Tuesday, February 21, 2012

BAHAN BACAAN UNTUK HOMILETIKA

a. Abineno, J.L., Ch. Sekitar Theologia Praktika, Jakarta : BPK, 1978
b. Braga, James, Cara Mempersiapkan Khotbah, Malang: Gandum Mas
c. Ginting. E.P., Khotbah dan Pengkhotbah , Jakarta: BPK, 1981
d. Gulleson, Bagaimana Berkhotbah, Surabaya: YAKIN, 1984
e. Masela F. Nathan, Relasi Teologi Biblika dan Homiletika serta Relevansinya bagi
Pemberitaan Gereja Masa Kini (Skripsi), Batu: I-3
f. Pouw. P.H., Homiletika, Bandung : Kalam Hidup, 1984
g. Robinson, Haddon W., Biblical Preaching, Grand Rapids: Baker Book House
h. Sutanto, Hasan, Homiletik: Prinsip dan Metode Berkhotbah, Malang: Saat
i. Koller W., Charles, Khotbah Mempesona Tanpa Catatan, Andi: 2005

Tema: “Hubungan yang harmonis dalam keluarga Allah”

Nama :Relson Pattipeilohy
Tgkt/smstr :II/3
Tugas :Homeletika
Dosen :Juliman Harefa, M.Th
Ekspositori
Efesus, 4: 1-7
(kesatuan jemaat dan karunia yang berbeda-beda)
Tema: “Hubungan yang harmonis dalam keluarga Allah”

Latar belakang
penulis: Paulus
Tema: Kristus dan gereja
Tanggal Penulisan: Sekitar 62 M

Surat Efesus merupakan salah satu puncak dalam penyataan alkitabiah dan menduduki tempat yang unik di antara surat-surat Paulus. Surat ini tidak ditulis sebagai jawaban terhadap suatu kontroversi doktrinal atau persoalan pastoral seperti banyak surat lain, sebaliknya Efesus memberikan kesan akan luapan penyataan yang melimpah sebagai hasil dari kehidupan doa pribadi Paulus. Paulus menulis surat ini ketika dipenjara karena Kristus (Ef 3:1; Ef 4:1; Ef 6:20), kemungkinan besar di Roma. Ada banyak persamaan di antara surat ini dengan surat Kolose dan mungkin ditulis tidak lama sesudah surat Kolose. Kedua surat ini mungkin dibawa secara serentak ke tujuannya oleh seorang kawan sekerja Paulus yang bernama Tikhikus (Ef 6:21; bd. Kol 4:7).


Tujuan
Tujuan Paulus dalam menulis surat ini tersirat dalam Ef 1:15-17. Dengan tekun ia berdoa sambil merindukan agar para pembacanya bertumbuh dalam iman, kasih, hikmat, dan penyataan Bapa yang mulia. Dia sungguh-sungguh menginginkan agar hidup mereka layak di hadapan Tuhan Yesus Kristus (mis. Ef 4:1-3; Ef 5:1-2).

Pendahuluan
Saudara pada saat ini saya akan membawakan khotbah tentang hubungan yang harmonis dalam sebuah persekutuan, membawa dampak yang besar dalam pertumbuhan geraja. Sebagaimana dikatakan dalam Mazmur 133:1, “Sungguh alangkah baiknya dan indahnya, apabila saudara-saudara diam bersama dengan rukun”. Kerukunan tercipta apabila di dalamnya mempunyai hubungan yang indah. Untuk itu, di bawah ini akan menjelaskan, apa rahasia hubungan keluarga yang harmonis itu.

Isi
1. Persatuan orang Kristen dalam keluarga Allah (1-3).
Pada saat paulus menulis surat ini, dia berada di dalam penjara dan mengalami penderitaan, namun hal itu tidak membuat dia harus patah semangat untuk membritahkan Injil. Buktinya dia masih sempat untuk menulis surat kepada jemaat di Efesus, dia katakana kepada mareka; “aku orang yang di penjara kerena Injil, menasehati kamu supaya kamu berpadanan dalam panggilan itu.”
Kata yang harus kita perhatikan “supaya”. Kata ini menuju pada sebab akibat. Paulus menasehati jemaat Efesus, untuk mereka dapat memikirkan kembali bahwa mereka ini telah di panggil jadi panggilan yang sudahg di miliki mereka harus mereka pegang. Jadi Paulus menasehati mereka supaya mereka semakin memegang terus panggilan mereka dan tidak melupakan panggilan yang sudah mereka miliki. Lalu dengan cara gimana mereka dapat memegang panggilan mereka dalam hubungan mereka dengan saudara-saudara mereka:
• Mereka harus menjadi rendah hati
• Lemah lembut
• Sabar dan tunjukan kasih mu, serta saling membantu.

Kalau kita lihat beberapa hal yang di katakana Paulus, hal ini tentang sikap seorang yang sudah di panggil, dimana seseorang harus memulai persekutuan yang baik dari dirinya sendiri, kemudian baru dia keluar. Pada saat kita sudah memiliki syarat-syarat di atas, kita harus mulai menjaga Roh, Roh di sini huruf besar jadi Roh Tuhan yang sudah kita miliki kita harus menjaga, menjaga dengan apa; menjaga dengan ikatan tali persaudaraan yang telah di miliki orang-orang percaya pada saat itu. Semua hal ini bermuara dialam hati kita kita.
Sekarang bagi kita, apakah kita yang hidup dalam persekutuan hamba Tuhan sudahkah memiliki kerendahan hati, lemah lembut, dan sabar atau sebaliknya, kita semakin bobrok dalam hal ini.

2. Menjadi teladan dalam keluarga Allah (4-6).
pada saat kita mulai dari diri kita sendiri, kini kita akan mulai pada persekutuan, kitsa harus menjadi teladan. Pertanyaanya teladan seperti apa ?
dari apa yang saya lihat mulai dari ayat 4-6, semua ini berkaitan dengan hati sikap dan roh dimana harus menjadi satu dan tidak di pisahkan. Dalam bahasa Yunani “ev” yang artinya “menjadi satu”, “hanya satu”, “menjadi seorang.” Jadi yang dimaksudkan Paulus yaitu jemaat pada saat itu harus menjadi satu dalam kehidupan mereka (dari banyak orang tetapi memiliki satu hati dan satu tujuan untuk Tuhan). Jadi kita yang sudah hidup dalam persekutuan harus memiliki satu hati yang hanya kepada Tuhan.


3. persatuan dalam anugrah (7).
“Tetapi kita masing memiliki Karunia-karunia yang berbeda” dari apa yang di tulis Paulus di atas, bahwa kita jemaat harus menjadi satu, namun dia katakana kepada jemaatnya kalau mereka berbeda dalam memiliki karunia, namun apakah ini membuktikan kalau jemaat tidak dapat menjadi satu ? tidak. Memang karunia-karunia berbeda tapi bukan berarti tidak bisa menjadi satu dalam persekututna karena maksud Paulus kita di beri karunia-karunia yang berbeda untuk saling memperlengkapi dalam pelayanan jemaat, dan menuju pada satu iman (12-14).

Kesimpulan
tapi bukan berarti tidak bisa untuk di satukan dan di harmonisasi untuk menjadi Dengan khotbah yang singkat ini kita yang sebagai hamba Tuhan yang telah di panggil harus menjadi satu dalam keluarga Kristus dalam persekutuan di sekolah maupun nanti dalam pelayanan kita di luar. Dan kita harus dapat menyatuhkan jemaat kita di kemudian hari. Memang setiap kita memiliki perbedaansatu. Kuncinya hanya satu; kita harus sadar bahwa kita hamba Tuhan yang sudah di panggil harus kejar panggilan itu dalam persatuan yaitu menjadi sepikir, sehati dalam Kristus. Amin….










Topical
Tema: “Hidup Dalam Kasih”

Latar Belakang
Penulis: Paulus
Tema Surat: Surat
Tanggal Penulisan: Sekitar 62 M

Surat Efesus merupakan salah satu puncak dalam penyataan alkitabiah dan menduduki tempat yang unik di antara surat-surat Paulus. Surat ini tidak ditulis sebagai jawaban terhadap suatu kontroversi doktrinal atau persoalan pastoral seperti banyak surat lain, sebaliknya Efesus memberikan kesan akan luapan penyataan yang melimpah sebagai hasil dari kehidupan doa pribadi Paulus. Paulus menulis surat ini ketika dipenjara karena Kristus (Ef 3:1; Ef 4:1; Ef 6:20), kemungkinan besar di Roma. Ada banyak persamaan di antara surat ini dengan surat Kolose dan mungkin ditulis tidak lama.

Tujuan
Paulus menulis surat kepada jemaat Efesus, didukung oleh keadaan masyarakat Efesus pada saat itu. Keadaan masyarakat Efesus pada saat itu adalah masih melakukan penyembahan terhadap Dewa Yunani. Dewa yang mereka sembah pada saat itu adalah mereka sebut dewi Artemis. Mereka memahami dan mempercayai bahwa dewi Artemis ini adalah Dewa kesuburan. Selain itu juga mereka melakukan penyembahan dan tunduk kepada Kaisar. Melihat keadaan ini tergeraklah hati Paulus untuk mengirimkan suratnya kepada jemaat di Efesus.




Surat ini berisikan nasihat, perintah, dan himbauan untuk hidup dalam Kristus. Dalam surat ini penulisnya menekankan Rencana Tuhan agar "Seluruh alam, baik yang di surga maupun yang di bumi, menjadi satu dengan Kristus sebagai kepala" (1:10). Surat ini merupakan juga seruan kepada umat Tuhan supaya mereka menghayati makna rencana agung dari Tuhan itu untuk mempersatukan seluruh umat manusia melalui Yesus KristusPada saat ini kita akan berbicara mengenai kasih,

Pendahuluan
pasti saudara-saudara sudah terbiasa mendengarkan khotbah, seminar, bahkan nasehat-nasehat di dalam keluarga saudarapun sudah mengenai kasih. Tapi yang jadi pertanyaan bagi kita yang sudah terbiasa mendengarkan kata kasih tersebut, apakah kita kita sudah mengaplikasikan kasih di dalam hidup kita dan kasih seperti apa yang sudah kita lakukan ?? apa kasih itu yang di inginkan Tuhan ?

Isi
Nah saudara pada saat ini kita akan melihat kasih seprti apa yang kita harus lakukan dank arena apa kita harus mengaplikasikan kasih tersebut.

1. HIDUP DENGAN MENGUNDANG YESUS KRISTUS DI DALAM HATI (EF31: 17).
Sebenarnya dalam kehidupan kita bersosialisasi dengan orang-orang di sekitar kita, kita sudah melakukan banyak sekali perbuatan kasih kepada orang-orang yang di sekitar kita, namun apa yang mendasari kita untuk melakukan kasih dan sudahkan kita melakukan semua itu dengan motivasi yang benar ?
Saudara saya mau katakan buat saudara, sebanyak-banyak apapun kita melakukan kasih tapi kita tidak memiliki Yesus di dalam hati kita, maka semua perbuatan kasih kita akan menjadi sia-sia dan tidak mempunyai tujuan.
Paulus katakana kepada jemaat di Efesus “oleh iman Kristus diam di dalam hati mu dan kamu berakar di dalam kasih” dalam ayat ini Paulus menjelaskan bahwa yang memiliki Kristus sajalah yang mempunyai kasih dan kasih itu akan terus berakar, jadi marilah kita yang sering mendengarkan kasih. Kita membuka hati kita dan mengijinkan Yesus masuk dalam hati kita.

