pembesar-pembesarnya menjalankan kuasanya dengan keras atas mereka. 10:43 Tidaklah demikian di antara kamu. Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu,  10:44 dan barangsiapa ingin menjadi yang terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hamba untuk semuanya. 10:45.
Kata-kata kunci dari Firman Tuhan tersebut adalah kata besar (Yun. Μέγας, baca; megas) pelayan (διάκονος, baca ; diakonos), terkemuka (πρῶτος, baca; prōtos) dan hamba (δοῦλος, baca; doulos), yakni bagaimana menjadi pengajar yang berhati hamba. 
1.      Pengajar adalah Pelayan yang Melayani
            Bila dibandingkan dengan Lukas 22: 26 “Tetapi kamu tidaklah demikian, melainkan yang terbesar ( greatest, μείζων) diantara kamu hendaklah menjadi yang paling muda ( younger, νέος) dan pemimpin ( chief, ἡγέομαι) sebagai pelayan ( serve, διακονέω).
            Pelayan yang dimaksud oleh Tuhan Yesus disini adalah pengajar yang dapat menjadi teladan dan juga dapat menempatkan diri pada tempat yang rendah (lowness pleace) dalam artian memliki kerendahan hati yang luar biasa, serta pemimpin yang mampu ber-diakonia- melakukan pelayanan pengasihan kepada para naradidik.
2.      Pengajar yang berhati seorang hamba
            Hamba dalam bahasa Yunani adalah ‘doulos’ ( δοῦλος) mengacu kepada seseorang yang berada di bawah otoritas orang lain yakni otoritas Allah dalam konteks a slave (budak) atau servant (pelayan).
             Bagaimanakah seorang dalam meresponi panggilan Tuhan untuk mengajar ? Adakah kemungkinan orang awam memiliki hati seorang hamba untuk melayani Tuhan secara penuh, mengingat pekerjaan sekuler banyak sekali menyita waktu sehingga tidak ada waktu untuk belajar maupun melayani?, jawabannya YA !.
             Oleh karena itu kita harus menjernihkan dahulu konsep kita mengenai pelayanan. Orang berpikir pelayanan itu adalah kegiatan rohani saja. Pengertian Alkitab yang benar ialah, seluruh hidup kita adalah milik Tuhan, sesuai dengan Kolose 3:17-23, "Apa pun yang kamu perbuat, perbuatlah itu seperti untuk Tuhan" dan Roma 12:1-2, "Persembahkanlah tubuhmu sebagai persembahan ...", sehingga pengertian sesungguhnya dari pelayanan itu adalah ibadah. Kita melayani Tuhan bukan hanya melalui perbuatan kegiatan rohani, melainkan kita melayani Tuhan berarti kita hidup memenuhi kehendak Tuhan.
Maka dalam pengertian itu, dimanapun kita bekerja, di mana pun Tuhan menempatkan kita untuk mengajar itu adalah suatu bentuk pelayanan juga. Itu adalah pelayanan untuk Tuhan di dalam penempatan Tuhan, dan dengan kekuatan-Nya kita melaksanakan misi Tuhan baik dalam bidang-bidang rohani maupun dalam bidang-bidang yang mempengaruhi masyarakat dan mencerdaskan kehidupan bangsa dan Negara.


E.     REFLEKSI
Pertanyaan reflektif yang diajukan kepada saudara adalah : Apakah saudara mau memberi hatimu untuk Tuhan ???,  bila jawabannya adalah YA,  maka;  sambil kita melaksanakan pekerjaan sekuler kita, kita perlu menyelesaikan dan mendisiplin pembagian waktu supaya ada keseimbangan, sehingga kita bisa memilih -dalam waktu yang sudah sempit itu-  bentuk-bentuk pelayanan yang efektif untuk pekerjaan pembangunan Kerajaan Allah, dan kita minati itu dengan penuh konsentrasi.
Pengajar Kristen adalah seorang pemimpin-pelayan juga. Namun pemimpin-pelayan sering kali dianggap sebagai sebuah kontradiksi;
Pertama, “Jika seseorang ingin menjadi yang terdahulu, hendaklah ia menjadi yang terakhir dari semuanya dan pelayan dari semuanya” (Markus 9:30-37). Yesus lalu mengajarkan kepemimpinan yang sejati. Bagi yang ingin di depan haruslah menjadi yang paling belakang. Yang ingin menjadi pemimpin, harus menjadi hamba. 
Kebesaran seorang pengajar-pemimpin-pelayan Kristen terletak justru pada komitmennya kepada mereka yang tersisih, kecil, marjinal, dan sering terlupakan.  Keempat Injil mencatat segala perbuatan ajaib yang pernah dilakukan-Nya. Namun Yesus tidak pernah sekalipun menggunakan kuasa- Nya untuk kepentingan pribadi. Ia menganggap kuasa-Nya sebagai sesuatu yang dipakai untuk melayani umat manusia.
Kedua, “Barang siapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan barang siapa ingin menjadi yang terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hamba untuk semuanya” (Markus 10:43,44). Kebesaran yang sejati bukanlah soal kepemimpinan, kekuasaan, atau prestasi perorangan yang tinggi (ayat Mr 10:42), melainkan sikap hati yang dengan sungguh-sungguh ingin hidup bagi Allah dan bagi sesama manusia.  Hanya pengajar-pengajar yang mau belajar dari Allah yang dapat mengajar sebagai pengajar yang berhati hamba.
Ia yang sungguh-sungguh ingin menjadi besar dan terkemuka, harus bersedia untuk berbuat kebaikan bagi semua orang, harus merendahkan diri untuk melakukan berbagai pelayanan yang paling hina dan mengerjakan semua pelayanan yang paling sulit. Mereka yang melakukannya tidak hanya akan sangat dihormati dalam kehidupan yang akan datang, tetapi juga menjadi sangat terpuji dalam kehidupan sekarang ini.
Untuk meyakinkan murid-murid-Nya akan hal ini, Ia memberikan contoh kepada mereka mengenai diri-Nya sendiri, bahwa "Anak Manusia lebih dulu menyerahkan diri-Nya mengalami penderitaan dan bahaya yang luar biasa besar, dan baru sesudah itu Ia masuk ke dalam kemuliaan-Nya.
  • Ia mengambil rupa seorang hamba, yang datang bukan untuk dilayani dan dinantikan, melainkan untuk melayani dan menanti untuk menyatakan kebaikan-Nya.
  • Kristus taat sampai mati, dan demi kerajaan-Nya, karena Ia memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang.  Ia telah mati untuk keuntungan manusia.
Kita harus sedemikian mengabdi kepada Tuhan sehingga kita menyatu dengan kehendak-Nya di dunia tanpa menginginkan kemuliaan dan kedudukan.  Melaksanakan kehendak Allah, mengajar orang kepada keselamatan di dalam Kristus serta menyenangkan hati Allah merupakan upah dari mereka yang betul-betul besar dan pengajar yang berhati hamba. Jikalau kita diberikan kesempatan untuk menduduki jabatan terhormat yang menjadikan kita besar dan terkemuka -tentu itu tidak salah- tetapi hal itu harus dalam “koridor” sebagai Pemimpin yang melayani dan Pengajar yang berhati hamba. SOLI DEO GLORIA