2. HIDUP BERDASARKAN MAKSUD ALLAH (EF 1: 4-5).
Saudara pada saat kita sudah menjadi milik Yesus, kita akan harus melakuakn apa yang di lakukan oleh Yesus, dan salah satu perbuatan Allah yang harus kita lakukan yaitu kasih. Kita dapat melihat di Efesus 1: 4-5.
Karena kasih kita telah dipilih oleh Allah, dan karena kasih-Nya juga kita dapat di sebut anak-anak Allah. Jadi kalau di balik kepada kita; karena Allah yang terlebih dahulu masuk di dalam hati kita dan terlebih dahulu melakukan kasih, kita punharus melakukan kasih yang du kehendaki Allah. Sekarang menjadi pertanyaan, kasih seperti apa yang diinginkan Allah ?

3. KASIH HARUS DINYATAKAN DALAM KEHIDUPAN KRISTIANI (EF 4: 1-3).
Kita dapat melihat di Efesus 4 ayat 1-3, yaitu: kita harus hidup dengan rendah hati terhadap sesama, lemah lembut, sabar dalam saling membantu, dan damai sejaterah. Paulus katakana seperti ini kepada jemaat di Efesus, supaya jangan samapai mereka mengalami perpecahan di dalam gereja mereka karena tidak memliki rasa kasih terhadap sesama. Sekarang ini kita lihat dalam kehidupan kita, apakah yang terjadi di sekitar kita pada saat tidak memiliki kasih, satu contah kehidupan yang tidak memiliki kasih “kasus di ambon, semua itu terjadi karena saudara-saudara kita tidak memiliki kasih untuk berdamai”. Sekarang bagi kita semua yang ada di sini. Maukah kita melihat gereja kita hancur karena tidak di dasari oleh kasih. Akan pasti tidak mau, jadi marilah kita hidup bersama dengan memiliki rasa kasihb yang peduli terhadap saudara-saudara kita.




Kesimpulan
Sesuai pertanyaan yang tadi kasih seperti apakah yang harus kita buat dan apa itu sudah diinginkan oleh Allah ?mari sama-sama kita mengoreksi diri kita hadapan Allah dan kita membaut komitmen untuk dapat berbuat kasih dan melalakukan kasih yang diinginkan Allah. Untuk kemuliaan Allah sendiri.




















Tekstual
Tema: “Sikap orang Kristen”

I Tesalonika 1: 9b-10a
“bagaimana kamu kami sambut dan bagaiman kamu berbalik dari berhala-hala kepada Allah untuk melayani Allah yang hidup dan yang benar, 10a. dan untuk menantikan kedatangan Anak-Nya dari sorga.”

Latar Belakang
Penulis : Paulus
Tema : Kedatangan Kristus
Tanggal Penulisan: Sekitar 51 M

Tesalonika terletak sekitar seratus enam puluh kilometer di sebelah barat daya Filipi; kota ini adalah ibu kota dan pelabuhan yang paling terkemuka dari Makedonia, sebuah propinsi Romawi. Di antara penduduk yang berjumlah sekitar 200.000 jiwa adalah masyarakat Yahudi yang kuat. Ketika Paulus mendirikan gereja Tesalonika pada perjalanan misionernya yang kedua, pelayanannya yang berhasil di wilayah itu dihentikan sebelum waktunya karena permusuhan kalangan Yahudi (Kis 17:1-9).
Karena terpaksa meninggalkan Tesalonika, Paulus pergi ke Berea di mana sekali lagi pelayanan singkat yang berhasil dihentikan oleh penganiayaan yang timbul karena orang Yahudi yang mengikuti dia dari Tesalonika (Kis 17:10-13). Kemudian Paulus pergi ke Atena (Kis 17:15-34), di mana Timotius bergabung dengannya. Paulus mengutus Timotius kembali ke Tesalonika untuk menyelidiki keadaan jemaat yang masih muda itu (1Tes 3:1-5) sedangkan Paulus pergi ke Korintus (Kis 18:1-17). Setelah menyelesaikan tugasnya, Timotius pergi ke Korintus untuk melaporkan pada Paulus mengenai gereja di Tesalonika (1Tes 3:6-8). Sebagai tanggapan atas laporan Timotius, Paulus menulis surat ini, mungkin tiga sampai enam bulan setelah gereja mulai.

Tujuan
Karena Paulus terpaksa meninggalkan Tesalonika dengan tiba-tiba karena penganiayaan, orang yang baru bertobat itu hanya menerima sedikit pendidikan mengenai kehidupan Kristen. Ketika Paulus mengetahui dari Timotius mengenai keadaan mereka saat itu, dia menulis surat ini
untuk mengungkapkan sukacitanya tentang keteguhan iman dan ketekunan mereka di tengah-tengah penganiayaan, untuk mengajar mereka lebih jauh tentang kekudusan dan kehidupan yang saleh, dan
untuk menerangkan beberapa kepercayaan, khususnya mengenai status orang percaya yang telah mati sebelum Kristus datang kembali.

Pendahuluan
Pada zaman sekarang sudah banyak orang yang sukses dan juga sudah bamyak orang yang menjadi kaya raya. Dan itu membuat juga banyak orang menjadi miskin dan tidak di perhatikan, karena di singkirkan. Masa sekarang ini orang ingin kaya namun mereka kaya karena bahwahidup mereka kepada berhala bukan saja itu banyak mudah-mudih yang berpacaran, sampai mereka lebih mengutamakan pacar mereka dari pada Tuhan paakah itu tidak menjadikan pasangan mereka berhala ?

Isi
1. MASA LAMPAU.
Pasa masa itu orang Kristen “berbalik dari berhala-barhala kepada Allah ” dua kata penunjuk dari dan kepada yang di pakiai Paulus yang pertama “berbalik dari berhala” dan yang kedua “berbalik kepada Allah”. Paulus membawah berita injil kepada mereka hingga mereka membuka hati mereka kepada Allah. Kita dapat melihat dari peristiwa yang di alami olehPaulus tentang pertobatan jemaat Tesalonika, ini semua terjadi bukan karena Paulus mengancam berhaka mereka, bukan karena Paulus membayar mereka, dan juga bukan Paulus menakuti mereka, namun semua terjadi karena kekuatan Injil dan kesungguhan dari Paulus.
Kita bisa lihat, dalam ayat ini Allah memakai hambah-Nya yang penuh dengan bebAn unutuk meyelamatkan jiwa-jiwa yang terhilang. Allah membutuhkan hambah-Nya yang mau bersedia untuk membritahkan Injil. Kemudian kita lihat mengapa sampai Allah harus menyelamatkan jiwa-jiwa yang berdoasa kepada-Nya ? karena Allah ingin untuk setiap manusia yang Dia ciptakan, mereka hidpu hanya untuk kemuliaan Allah. Dampak pada saat mereka meninggalkan semua hidup lama mereka, mereka dapat menemukan tujuan hidup mereka yang sebenarnya dan mereka tidak lagi hidup dalam perhambahan daosa.

2. MASA SEKARANG.
Pada saat mereka sudah hidup dalam keselamatan, yang jadi tugas merka adalah, merka harus menyerahkan hidup mereka sungguh kepada Aaalh dengan cara mereka melayani DIa. Nah sekarang bagi kita yang sudah diselamatakan, dan sudah melayani Allah, tapi harus dengan sikap bagaimana kita harus melayani Allah. Yang di butuhkan Allah hanya dengan sikap hati yang benar dan sikap hati yang hidup, artinya seluruh hidup kita, kita serahkan kepada Allah.
Allah menginginkan kita untuk bergaul dengan Dia dan menyerahkan hidup kita untuk di sempurnahkan lagi di dalam Dia, serta siap menderita dalam melayani Dia.

3. MASA YANG AKAN DATANG.
“dan untuk menantikan kedatangan-Nya dari sorga.” Inilah tujuan tiap-tiap orang Kristen, siding Kristen, masyarakat Kristen pada zaman yang akan datang. Pengharapan orang Kristen tidak kosong, karena yang dinantikan orang percaya adalah Yesus Kristus yang menciptakan segala alam semesta dan yang menciptakan kita serupa segambar dengan Dia.
Kita bisa lihat pengharapan kita tidak pernah kosong, karena yang kita nantikan bukan orang yang kudus, bukan malaikat, serta buakn panglima tentara sorga, melainkan Anak Allah yang pada masa awalnya Pb telah turun menjelma di dalam daging dan menjadi manusia sama seperti kita, dan yang paling terpenting DIa menanggung segala penderitaan kita manusia samapi pada penyaliban-Nya di atas kayu salib.

Kesimpulan
Kita yang sudah memiliki hidup baru janganlah membawah hidup kita kepada masa lalu kita yang bias menjerumuskan kita kepada hal-hal yang salah, apalagi sampai pada memberhalakan sesuatu. Tetapi kita harus tetap hidup dilam Kristus dan menyerahkan hidup kita secara sungguh-sungguh kepada Allah, serta kita melayanu dia seumur hidup kita.

“KOMITMEN UNTUK MENJADI BERKAT ” 2 Raja-Raja 5:1-5

Oleh: Julandri Simanjuntak
KHOTBAH EKSPOSITORI
“KOMITMEN UNTUK MENJADI BERKAT”
2 Raja-Raja 5:1-5

PENDAHULUAN
Dalam sebuah kesempatan untuk membawa Firman ini, saya terlebih dahulu mengajukan pertanyaan kepada pendengar: “siapa yang mau menjadi berkat bagi sesama?” maka hampir semua pendengar/jemaat mengangkat tangannya, tanda siap menjadi berkat. “kapan kita harus menjadi berkat?” kembali saya bertanya. “setiap saat,” beberapa jemaat menjawab. “benar, setiap saat?” mereka mengangguk dengan yakin. “bagaimana kalau kita susah atau lagi menderita, tidak punya uang, banyak masalah, sedang terjepit, apakah tetap menjadi berkat?” suasana menjadi hening, dan ada seorang berkata: “berat”
Pada saat lain lagi, ketika saya berkhotbah, saya mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang sama, dan anehnya, respon jemaat pun sama. Mengapa demikian? Ternyata, pemikiran hampir semua orang cenderung sama. Yaitu siap dan bersedia memberkati orang lain manakala hidup kita sedang diberkati, sedang berkelimpahan, sedang bersukacita. Tetapi ketika berada dalam kondisi yang bermasalah atau tidak berlebihan, sulit untuk menjadi berkat bagi sesama.
Menjadi berkat yang saya maksudkan adalah menyatakan kasih kepada sesama dalam bentuk apapun (tidak selalu dalam bentuk uang). Bahkan sepertinya bagi sebagian orang sangat mustahil untuk memberkati orang lain. jangankan pada waktu susah, waktu senangpun tidak menjadi berkat.
2 Raja-raja 5:1-5, menceritakan tentang seorang anak perempuan, yang tidak diketahui asal-usulnya dengan jelas, tidak ada namanya, bahkan tidak ada ayat refensi mengenai anak perempuan ini di kitab lainnya, tetapi ia menjadi berkat bagi Naaman, seorang Panglima Aram yang sangat terpandang tetapi sakit kusta. Di bagian ini, hanya dijelaskan bahwa ia adalah seorang tawanan yang berasal dari Israel dan menjadi pelayan pada istri Naaman.

ISI
Siapa bilang Tuhan tidak dapat memakai orang biasa-biasa saja? Gadis itu bukan orang terpandang, ia bukan penasihat Naaman. Ia hanyalah seorang budak. Bahkan yang lebih tragis adalah seorang tawanan. Ini berarti ia dibawa paksa dan bukan secara sukarela ia menjadi budak, atau karena tidak punya uang, sehingga menjual dirinya menjadi budak. Orang lain mungkin hanya memandangnya dengan sebelah mata karena statusnya sebagai budak. Tetapi dalam kesederhanaan dan ketidakberdayaannya sebagai seorang tawanan dan budak, ia menjadi pahlawan bagi Naaman dan keluarganya. Ia memberikan jalan keluar bagi permasalahan Naaman, yang akhirnya sembuh dari sakit kustanya. Siapa yang senang menjadi tawanan dan budak? Tidak ada seorangpun yang senang dan bangga dengan hal itu, termasuk gadis itu. Sekalipun demikian, Alkitab menyaksikan bahwa justru ditengah-tengah kesulitan yang dialaminya, ia menjadi berkat.
Memang berat! Seperti jawaban yang diberikan jemaat yang saya tanya. saya senang dengan jawaban itu, bukan hanya jujur tetapi juga bukan harga mati yang artinya masih ada kemungkinan untuk bisa menjadi berkat sekalipun sulit. Setiap kita pasti ingin selalu menjadi berkat sekalipun berada dalam kondisi yang memungkinkan. Bagaimana caranya?
1. Memiliki kepedulian terhadap orang lain (3a).
Sakit kusta yang diderita oleh Naaman adalah jenis penyakit yang sangat berat dan sangat untuk disembuhkan. Hukum dan adat istiadat Yahudi, menyatakan penyakit kusta sebagai penyakit najis dan mempercayainya sebagai kutukan dari Allah. Orang yang menderita penyakit ini, sedikit demi sedikit akan kehilangan anggota badannya. Mereka harus dikucilkan. Sekalipun Naaman bukan orang Israel, dan tidak terikat dengan tradisi dan hukum Yahudi, namun penyakit itu jelas membuatnya sangat menderita. Pasti tidak sedikit usaha yang ditempuh untuk sembuh, dan ia gagal, sampai akhirnya ia menuruti nasihat budaknya.
Menurut saya, gadis itu berhak untuk sakit hati dan membenci Naaman, karena telah menawan dan membawanya keluar dari negerinya Israel. secara manusia, wajar jika ia bersukacita dengan masalah yang dihadapi oleh tuannya yang juga bisa dikatakan sebagai musuhnya. Ia bisa membalas kejahatan dengan kejahatan. Itu biasa! Atau ia bisa saja cuek dan tidak peduli dengan sakit penyakit Naaman, karena ia hanya seorang budak. Tetapi kondisi yang dialaminya, tidak membuatnya melakukan hal-hal yang dianggap wajar dan biasa oleh orang lain.
Menurut kebiasaan, seorang budak tidak bisa sembarangan berbicara apalagi berbicara, kecuali tuannya mengajukan pertanyaan. Gadis itu berinisiatif memberikan jalan keluar kepada nyonyanya. Ia peduli dengan kebutuhan orang lain. kepeduliannya terhadap keadaan tuannya membuatnya melanggar kebiasaan dengan memberikan saran atau jalan keluar bagi masalah tuannya.
Mungkin kita bisa saja menganggap gadis itu bodoh. Tetapi tidak demikian dimata Tuhan. Berkat kepeduliaannya, ia berhasil menyelamatkan tuannya dari penyakit dan rasa malu, bahkan menyelamatkan kedudukan tuannya sebagai Panglima Aram karena dengan penyakitnya, tidak mungkin ia bisa menjalankan pekerjaannya dengan baik.
Allah yang peduli terhadap kita, Ia mau kita juga peduli terhadap orang lain, baik orang Kristen maupun non Kristen. Peduli terhadap orang lain bisa dilakukan dengan banyak cara. Nyatakan kepedulian kita dengan berbagi kasih dengan orang lain. menolong orang lain, memberikan jalan keluar bagi yang membutuhkan, termasuk peduli terhadap jiwa-jiwa yang belum mengenal Kristus. Beritakanlah Injil kepada mereka.
2. Memiliki Iman yang sejati (3b).
Tidak dijelaskan tentang berapa umur gadis itu ketika dia ditawan dari negri Israel. tidak juga dicatat berapa lama ia menjadi pelayan istri Naaman. Tetapi dari beberapa penjelasan yang diberikan dapat diambil kesimpulan bahwa ia pasti cukup lama menjadi budak Naaman. Penjelasan yang pertama, ayat 2, menyebutnya dengan istilah “anak perempuan.” Sebutan ini menjelaskan kondisi umur yang belum matang sebagai seoran wanita. Tetapi kemudian dalam ayat3 dan 4 terjadi perubahan penyebutan, dari “anak perempuan” menjadi sebutan “gadis” bagi seorang wanita, menunjukkan kematangan dari fungsi kewanitaannya. Seandainya gadis itu adalah orang yang belum lama ada disitu, tidak mungkin istri Naaman mempercayai perkataannya. Jadi kita dapat mengambil kesimpulan bahwa gadis itu sudah bertahun-tahun tinggal dirumah Naaman, cukup lama untuk mereka mengenalnya.
Bertahun-tahun ia meninggalkan Israel dan berada di negeri yang tidak mengenal Allah, negeri yang menyembah berhala, tetapi imannya tidak hilang atau terpengaruh. Ayat 3b menyatakan keyakinannya akan Allah Israel: maka tentulah nabi itu akan menyembuhkan dia dari penyakitnya” kata “tentulah” menyatakan keyakinannya akan kesembuhan Naaman jika ia pergi menghadap nabi di Samaria (nabi Elisa). Samaria adalah ibukota Kerajaan Utara (Israel).
Sekalipun jauh dari negri asalnya dan lama tinggal di negeri yang kafir, ia tetap meyakini kedahsyatan Yahweh. Ia memiliki iman yang sejati yaitu iman yang tidak luntur sekalipun dimakan waktu. Justru sebaliknya, ia menularkan imannya keada Naaman, ia memberitakan kabar keselamatan dan membuat Naaman pada akhirnya percaya kepada Yahweh.
Iman yang sejati dapat disaksikan oleh orang-orang yang ada disekeliling kita, yang membawa dampak positif bagi orang lain, sehingga mereka melihat Yesus dalam hidup kita. dalam kondisi apapun, nyatakanlah imanmu, baik dalam pengambilan keputusan, dalam berpikir, bertindak dan berkata-kata, sehingga orang lain melihat Yesus dalam hidup kita.

PENUTUP
Dunia mengajarkan: “balaslah kebaikan dengna kebaikan, kejahatan dengan kejahatan.” Tetapi Tuhan Yesus mengajarkan: “balaslah kejahatan dengan kebaikan dan kasihilah musuhmu. Jadilah berkat bagi orang lain. “demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang lain supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang disorga.








KHOTBAH TEKSTUAL
KOMITMEN UNTUK BERJUANG DAN BERTEKUN DALAM
DALAM MENCAPAI KEBERHASILAN
Kejadian 29:16-20

PENDAHULUAN
Jika anda dihadapkan pada dua pilihan berikut, mana yang menjadi pilihan anda? Anda memilih menikah dengan orang yang anda cintai tetapi tidak mencintai anda atau orang yang tidak anda cintai tetapi mencintai anda? Pasti pilihan yang sulit bukan? Idealnya sih, kita pasti memilih menikah dengan orang yang kita kasihi sekaligus mengasihi kita. namun, kalau pilihannya hanya seperti diatas mana yang anda pilih?

ISI
Sekarang, apa yang ada dibenak kita ketika ditanya, “kisah klasik apa yang kita ingat? Sebagian dari kita pasti menjawab, “Romeo dan Juliet”. Romeo dan Juliet hanyalah drama percintaan tragis yang ditulis dramawan terkenal William Shakespeare. Kisah klasik yang “real life” pun ada didalam Alkitab yang sangat menarik.
Cerita atau kisah ini memperlihatkan suatu perjuangan cinta yang sangat hebat dari Yakub. Dijelaskan dalam cerita ini bahwa Laban mempunyai dua anak perempuan; yang lebih tua namanya Lea dan yang lebih muda namanya Rahel. Lea tidak berseri matanya, tetapi Rahel itu elok sikapnya dan cantik parasnya. Beberapa hal yang dapat diperlihatkan dalam suatu perjuangan cinta dari Yakub ialah:




A. Pengorbanan dalam suatu perjuangan
Yakub cinta kepada Rahel, sebab itu ia berkata: “aku mau bekerja padamu tujuh tahun lamanya untuk mendapat Rahel, anakmu yang lebih muda itu”. “sahut laban: “lebih baiklah ia kuberikan kepadamu daripada kepada orang lain; maka tinggallah padaku”. Jadi bekerjalah Yakub tujuh tahun lamanya untuk mendapat Rahel itu, dengan penuh semangat dan ketekunan yang tujuh tahun itu sampai dianggapnya seperti beberapa hari saja, karena cintanya kepada Rahel.
Namun, saat pernikahan berlangsung, Laban ternyata membohongi Yakub dengan menukar Rahel dengan Lea pada waktu itu. Yakub marah sekali, tetapi karena cintanya kepada Rahel, ia rela bekerja tujuh tahun kembali lagi untuk mendapatkan Rahel. Jadi ia bekerja dengan Laban selama 14 tahun untuk mendapatkan orang yang ia kasihi.
Kalau diperhatikan dalam kisah ini, seakan-akan kita melihat bahwa sikap Yakub itu sangat bodoh sekali mau diperlakukan seperti itu oleh Mertuanya sendiri. Tetapi apa yang sudah dilakukan oleh Yakub tidaklah sia-sia dan perbuatan bodoh yang dilakukannya. Karena cinta sejati yang dimilikinyalah, ia mampu melakukan pengorbanan sampai seperti itu.

B. Komitmen dalam perjuangan
Kisah klasik ini bukan hanya dituntut pada pengorbanan dalam suatu perjuangan untuk mendapatkan kekasihnya, tetapi juga dituntut pada komitmennya awal mencintai Rahel dan ingin menikahinya. Komitmen itu sampai diuji dengan waktu yang lebih lama dan pekerjaan yang sangat berat, itulah perjuangan yang sangat dituntut oleh Yakub. Sampai pada akhirnya ia bisa mendapatkan kekasihnya.