                                                               KEPUSTAKAAN
Alkitab, LAI: Jakarta
Alkitab, Edisi Study, LAI : Jakarta, 2011
Bosch, David J., Transforming Mission, Maryknoll, New York: 1996
Kuiper, Missiologia, Jakarta: Bpk Gunung Mulia, 1993
Hedlund, Mission to Man in The Bible, India: Evangelical Literature Service
Tallman J. Raymond, An Intronduction
Richard A.D Siwu, Misi Dalam Pandangan Eukumenikal Dan Evangelikal  Asia 1910-1961-1991, Jakarta: PT BPK Gunung Mulia, 1996           
Henry C. Thiessen, Teologia Sistematika,Malang: Gandum Mas, 1995
Kane, Christian Mission In Biblical Perspektif, Grand Rapids, Michigan: Baker Book House 1976
Fritz Rienecker, A Linguistic Key To The Greek New Testament, Grand Rapids, Michigan: Zondervan Publishing House, 1982.
P. Nepper-Christensen, Dalam Horst Balz dan Gerhard Schneider (ed.),  Exegetical Dictionary Of The New Testament,Grand Rapids,  Michigan : William B. Eerdmans Publishing Company, 1991
Lotnatigor Sihombing, Yesus Kristus Tuhan Kita, Batu: STT “I-3”, 1997


[1] Dosen Teologi FKIP PAK, UKI
[2] Alkitab Edisi Studi, LAI : Jakarta, 2011. h. 1642
[3] Bosch, David J., Transforming Mission, Maryknoll, New York: 1996, p. 21
[4]Kuiper, Missiologia, Jakarta: Bpk Gunung Mulia, 1993p. 37
[5]Bosch, Transformasi …, p. 48
[6]Hedlund, Mission to Man in The Bible, India: Evangelical Literature Service p. 170
[7]Tallman J. Raymond, An Intronduction …, h. 46 
[8]Richard A.D Siwu, Misi Dalam Pandangan Eukumenikal Dan Evangelikal  Asia 1910-1961-1991, ( Jakarta: PT BPK Gunung Mulia, 1996), p. 120
[9]Hedlund, Mission …, p. 196           
[10]Henry C. Thiessen, Teologia Sistematika ( Malang: Gandum Mas, 1995), p. 351 
[11]Bandingkan Bosch, Transformasi …, pp. 788-791
[12]Kane, Christian Mission In Biblical Perspektif, Grand Rapids, Michigan: Baker Book House 1976, p. 270
[13]Matius 28:18-20,  Kis. 1:6-8 dan Yohanes 20:20 Pararel dengan Markus 16: 15-18, Lukas 24:46-
[14]Kane.,p. 33
[15]Fritz Rienecker, A Linguistic Key To The Greek New Testament ( Grand Rapids, Michigan: Zondervan Publishing House, 1982), p. 87 
[16]P. Nepper-Christensen, Dalam Horst Balz dan Gerhard Schneider (ed.),  Exegetical Dictionary Of The New Testament  ( Grand Rapids,  Michigan : William B. Eerdmans Publishing Company, 1991), p. 372
[17]Lotnatigor Sihombing, Yesus Kristus Tuhan Kita ( Batu: STT “I-3”, 1997),p. 75

No comments:

Post a Comment

NAMA ALLAH ISRAEL - Juliman Harefa