KESIMPULAN
Dalam kisah klasik masa kini, banyak anak muda yang tidak lagi berjuang keras untuk mencari pasangan hidup. Bukan juga berarti bahwa mereka terlalu religius sehingga menyerahkan calon pasangan hidupnya kepada Tuhan, tetapi karena mereka tidak mau berjuang dengan penuh pengorbanan dan komitmen seperti Yakub. Banyak orang sekarang lebih memilih pasangan hidup yang instan.
Karena merasa sudah terlalu lama, mengahambur-hamburkan waktu kita dan menghabiskan tenaga maupun materi. Karena pertimbangan itu pulalah, maka orang zaman sekarang begitu kenal dalam waktu yang relatif singkat sudah berani menyatakan cinta dan menjalani hubungan pacaran dan apabila terjadi hubungan yang gagal mudah mengatakan “bisa cari lagi”.!
Dari kisah klasik ini, mari belajar dari kebijaksanaan klasik ini karena apa yang didapat dengan mudah, biasanya akan terlepas dengan mudah juga. Mintalah hikmat Tuhan di dalam menemukan pasangan hidup yang seiman, sepadan dan sepanggilan.

KHOTBAH
“CIRI-CIRI SEORANG PENGKHOTBAH”
“YEREMIA 1:4-10”
Untuk memenuhi tugas mata kuliah
HOMILETIKA 1
Dosen Pembimbing:
Bpk. Juliman Harefa






\
\\



Disusun oleh
Julandri Simanjuntak
NIM : 10278
SEKOLAH TINGGI TEOLOGIA PROVIDENSIA
Batu, Desember 2011
Judul : Ciri–ciri Seorang Pengkhotbah
Ayat : Yeremia 1 : 4-10
Pernyataan : Pengkhotbah dipilih oleh Allah, disertai kuasa untuk menyampaikan pesanNya
bagi manusia dan pemerintahan.
Pendahuluan
Seorang pengkhotbah adalah seorang yang dipilih oleh Allah sendiri, dikuduskan olehNya supaya dikhususkan untuk pekerjaanNya dan untuk bisa mengenal Allah dengan baik. Hal yang menarik adalah kenyataan atau fakta bahwa Allah sendiri yang menaruh perkataan-perkataanNya pada mulut sang pengkhotbah untuk menyampaikan kepada manusia pesan-pesanNya.
Perikop ini umumnya dianggap sebagai sebuah “cerita panggilan dan perutusan” Yeremia menjadi seorang nabi. Di sini kita menemukan ciri-ciri yang biasanya muncul dalam sebuah cerita panggilan dan perutusan seorang untuk suatu tugas khusus. Berikut pembahasan selanjutnya.
Isi
Pokok I : adanya panggilan
o Yeremia 1:5 "Sebelum Aku membentuk engkau dalam rahim ibumu, Aku telah mengenal engkau, dan sebelum engkau keluar dari kandungan, Aku telah menguduskan engkau, Aku telah menetapkan engkau menjadi nabi bagi bangsa-bangsa."
Disini jelas kita melihat bahwa sebelum dunia dijadikan Allah telah menetapkan seseorang untuk menjadi nabi atau penyambung lidah/perkataan Allah, sejak awal kehidupannya sudah dikuduskan dan dipersiapkan oleh Allah untuk mengemban tugas ini, seperti pada nabi Yeremia. Sejak dalam kandungan Allah sudah membentuk dia, mengenalnya. Jadi mengandung pengertian juga bahwa pengkhotbah yang berhasil adalah pengkotbah yang dipilih dan ditentukan oleh Allah, bukan atas keinginan manusia saja. Jadi perlu kita memahami rencana Allah atas kita supaya kita tau apa yang harus dilakukan dan dikehendakiNya atas hidup kita.

Pokok II : adanya perintah
o Yer 1:7 Tetapi TUHAN berfirman kepadaku: “Janganlah katakan: Aku ini masih muda, tetapi kepada siapapun engkau Kuutus, haruslah engkau pergi, dan apapun yang Kuperintahkan kepadamu, haruslah kausampaikan”.
Sebagai seorang utusan atau nabi harus taat dan mengikuti perintah Allah dengan tulus, Apakah hanya karena ukuran kelayakan kita sehingga merasa tidak mampu, tetapi saya percaya Allah akan memampukan kita yang dipilihnya untuk menjalankan rencanaNya, Hanya saja semua yang diperintahkan Allah harus disampaikan dengan jelas tidak dikurangi ataupun ditambah. Jadi kita jangan takut kalau mendapat penolakan manusia, karena perintah Allah haruslah tetap disampaikan kepada mereka. Dan kepada siapa firman Allah disampaikan adalah pekerjaan Roh untuk menginsafkan/membebaskannya, seperti perkataan Yesus “Siapa yang berasal dari kebenaran akan datang dan mengenal kebenaran itu”.

Pokok III : ada perkataan Allah dimulutnya
o Yer 1:9 Lalu TUHAN mengulurkan tangan-Nya dan menjamah mulutku; TUHAN berfirman kepadaku: “Sesungguhnya, Aku menaruh perkataan-perkataan-Ku ke dalam mulutmu.”
Dikatakan bahwa Allah menaruh perkataan- perkataanNya ke dalam mulut seorang nabi, berarti Allah berbicara melalui mulut sang nabi, Akankah perkataanNya berkuasa pada mulut kita, TENTU. Seorang nabi akan dikuasai hidupnya oleh Allah untuk menyampaikan firmanNya. Jadi seorang penghotbah harus menyerahkan dirinya dan bersatu dengan Allah ketika menyampaikan firman Tuhan di mimbar, sehingga semua perkataan yang keluar dari mulut seorang penghotbah harusnya merupakan perkataan Allah juga, Khotbah seperti inilah yang akan didengar atau berkuasa untuk menjamah semua orang untuk percaya, walaupun ada kenyataan bahwa di jaman dulu Israel menolak semua nabi yang dikirimkan kepadanya. Jika perkataan Allah saja ditolak apalagi perkataan manusia, tetapi saudara-saudara, ini adalah jaman anugrah, oleh karena darah Anak Domba dan SalibNya, pintu anugrah dan keselamatan telah dibuka untuk semua orang percaya.

Pokok IV : mempunyai Kuasa
o Yer 1:10 Ketahuilah, pada hari ini Aku mengangkat engkau atas bangsa-bangsa dan atas kerajaan-kerajaan untuk mencabut dan merobohkan, untuk membinasakan dan meruntuhkan, untuk membangun dan menanam."
Allah mengangkat penghotbah atas bangsa-bangsa dan kerajaan, atau sebagai duta atau penasehat bagi kerajaan dan pemerintah, jika pemerintah hendak bertanya dan meminta petunjuk kepada Allah, kitalah yang harus menyampaikannya kepada mereka. Seorang penghotbah harus menjadi penyambung lidah/duta Allah, menjadi serupa dengan Allah sehingga mempunyai KUASA untuk mencabut, merobohkan, membinasakan, meruntuhkan, menanam. Artinya Kuasa Allah ada pada seorang nabi,atau kepenuhan Roh Kudus. Segala hal yang tidak benar akan diruntuhkan, iblis dibinasakan, dan seorang pengkhotbah akan menanam firman Tuhan dan kebaikan supaya bisa dituai. Jadi seorang pengkhotbah haruslah mempunyai KUASA karena dia merupakan alat Allah dan mengenal Allah. Allah akan menaruh kuasa pengetahuan iman dan membuka pengertian bahwa dia dipakai dan menjadi satu dengan Allah dalam melaksanakan pekerjaanNya.

Pokok V : sebagai penjaga
o Yehezkiel 3:17 "Hai anak manusia, Aku telah menetapkan engkau menjadi penjaga kaum Israel. Bilamana engkau mendengarkan sesuatu firman dari pada-Ku, peringatkanlah mereka atas nama-Ku.
Tugas seorang nabi adalah menjadi penjaga kaumnya, jadi jika dia melihat akan adanya bahaya atau serangan, seorang penjaga haruslah bergerak tampil kedepan untuk membela dan melawan segala bahaya yang terjadi. Sebagai seorang penjaga juga sebagai pelindung, Pelindung dari segala keadaan yang tidak enak dan membahayakan. Akan ada Firman dan pesan Tuhan yang akan disampaikan kepada kita untuk melaksanakan tugas penjagaan ini. Jadi milikilah saat teduh yang baik dengan Allah, dengarkan suaraNya, dan peringatkanlah kepada mereka atau jemaat atas nama Tuhan segala perbuatan kesalahan dan ketidakaturan yang terjadi, supaya bisa dicegah dan mereka diinsafkan untuk tidak mencelakakan dirinya sendiri dan orang lain. Dan bahwa perintah Tuhan bukanlah semata-mata untuk mengekang kebebasan kita, tetapi seperti seorang Bapa terhadap anaknya, apa yang baik dan apa yang tidak baik akan diperingatkanNya kepada kita untuk semata-mata berbuat baik kepada kita akhirnya.

Kesimpulan
o menjadi Seorang pengkhotbah adalah panggilan untuk menyampaikan Pesan Allah dengan kuasa kepada jemaat dan pemerintahan supaya mereka berbalik lagi kepada jalan Allah yang benar.

PERUBAHAN BESAR DALAM HIDUP LUK 8:26-39

KHOTBAH EKSPOSITORI
PERUBAHAN BESAR DALAM HIDUP
LUK 8:26-39

PENDAHULUAN
Asmara dan asma tidak dapat disembunyikan, seperti itulah kata mutiara yang dirangkai dalam sebuah kalimat “Love and couch can’t be hidden”. Semula saya tidak terlalu mengerti apa yang dimaksud dengan kata-kata tersebut, tetapi setelah mencoba untuk merenungkannya, saya pun menemukan kebenarannya.
Biasanya orang yang sedang jatuh cinta (kasmaran) tidak dapat menyembunyikan ekspresi wajahnya yang cerah dan matanya yang berbinar-binar, ketika sedang membicarakan orang yang dicintainya, segala pemandangan yang tadinya biasa-biasa saja tiba-tiba berubah menjadi indah dimatanya. Sebaliknya orang yang mengalami gangguan pernafasan pun tidak dapat menyembunyikan rasa sakit karena sulitnya bernafas. Biasanya kalau sudah kambuh, pemandangan yang indah pun menjadi tidak menarik, ekspresi wajah begitu menyedihkan dan sulit untuk tersenyum.
Kisah yang akan kita baca dari Firman Tuhan ini memang menyedihkan pada mulanya. Seseorang yang diceritakan bukan menderita asma atau asmara tetapi lebih parah dari itu yakni kerasukan setan-setan atau kerasukan roh-roh jahat. Kita akan sama-sama belajar dari salah satu bagian dari Firman Tuhan yang tertulis dalam Lukas 8:26-39.

LATAR BELAKANG
Injil Lukas adalah termasuk Injil Sinoptik, yang ditulis oleh Lukas sendiri pada tahun 70 masehi. Lukas adalah seorang Yunani dan seorang penganut agama Yahudi sebelum bertobat. Lukas adalah kawan sekerja rasul Paulus. Ada yang mengemukakan, bahwa Injil Lukas juga menunjukkan pengetahuan tentang jatuhnya Yerusalem ke dalam kekuasaan Roma pada tahun 70 masehi ( Lukas 21:5-24 ).
Menurut penafsir, Lukas yang merupakan penulis Injil Lukas dan Kisah Para Rasul adalah seorang yang mempunyai pengetahuan khusus tentang kedokteran/seorang dokter. Lukas disebut dalam beberapa kitab Perjanjian Baru, mis: dalam Kol 4:14, Flm 24, dan menurut Eusebius, Lukas berasal dari Antiokhia
Injil Lukas ditunjukan kepada Teofilus (Luk 1:1-4) dengan tujuan untuk menekankan bahwa Yesus merupakan penggenapan dari semua janji Allah dan menceritakan kembali kehidupan Yesus yang sudah berlalu serta menekankan bahwa kuasa kehadiran Yesus ada di dalam jemaat yakni melalui kuasa Roh Kudus yang memegang peranan sentral dalam pelayanan Yesus.







ISI
Dalam Injil Lukas khususnya pasal 8, perikop ini berbicara tentang Yesus yang mengajar dalam bentuk perumpamaan dan mujizat-mujizat yang Yesus lakukan pada waktu itu. Tetapi dalam pasal ini kita akan membahas ayatnya yang ke 26-39 yaitu tentang mujizat penyembuhan yang Yesus lakukan di Gerasa yang terletak diseberang Galilea.
Saudara-saudara terkasih dalam Tuhan Yesus Kristus, kalau kita melihat konteks sebelumnya (pasal 8:1-21) berbicara tentang perumpamaan yang dilakukan Yesus kepada orang banyak dan hal ini juga berkaitan dengan konteks yang akan kita bicarakan saat ini.
Dalam pasal 9 menceritakan tentang pelayanan Yesus bersama dengan murid-muridNya dan dalam pelayananNya tersebut, Yesus banyak melakukan mujizat. Ia menunjukkan belas kasihanNya terhadap orang-orang yang mengikutiNya. Ia menyembuhkan mereka dan banyak diantara mereka yang menjadi percaya kepadaNya.
Saudara-saudara yang terkasih, kita akan sama-sama melihat mujizat yang telah Yesus lakukan kepada orang di Gerasa:
Ayat 26-27  orang yang kerasukan roh jahat ini telah lama tinggal di kuburan dan seringkali memukul dirinya dengan batu. Keadaan itu tentu tidak bisa disembunyikan karena memang orang kampung sudah mengetahui, sehingga mereka membiarkan orang yang kerasukan roh jahat itu untuk tetap tinggal jauh dari perkampungan. Tidak ada seorang pun yang mampu menolong dan mengatasi penderitaan yang dialaminya. Mengapa hal ini terjadi?? Karena pada zaman dahulu, masyarakat tidak mengetahui cara menyembuhan orang yang sakit jiwa, sehingga mereka mengurungnya dalam tahanan yang paling keras. Alasan lainnya adalah bahwa orang tersebut dirasuki oleh banyak setan yang berbahaya sehingga ia diusir oleh masyarakat dan terpaksa tinggal di wilayah kuburan yang sepi. Itulah yang menyebabkan banyak orang tidak dapat mengatasi orang tersebut.
Ayat 28 Tetapi kehadiran Yesus di tempat tersebut-dimana ia berada- merubah segala-galanya. Roh jahat yang ada dalam diri orang tersebut tidak tahan melihat kehadiran Yesus sehingga mereka langsung menyembahNya. Ketika setan-setan itu bertemu dengan Yesus, setan-setan tersebut langsung melontarkan pertanyaan, “mengapa…”? Karena mereka ketakutan akan dijatuhi hukuman oleh Kristus pada saat itu.
Ayat 29-33 Melalui dialog yang cukup panjang akhirnya roh-roh jahat itu mau keluar dari tubuh orang itu asalkan mereka dibuang ke babi-babi yang ada di tempat itu pada saat itu.
Ayat 33-37  Adalah respon dari para penduduk yang ada disekitar kampung terhadap peristiwa yang terjadi, sikap mereka adalah gempar dan ketakutan. Pola pikir mereka masih sangat sempit terhadap kejadian supra-natural yang mereka hadapi, sehingga mereka tidak bisa melihat kasih karunia dan belas kasihan Allah di balik kejadian itu.
Ayat 38-39  Hal ini adalah bukti bahwa orang yang tadinya dirasuki oleh roh-roh jahat telah pulih. Ia tidak bisa menyembunyikan rasa sukacitanya yang ada didalam hatinya. Ia ingin menyertai Yesus dalam pelayananNya, tetapi Yesus menyuruhnya untuk pulang ke kampungnya dan memberitahukan tentang apa yang sudah dialaminya.
Saudara yang terkasih, setelah kita melihat kembali tentang apa yang telah terjadi, kita sama-sama mengetahui bagaimana kondisi atau keadaan orang yang dirasuki setan ketika ia sebelum dan sesudah bertemu dengan Yesus. Sebelum orang yang dirasuki oleh roh jahat itu bertemu dengan Yesus, ia tidak berpakaian, tidak tinggal di dalam rumah; dan sebaliknya sesudah ia bertemu dengan Yesus perubahan yang sangat luar biasa pun terjadi, kehidupannya mengalami pembaharuan.
Saudara yang terkasih setelah kita melihat mujizat yang luar biasa yang dilakukan oleh Yesus, saya sangat yakin bahwa kita bisa melihat dan merasakan bukti kasih dan belas kasihan Yesus yang ditunjukan kepada orang berdosa. Apa sih yang kita pelajari dari peristiwa ini, tentang kuasa Yesus, tentang perhatiaanya kepada setiap orang ?

Yang dapat kita pelajari adalah:
1. Kehadiran Yesus merubah segala-galanya termasuk seluruh aspek kehidupan kita.
Perjumpaan kita dengan Yesus, membuat kita mampu merasakan pertolongan Allah dan kehidupan kita pun akan mengalami trasformasi/ pembaharuan hidup ke arah yang baik dan benar. Salah satu contohnya adalah saat kita mengalami pergumulan, apakah kita mampu merasakan kehadiran Yesus? Saat kita menghadapi permasalahan bagaimana ekspresi diri kita? Apakah kita menunjukan akan ekspresi seperti orang yang tidak memiliki pengharapan? Dalam kehidupan kita, kita sering diperhadapkan dengan berbagai tantangan, apalagi para kaum muda yang sering diperhadapkan dengan berbagai permasalahan yang membuatnya tidak mengetahui kehendak Allah dalam hidupnya. Tetapi kita harus kuat, mampu bertahan karena ada Yesus yang memberi kelepasan dan kekuatan.

2. Menunjukan sikap hidup dan pilihan yang benar
Seperti yang dialami oleh orang yang telah disembuhkan Yesus dari ikatan kuasa kegelapan, dia memiliki kerinduan untuk menujukkan/menyatakan pertolongan Tuhan dalam hidupnya dan kepada orang-orang dimana ia berada, ia ingin mengikuti Yesus dalam pelayanaNya. Mari kita tunjukkan kepada dunia bahwa kita memiliki Allah yang sanggup merubah hidup kita dengan menunjukkan sikap hidup yang benar dan melalui pelayanan kita kepada Tuhan dan kepada sesama.


APLIKASI

Dari kisah yang telah kita pelajari, kita sama-sama belajar bahwa sudah sepatutnya kita menunjukan sikap hidup dan sikap hati yang benar kepada Tuhan karena kita telah merasakan akan pertolongan Tuhan di dalam kehidupan kita. Dan semua hal yang kita lakukan yaitu apa yang menjadi tanggung jawab/yang seharusnya kita lakukan semata-mata hanya untuk kemuliaan nama Tuhan. Sebagai ciptaan Tuhan, umat pilihan Allah, yang telah dicintai dan mencintai Yesus, saya yakin hal itu akan nampak dalam seluruh aspek kehidupan kita. Waktu kita bernyanyi kita mengekspresikannya dalam kata-kata, waktu kita berada dimana pun juga kita akan mengekspresikannya melalui perbuataan kita tentang apa yang telah Yesus buat dalam hidup kita.
Untuk itulah marilah kita menunjukan akan karya Tuhan lewat seluruh aspek kehidupan kita, walaupun kita mengalami berbagai tekanan atau pencobaan hidup. Kita harus tetap memiliki sikap berserah sepenuhnya kepada Tuhan dan bergantung sepenuhnya kepadaNya. Tuhan Yesus Memberkati.. Amin

Hidup Dalam Kerajaan Allah

KHOTBAH TOPIKAL

Topik : Hidup Dalam Kerajaan Allah
Teks : Lukas 17 : 20-21

PENDAHULUAN
Syalom saudara-saudara,
Puji Nama Tuhan, kita sangat bersyukur kepada Tuhan dimana kalau Tuhan masih terus berfirman di dalam kehidupan kita. Sebab tanpa firman Tuhan di dalam kehidupan kita maka kehidupan kita akan menjadi kehidupan yang tidak memiliki arah dan tujuan yang benar.
Saudara yang dikasihi dan yang mengasihi Tuhan,
Kadang di dalam kehidupan kita ini kita sering hanya sebagai pendengar firman Tuhan saja. Tapi saya percaya bahwa kita semua yang ada di sini adalah pribadi-pribadi yang bukan hanya sekedar mendengar, mengerti dan memahami firman Tuhan, tetapi pribadi-pribadi yang melakukan dan hidup sesuai dengan apa yang Tuhan firmankan di dalam kehidupan kita masing-masing.
Saudara yang dikasihi dan yang mengasihi Tuhan,
Ketika kita percaya dan menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamat di dalam kehidupan kita, kita pasti memiliki kepastian untuk masuk ke dalam Kerajaan Allah. Tapi walaupun kita sudah memiliki kepastian itu, itu bukan berarti kita sudah tidak berbuat apa=apa lagi. Saudara ingat bahwa hidup kita sekarang ini, adalah hidup di dunia dan bukan di surga. Tetapi sekalipun kehidupan kita masih ada dalam dunia ini, namun nuansa-nuansa sorga itu akan terus kita rasakan selama kita masih hidup di dunia ini. Contohnya saja yaitu ketika kita memuji Tuhan, sukacita, sejahtera, damai dan lain-lain dan lebih lagi ketika kita ada di dalam Kerajaan Sorga akan lebih sempurna lagi kehidupan kita di dalam-Nya.
Selama kita masih ada di dalam dunia ini, apa yang harus kita lakukan sehingga nuansa-nuansa sorga itu akan terus kita rasakan di dalam kehidupan kita ? banyak orang Kristen yang memiliki kepastian untuk masuk ke dalam Kerajaan Allah, namun nuansa-nuansa sorga itu seringkali tidak mereka rasakan di dalam kehidupan mereka, mereka hidup di dalam kehidupan ketidak suka citaan. Ketika ada masalah, mereka cepat mengeluh dan mulai mempertanyakan iman mereka kepada Tuhan.
Orang yang mau hidup didalam Kerajaan Sorga dan merasakan nuansa-nuansa sorga itu, dia harus menuruti semua aturan-aturan yang berlaku. Berbicara sebuah kerajaan, tidak ada kerajaan tanpa aturan. Kerajaan yang sejahtera dan damai adalah kerajaan yang memiliki aturan-aturan dan yang aturan-aturan itu dilakukan oleh anggota masyarakatnya dengan taat dan setia. Demikianlah juga kita yang hidup dalam Kerajaan Allah, kita harus tahu aturan-aturan dan tata cara Kerajaan Allah. Oleh sebab itu marilah kita melihat bagaimana hidup dalam Kerajaan Allah.

ISI
1. Hidup dalam Pemerintahan Allah (Yesaya 9 : 5)
Saudara yang mengasihi Tuhan,
Bagaimana kita bisa hidup di dalam Pemerintahan Allah ? Di dalam Yesaya 9 : 5 ini menubuatkan bahwa di suatu waktu akan lahir seorang putra dari keturunan Daud. Seorang putra yang diberikan kepada kita, dibahu-Nya melambangkan pemerintahan dan nama-Nya akan disebut orang sebagai Penasehat Ajaib, Allah Yang Perkasa, Bapa Yang Kekal dan Raja Damai.
Bapak / Ibu dan Saudara yang mengasihi Tuhan,
Kita harus tahu bahwa nubuat Yesaya ini ditunjukkan kepada pribadi yang sangat kita kasihi yaitu Yesus Kristus. Yesus Kristus telah menyelamatkan kita dari dosa. Dia sungguh sangat mengasihi kita. Bagaimana respon kita, ketika kita diselamatkan. Hidup kita bukanlah untuk kita, namun hidup kita adalah untuk Dia. Dia telah menebus kita dengan darah-Nya yang mahal, sehingga melalui darah-Nya itu kita didamaikan dan memperoleh kehidupan kekal. Inilah suatu bukti bahwa Allah sungguh sangat mengasihi Saudara dan Saya. Untuk itu, apa yang harus kita lakukan ? Yang harus kita lakukan sebagai umat yang sudah ditebus oleh Tuhan ialah :
- Kita harus menjadikan Yesus sebagai Raja atas hidup kita
1 Samuel 8 : 4-7 berkata bahwa ketika Samuel sudah tua, maka berkumpullah bangsa itu dan meminta seorang raja untuk diangkat menjadi raja atas hidup mereka. Ketika Samuel mendengar itu, hati Samuel sangat mengesalkan dan Samuel berdoa sama Tuhan. lalu Tuhan berkata kepada Samuel, dengarkanlah permintaan mereka sebab bukan hanya engkau saja yang mereka tolak, tetapi Aku-lah yang mereka tolak untuk menjadi raja atas hidup mereka. Bangsa Israel adalah bangsa yang dipilih oleh Tuhan. ketika mereka dijajah oleh bangsa Mesir, Allah membebaskan mereka. Dan sepanjang perjalanan mereka dari padang gurun menuju tanah kanaan, Allah memimpin mereka sehingga musuh-musuh yang menghalau merekapun Tuhan lepaskan karena Tuhan-lah yang berperang membela mereka. Akan tetapi ketika bangsa Israel melihat bangsa lain memiliki seorang raja, mereka juga ikut-ikutan dan mereka tidak sadar kalau sebenarnya mereka sudah punya raja yaitu Tuhan. tetapi justru kerika mereka memiliki seorang Raja seperti bangsa lain, kerohanian mereka semakin merosot dan melakukan apa yang jahat dimata Tuhan.
Bapak / Ibu dan Saudara-Saudari yang dikasihi Tuhan,
Pertolongan apa yang kita rasakan saat ini ? Kita sudah diselamatkan oleh Tuhan dan itu adalah anugerah yang begitu besar di dalam kehidupan kita. Janganlah kita melihat seperti bangsa Israel, Tuhan sudah menolong, melepaskan dan memberkati mereka. Namun mereka tidak menjadikan Tuhan sebagai Raja atas hidup mereka. Tetapi biarlah melalui Anugerah yang kita terima itu, kita menjadikan Dia sebagai Raja atas hidup kita dan menyatakan Tuhan inilah hidupku, hidupku bukan aku lagi, tetapi hidupku ialah hanya untuk Engkau. Dan jadilah Raja Atas Hidupku.

- Yesus yang berdaulat atas hidup kita
Sebagai umat tebusan-Nya juga, kita harus menjadikan Dia yang berdaulat atas hidup kita. Dalam Yohanes 10 : 18 mengatakan bahwa Yesus memiliki kuasa untuk memberikan dan mengambil.
Bapak / Ibu dan Saudara-Saudari yang dikasihi Tuhan,
Apapun yang terjadi dalam hidup kita, itu terjadi atas sepengetahuan Tuhan. segala apapun yang saat ini kita miliki, itu bukanlah milik kita. Tetapi itu adalah milik Tuhan. kalau saat ini kita menjadikan Yesus yang berdaulat atas hidup kita, maka jadikanlah Dia yang berkuasa dan yang berotoritas atas hidup kita dan atas segala milik kita.


2. Hidup dalam Aturan-aturan Kerajaan Allah (Roma 14 : 17 ; 1 Korintus 4 : 20)
Bapak / Ibu dan Saudara-saudari,
Tidak hanya kerajaan dunia ini yang punya aturan. Berbicara tentang kerajaan sorga pasti ada juga aturan-aturan pemerintahannya. Dan saya percaya bahwa sebagian besar aturan-aturan yang ada di dalam kerajaan ialah untuk membawa anggota-anggota keluarga kerajaan Allah. Dan kita harus percaya bahwa setiap aturan-aturan yang ada di dalam kerajaan itu adalah untuk membawa kita semakin hari semakin mengetahui kehendak Tuhan dalam hidup kita. Inilah aturan-aturan yang ada dalam Kerajaan Sorga, berdasarkan Roma 14 : 17 yaitu :
- Hidup dalam kebenaran
- Hidup dalam damai sejahtera oleh Roh Kudus
- Hidup dalam sukacita oleh Roh Kudus
- Dan hidup di dalam kuasa ( 1Korintus 4 : 20)

3. Hidup dan Bergerak di dalam Allah (Kisah Para Rasul 17 : 28)
Hidup dan bergerak di dalam Allah artinya memberikan seluruh totalitas kehidupan ini untuk diatur dan dikuasai oleh Tuhan sepenuhnya. Kehidupan saya da saudara tidak memiliki hak sama sekali. Hanya Tuhan-lah yang memiliki hak untuk mengatur kehidupan kita. Itulah sebabnya Yesus berkata bahwa di luar Aku, engkau tidak bisa berbuat apa-apa. Untuk itu, marilah kita mengandalkan Tuhan did alam hidup ini. Sebab dalam Kitab Mazmur 127 : 1, 2 berkata bahwa tanpa Tuhan di dalam hidup ini, maka segala apapun usaha kita akan menjadi sia-sia.

PENUTUP
Sebagai ayat penutup, saya mengajak Bapak / Ibu dan Saudara-saudari untuk membaca di Efesus 1 : 3.
Saudara yang mengasihi Tuhan,
Apakah selama ini kita sudah hidup di dalam aturan kerajaan Allah ? Ketiga hal di atas adalah merupakan aturan kedisiplinan Rihani kita untuk kita bisa merasakan kerajaan sorga nyata atas hidup kita. Memang dalam hidup ini banyak tantangan-tantangan yang seringkali membuat kita untuk tidak hidup dalam aturan-aturan Kerajaan Allah. Tapi mau tidak mau, sebagai umat Allah yang sidah ditebus dan hidup dalam Kerajaan Allah, harus taat dan setia untuk melakukan setiap aturan itu. Ingat, bahwa aturan-aturan yang berasal dari Tuhan ialah aturan yang membawa kita merasakan berkat Tuhan dalam hidup kita. Untuk itu marilah kita hidup sesuai dengan apa yang Tuhan firmankan. Sehingga Kerajaan Allah itu boleh kita rasakan di dalam kehidupan kita. Terima kasih. Biarlah firman Tuhan ini boleh memberkati kita semua, Amin.


KHOTBAH TEKSTUAL

Topik : Saling Menerima didalam Kristus
Teks : Filemon 1 : 17-18
“Kalau engkau menganggap aku teman seiman, terimalah dia seperti aku sendiri. Dan kalau dia sudah merugikan engkau ataupun berhutang padamu, tanggungkanlah semuanya itu kepadaku”.

PENDAHULUAN
Surat Fileman ini ditulis oleh Rasul Paulus kepada Fileman, yaitu seorang percaya di Kolose. Akan tetapi berdasarkan ini dari surat tersebut nampak bahwa surat ini juga diperuntukkan bagi orang-orang yang memiliki budak. Di dalam Ef. 6 : 5 mengatakan bahwa seorang budak adalah seorang yang taat kepada tuannya dengan takut, gentar dan tulus hati sama seperti kepada Kristus.
Filomen memiliki seorang budak yang bernama Onesimus. Dikatakan dalam ayat 18 bahwa Onesimus melakukan tindakan yang merugikan Filomen yang kemungkinan adalah mencuri lalu melarikan diri. Melalui seorang perantara yang tidak disebutkan, kemungkinan Epafras (Kol. 4 : 12) Onesimus diperkenalkan kepada Paulus yang ada dalam penjara sampai dia benar-benar bertobat bahkan setelah itu perannya sangat besar dalam kehidupan Paulus dan pelayannya.
Surat Paulus kepada Filomen ini merupakan permohonan Paulus supaya Filomen mau berdamai dengan Onesimus, hambanya itu, yang sedang disuruh pulang oleh Paulus. Paulus minta supaya Filomen sudi menerima Onesimus kembali bukan hanya sebagai hamba yang sudah dimaafkan, tetapi juga sebagai sesama orang Kristen.
Untuk memperlancar maksud penerimaan Onesimus oleh Filomen, Paulus sengaja menulis dengan bijaksana dan dengan nada yang dalam untuk meyakinkan dengan menggunakan permainan kata (ayat 11). Permintaan tersebut (ayat 4-21) tersusun dalam gaya bahasa yang sering dipakai oleh para pengajar Yunani kuno dan Roma yaitu untuk membangun hubungan (ayat 4-10), untuk meyakinkan (ayat 11-19) dan untuk menggerakkan emosi (ayat 20-21). Nama Onesimus sama sekali tidak disebutkan sampai hubungan tersebut sudah dibangun (ayat 10) dan barulah permintaan itu sendiri dikemukakan hampir diakhir bagian untuk meyakinkan Filomen (ayat 17).
Tema kita diatas berbicara bagaimana kita untuk saling menerima di dalam Kristus. Dari surat Filomen ini, ada beberapa ajaran theologi yang perlu kita terapkan di dalam kehidupan kita sebagai seorang hamba Tuhan.

ISI
a. Teladan Pengampunan
Tuhan Yesus adalah teladan tertinggi kita dalam mengampuni sesama kita. Yesus telah mengampuni kita dari setiap dosa yang kita lakukan. Saya dan saudara tidak layak menerima pengampunan itu, namun oleh kasih-Nya yang begitu besar bagi kita, Dia telah melayakkan kita untuk menerima pengampunan itu. Bagaimana dengan kehidupan kita, adakah kita mengampuni sesama kita tanpa kita memikirkan apakah dia layak menerima atau tidak ? Ingat bahwa Pengampunan yang kita terima adalah bukan karena kita layak, tapi oleh karena kasih-Nya yang melayakkan kita menerima pengampunan itu. Itulah sebabnya firman Tuhan berkata Kasihilah musuhmu. Tanpa mengasihi maka sulit bagi kita untuk mengampuni. Oleh sebab itu, ampunilah sesamamu manusia sebagaimana Tuhan sudah mengampuni kita.

b. Penanggungan / Pelimpahan Kesalahan (Ayat 18)
Dalam ayat 18 ini, Paulus meminta Filomen untuk menanggungkan kepadanya semua yang menjadi utang Onesimus kepada Filomen. Ini bukan hal yang mudah yang dialami oleh Paulus sendiri karena pada waktu itu, Paulus sedang berada dalam penjara. Namun ada satu pelajaran yang perlu kita teladani dalam sikap Paulus. Paulus tidak mementingkan kepentingan dirinya, dia mengutamakan kepentingan orang lain. Yang sering terjadi dalam kehidupan kita ialah sikap yang mementingkan diri sendiri. Sikap mementingkan diri sendiri adalah sikap yang tidak peduli terhadap orang lain. Kita harus melihat bahwa sesama kita sama dengan diri kita sendiri bahkan lebih dari itu. Dengan cara demikian, kita dapat peduli terhadap kehidupan orang lain.

c. Pengakuan kesalahan dan permohonan maaf
Unsur pengakuan adalah kesadaran, kerendahan hati dan tindakan. Ketiga hal ini sangat dibutuhkan dalam mengakui kesalahan. Ketika kita bersalah kepada seseorang, hambatan kita untuk tidak mengakui kesalahan kita ialah sikap yang tidak rendah hati yang masih mempertahankan harga diri. Kita harus mengakui kesalahan kita serta datang untuk meminta maaf. Sikap yang tidak mengakui kesalahan ialah sikap yang sombong yang tidak memiliki kerendahan hati. Untuk iu, milikilah kerendahan hati sehingga saya dan saudara dapat dengan mudah mengakui kesalahan kita.

d. Ajaran bagaimana hamba terhadap tuan dan tuan terhadap hamba
Bagi Filemon sendiri ini hal yang tidak mudah diterima, namun Paulus berkata bahwa sebagai orang percaya kepada Yesus harus bisa mengampuni dan menerima kembali Onesimus sebagai sesama orang Kristen. Filemon adalah tuan Onesimus dan Onesimus adalah hamba Filemon. Bagaimana sikap seorang tua terhadap hambanya ? Kolose 4 : 1 berkata bahwa hendaklah tuan-tuan berlaku adil dan jujur terhadap hambanya. Dan hamba juga taat kepada tuannya dengan takut, gentar dan tulus hati sama seperti kepada Kristus (Ef. 6 : 5).
Saudara dan saya adalah hamba dan tuan kita adalah Yesus Kristus. Adakah kita sudah setia kepada-Nya ? Kita harus tetap iangat bahwa kita adalah hamba. Untuk itu, marilah kita setia melakukan apa yang dia inginkan dalam kehidupan kita.

PENUTUP
Jadi saudara-saudara,
Didalam kehiduapn kita ini, kita harus saling mengampuni. Tema kita adalah “Saling Menerima didalam Kristus”. Bagaimana kita bisa saling menerima di dalam Kristus tanpa kita memiliki sikap saling mengampuni ? Mungkin didalam kehidupan saudara dan saya mengalami banyak kekecewaan, penolakan, kekerasan dan fitnah. Namun, sebagai orang yang percaya kepada Kristus harus memiliki kemampuan untuk bersikap mengampuni. Kalau kita mengatakan bahwa aku mengasihi sesamaku, tetapi sulit mengampuni, sebenarnya itu adalah kasih yang pura-pura. Ingat bahwa kasih yang sejati terhadap sesama kita adalah kasih yang sungguh mengampuni. Untuk itu, marilah kita saling mengampuni sehingga dengan mudah kita bisa saling menerima antara yang satu dengan yang lain di dalam Kristus.
Demikianlah Firman Tuhan ini, biarlah firman Tuhan ini boleh memberkati kita semua, Amin !


KHOTBAH EKSPOSITORI

Tema : Hidup Takut akan Tuhan (Lukas 6 : 46-49)
At : Hidup takut akan Tuhan adalah menjadi suatu dasar untuk membangun iman kita
kepada Tuhan
Ak : Ketika hidup kita takut akan Tuhan serta melakukan apa yang Dia mau dalam
hidup kita, maka iman kita akan semakin bertumbuh
Tujuan : Mendorong jemaat untuk membangun imannya diatas dasar takut akan Tuhan

PENDAHULUAN
Saudara-saudara,
Kita tahu bahwa Tuhan menyelamatkan tidak hanya sekedar diselamatkan. Namun ada tujuan Tuhan dibalik semuanya itu. Dulu waktu saya masih ada di Nias, saya lahir dari keluarga yang percaya kepada Yesus. Pada waktu itu saya percaya bahwa saya sudah diselamatkan oleh Tuhan dan memiliki konsep bahwa tidak perlu lagi bersekutu dengan Tuhan yang penting sudah diselamatkan. Tapi ketika ada masalah dan persoalan saya mulai mempertanyakan apakah saya sudah diselamatkan oleh Tuhan ?
Saudara-saudara,
Inilah yang sering terjadi didalam kehidupan orang Kristen yang tidak tahu kebenaran. Memang kita sudah diselamatkan. Tetapi tujuan Tuhan menyelamatkan kita adalah supaya hidup kita takut akan Dia.
PENJELASAN
Itulah sebabnya mengapa ayat 46 berkata mengapa kamu berseru kepada-Ku : Tuhan, Tuhan. Padahal kamu tidak melakukan apa yang Aku katakan.
Orang-orang Farisi adalah orang-orang sudah kenal Tuhan. mereka memiliki hukum Taurat yang memungkinkan mereka untuk mengenal Tuhan. namun dalam teks ini, jelas-jelas sekali Yesus berkata mereka hanya sekedar mengenal Tuhan tanpa mereka melakukan kehendak Tuhan. itu juga yang sering terjadi di dalam kehidupan orang Kristen. Bagaimana mungkin kita berkata Aku Percaya kepada Tuhan tanpa kita memiliki sikap takun akan Tuhan.
Untuk itu dalam ayat 47, Yesus memberikan suatu persamaan bagi orang yang datang, mendengar, dan melakukan kehendak Tuhan.
Saudara,
Dalam ayat 47 ini ada beberapa kata yang perlu kita perhatikan yaitu datang, mendengar, dan melakukan. Ketiga hal ini tidak dapat dipisahkan kalau kita mau hidup takun akan Tuhan. kita tidak hanya sekedar datang dan mendengar, namun yang terpenting ialah melakukan Firman Tuhan itu.
Ayat 48 dan 49 adalah suatu perbedaan yang Tuhan Yesus berikan bagi orang yang datang, mendengar dan melakukan dengan orang yang hanya datang dan mendengar tanpa melakukan. Ayat 48 menjelaskan bahwa kita yang mau hidup takut akan Tuhan harus memiliki ketiga unsur ini yaitu datang, mendengar serta melakukan, tetapi ketika unsur melakukan itu tidak ada, maka ayat 49 menjelaskan bahwa keadaan orang tersebut semakin rusak dan tidak baik.

APLIKASI
Saudara,
Allah sangat rindu kita memiliki sikap hidup takut akan Tuhan. bagaimana mungkin iman kita dapat bertumbuh tanpa kita memiliki sikap takut akan Tuhan. iman dapat bertumbuh ketika iman itu dipraktekken dan diwujudkan dalam perbuatan. Itulah sebabnya mengapa Yakobus sering menekankan perbuatan, karena dia tahu bahwa banyak orang-orang Kristen yang hanya mengandalkan imannya tanpa dia melakukan ketendah Tuhan. untuk itu, bagaimana iman kita dapat bertumbuh, iman kita dapat bertumbuh ketika hal ketiga unsur diatas ada di dalam kehidupan kita. Dasar iman Kristen adalah hidup takut akan Tuhan dan melakukan kehendak Tuhan. tanpa kita memiliki hidup takun akan Tuhan, maka kita bagaikan orang yang membangun rumah diatas pasir. Ketika angin topan datang, maka rumah itu roboh karena pondasinya tidak kuat. Itu juga yang terjadi di dalam kehidupan orang Kristen yang memiliki iman tetapi tidak ada perbuatan. Ketika ada masalah dan persoalan mereka segera berpaling dan meninggalkan Tuhan.
Saudara,
Bagaimana iman kita sekarang ini dihadapan Tuhan ? Adakah iman kita sudah bertumbuh ? Marilah kita hidup takut akan Tuhan serta melakukan kehendak Tuhan, sehingga iman yang kita miliki boleh bertumbuh dihadapan Tuhan. saya percaya bahwa ketika kita memiliki sikap takut akan Tuhan, maka apapun yang terjadi dalam hidup kita, kita tetap memiliki iman yang kuat dihadapan Tuhan. ingat bahwa Allah terus bekerja didalam iman kita. Ketika iman itu kita praktekkan di dalam kehidupan kita. Demikianlah firman Tuhan ini, biarlah firman Tuhan ini boleh memberkati kita semua, Amin !

“Sedikit Noda, Jatuh Harga”

tugas homelitika ( Gilliermo. W. K ) nim ( 100275 )
TO: 1 recipient
Show Details
Khotbah Topikal:

“Sedikit Noda, Jatuh Harga”

Pendahuluan :

Tema yang tiwarkan ini merupakan peringatan yang senantiasa mesti diwaspadai oleh orang percaya. Di dalam catatan kerugiaan Allah, ada banyak cerminan prinsip yang sama. Kerugian besar gereja bukanlah kejatuhan jemaatnya ke dalam keadaan dosa yang buruk, mencolok, dan mengejutkan, melainkan gangguan dosa kecil yang sedikit saja menodai. Kita telah melihat orang-orang mudah, dan orang-orang yang lebih tua, yang pada kesan pertamanya menggetarkan jiwa. Secara spontan, anda menyatakan bahwa mereka adalah yang terbaik dari yang pernah ada. Akan tetapi, setelah mengenali mereka dengan lebih dekat, anda mendapati bahwa mereka punya sedikit noda dalam hal-hal duniawi dan itu sudah cukup untuk meredupkan cahaya kristiani mereka, melemahkan kesaksian, dan menghalangi pengaruh kristiani mereka sehingga secara sendiri-sendiri atau bersama-sama mereka menjadi kerugian yang besar bagi Kerajaan Allah.

Amanat Teks :
Siapakah yang boleh naik ke atas gunung Tuhan? Siapakah yang boleh berdiri di tempat-Nya yang kudus? Orang yang bersih tangannya dan murnih hatinya…Mazmur 23:3-4
Garis Besar Khotbah :

Menjadi ternoda setitik saja adalah suatu bahaya besar

Dosa “noda kecil” lebih mematikan daripada kelihatanya
Tak ada hidup yang terbatas dari dosa “noda kecil”
Dosa “noda kecil” sering menyerang di saat kita benar-benar tidak siap untuk melawan.


2. Menjadi ternoda setitik saja pasti akan menurunkan harga kita
- Noda kecil bisa meninggalkan kotoran yang tidak dapat dibersihkan
- Noda kecil dapat mengakibatkan kekalahan total

Menolak noda setitik menuntut pertahanan yang kuat

Salah satu pertahanan yang kuat terletak di dalam kehidupan
Pertahanan yang lebih lanjut terletak di dalam pemeliharaan


Saudara-saudara yang terkasih dalam Tuhan kita Yesus Kristus, berbicara tentang dosa, bukan dosa yang sepenuhnya menghancurkan, tetapai dosa kecillah, yang mesti kita waspadai. Ini bukanlah dosa dalam keburukan bentuknya, melainkan kemenarikan dosa di dalam bentuknya yang lebih halus, tetapi dosa yang disembunyikan oleh keluguan yang manis, seperti kapsul racun yang berlapis gula dengan akibat mematikan yang ditutupinya.
Tak ada seorang pun manusia yang sedemikian mulia, murni dan kudus sehingga tidak bisa dijangkau oleh dosa. Bahkan, pelayanan pun bukannya tanpa bahaya. Sungguh, seorang pendeta menyatakan bawha ia belum pernah tergodah kea rah kekerasan yang serius sampai ia menjadi gembala di suatu gereja tertentu dan harus bekerja sama dengan beberapa jemaat yang sulit didekati. Tidak ada lingkungan yang demikian sehat sehingga aman dari rongrongan dosa yang sedikit menodai, bahkan Taman Eden pun tidak aman.

Saudara-saudara yang terkasih dalam Tuhan kita Yesus Kristus, mungkin kita jatuh karena keinginan untuk memiliki ketajaman rohani. Beberapa orang cenderung meyakini bahwa satu-satunya hal yang merupakan dosa adalah hal-hal yang dari dirinya sendiri jahat, atau hina, Ujian yang tepat bukan pada apakah dosa “noda kecil” itu mengganggu hati nurani saya, yang mungkin pekat atau tumpul karena diabaikan dan dilecehkan dalam waktu yang lama. Juga bukan pada apakah orang lain melakukan atau memakluminya karena sebagian besar orang lebih sering salah daripada benar dalam membedakan moral dan rohani yang murni.
Lebih tepatnya Saudara-saudara, marilah kita menerapkan ujian berikut terhadap kesenangan yang masih layak dipertanyakan: Apakah kesenenangan hampa mengurangi hasrat anda terhadap hal-hal rohani dan menumpulkan antusiasme anda untuk turut serta di dalam pelayanan dan kesaksian rohani? Jika kesenangan hampa tersebut mengaganggu kita, betapa pun kecilnya, ia tidak punya tempat di dalam kehidupan kristiani. Karakternya mungkin akan sedikit ternodai, tetapi manfaatnya akan banyak berkurang. (Yes.52:11) Sucikanlah dirimu, hai orang-orang yang mengankat perkakas rumah Tuhan.

Orang bisa kehilangan sesuatu yang tidak pernah dapat dipulikhan seutuhnya. Nama baik atau reputasi yang rusak sulit untuk diperbaiki. Hal-hal sepele sering menentukan jalan hidup manusia. Selain itu juga dapat menciptakan atau menghancurkan seseorang yang bercita-cita, tinggi. Betapa pun besar talenta seseorang, betapa pun kuat dan cakapnya ia, tidak akan mampu menanggung begitu banyak beban dalam kehidupan kristianinya, seperti satu beban yang tidak perlu. Andaikan perawan Maria sedikit saja ternoda. Ketika Allah mencari di seluruh penjuru dunia seorang gadis yang paling murni dan paling layak dari sisi manusia untuk menjadi ibu Anak Allah, akankah Dia memilihnya? Tidak akan pernah karena ada hal-hal yang lebih rendahyang mungkin dapat dicapainya, tetapi kehormatan tertinggi tidak akan pernah menjadi miliknya.

Setiap perbuatan jahat tidak berarti apa pun kecuali hilangnya keutamaan. Olahlah keutamaan, maka segala perbuatan jahat akan runtuh, seperti dedaunan kering yang berguguran menjelang tumbuhnya daun-daun muda. Kita harus belajar mengatakan “ya” kepada Kristus dalam segala hal, maka tidak perlu sering menyatakan “tidak” kepada dunia. Kekristenan bukanlah sistem negatif yang lemah, melainkan keberanian untuk bergabung dengan Pemimpin agung dalam melancarkan perjuangan besar dan memenuhi hidup dengan suatu program yang juga besar.


(Yoh.10:10) “Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyai dalam segala hal kelimpahan.” Hidup dalam segala kelimpahan ini adalah suatu kehidupan yang dilimpahi hak istemewa, tanggung jawab , dan kompensasi dari suatu kehidupan yang saleh hingga meluap-luap. Kebaikan yang diminta dari kita bukanlah kebaikan patung polisi yang berdiri di persimpangan jalan sepanjang tahun dan menghadapi segala macam cuaca tanpa melakukan sesuatu hal yang salah dan tanpa melakukan apa pun yang lain.

Sampai tingkat yang luar biasa, kita membentuk dan, pada giliranya, juga dibentuk oleh kawan-kawan kita. Pria dan wanita yang hebat biasanya dihasilkan di dalam kelompok. Mereka diikat oleh suatu tujuan yang sama dan mereka pun tumbuh bersama –saling menyemangati, menguatkan , dan membangun. Demikianlah, di hati setiap gereja dan setiap lembaga Kristen, pada masa –masa keemasannya, ada suatu kelompok kecil orang yang terikat bersama dalam pengabdian, yang saling meneguhkan dalam pekerjaan yang baik(Ibrani 10:24). Pada sumber dari semua gerakan maju kekristenan, kita menemukan suatu kelompok “raksasa rohani.” Satu orang mungkin dapat memulai suatu gerakan, tetapi ia tidak dapat melanjutkan tanpa dukungan dari sekelompok orang yang jiwanya berkobar-kobar.

Persahabatan berkembang atas dasar kecocokan atau kesesuaian. Persahabatan orang-orang percaya yang sepikiran adalah salah satu anugerah Allah yang paling kaya dan sebuah sumber kekuatan yang perkasa pada masa-masa pencobaan. Banyak orang Kristen telah diselamatkan dari kejatuhan karena berada di dalam kelompok yang tepat. Tetapi “janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini ” (Rom.12:2). Supaya menjadi populer di kalangan mayoritas orang yang belum bersih dan berpola pikir duniawi, mereka yang menguasai sekolah menengah dan tinggi, perusahaan dan kantor, orang-orang muda kita yang paling murni dan baik pun mengadopsi cara-cara mereka yang tidak rohani, seperti minum cocktail, dan ikut dalam kenikmatan, hiburan dan praktik hidup mereka yang hina. Namun, syukur kepada Allah, di setiap kota besar serta di setiap komunitas, terdapat suatu kelompok minoritas yang indah, seperti bunga-bunga yang tumbuh di antara bebatuan cadas, tempat sesorang dapat menjadi sangat populer tanpa perlu menjadi sedikit ternoda.

Saudara-saudara yang terkasih dalam Tuhan kita Yesus Kristus, ketika pertahanan kita hancur dan orang-orang lain tidak sanggup menolong masih ada satu harapan yang tersisa yaitu Tuhan yang menjadi tempat perlindungan kita, tidak hanya pada masa pencobaan yang kita sadari, melainkan juga pada saat penderitaan , kepedihan dan bahaya yang begitu banyak menerpa. Sebelum krisis terjadi, langkah penentu harus diambil dan akibat krisis harus diperkirakan terlebih dulu. Di dalam saat teduh, di mana terjadi meditasi yang tenang, pada saat itulah hati dan kehidupan terbuka pada sifat keilahian dan penebusan Kristus serta pada persekutuan-Nya yang kekal.

Tugas dari Sang Raja membutuhkan tangan yang bersih begitu juga seorang dokter bedah tidak akan menggunakan tangan yang kotor untuk menangani organ-organ penting pasiennya. Orang percaya yang ingin mencapai prestasi puncak dan terbaiknya harus membayar harga melalui pengabdian dan kekudusan hidup.
Menjelang akhir hidupnya, pemazmur Daud memiliki satu ambisi besar, yaitu membangun bait suci yang megah bagi Tuhannya. Akan tetapi, Daud tidak dapat memenuhi impiannya, sebagaimana kemudian difirmankan Allah: ‘Engkau tidak akan mendirikan rumah bagi nama-Ku, sebab sudah banyak darah kautumpahkan ke tanah di hadapan-Ku’(1 Taw.22:8).

Penutup Khotbah :

Saudara-saudara yang terkasih di dalam Tuhan, Tuhan yesus, yang terkuat dari yang kuat, yang termurni dari yang murni, selalu menjadi teladan kita yang tak tertandingi. Sejak awal sampai akhir Dia adalah “anak domba yang tak bernoda dan tak bercacat”(1 Petrus1:19). Dia tidak dapat mengangkat dunia dengan tangan tidak kudus, atau menghibur dunia dengan lidah tidak kudus, atau memuliakan dunia dengan hidup tidak kudus. Dengan penuh kasih, Dia berkata kepada murid-Nya, “Aku menguduskan diri-Ku bagi mereka”(Yoh.17:19). Tangan yang menumpangi orang buta, orang lumpuh, penderita kusta, orang tuli dan bisu, yang dengan lembut memulihkan mereka adalah tangan yang kudus. Tangan yang digunakan untuk meredakan laut dan membangkitkan Lazarus dari kubur adalah tangan yang kudus. Tangan yang Dia angkat dalam doa untuk memohon turunnya kuasa dari surgawi adalah tangan yang kudus. Dan akhirnya, tangan yang dipakukan ke salib untuk menebus dosa dunia adalah tangan kudus.
Marilah kita saudara-saudara belajar dari teladan Yesus Kristus dan berjuang untuk hidup kudus dan memiliki hati yang murni.


Tuhan Yesus memberkati. …………..Amin.

Khotbah Ekspositori :

“Bergantung Kepada TUHAN”

Pendahuluan :

Perjanjian adalah suatu pertalian antara Allah dengan manusia. Perjanjian itu diberikan secara berdaulat dan kewajiban timbul di pihak manusia. Mengingat bahwa perjanjian itu mempererat suatu pertalian. Perjanjian itu sudah diadakan sebelumnya (Nuh, Abraham, Ishak, Yakub, dst). Janji-janji dan berkat-berkat menuntut pengudusan dalam diri si penerima. Oleh karena sumber janji itu adalah kudus adanya. Apa yang digantungkan pada ketaatan ialah penikmatan berkat-berkatnya. Tuhan selalu setia akan janji-janjiNya. Bahkan Tuhan tidak pernah melanggar janji-janjiNya, melainkan IA menepati janji-janjiNya. Tetapi janji Tuhan selalu melibatkan daya dan usaha manusia. Tinggal bagaimana cara kita menghadapi kehidupan ini, dalam suatu persekutuan, tentu didalamnya ada suatu masalah-masalah baik itu dari pribadi maupun persekutuan, yang juga teringat akan janji Tuhan. Mari kita bersama-sama belajar mengenai pengalaman bangsa Israel dalam Keluaran 15:22-27.

Kitab Keluaran adalah salah satu kitab yang di tulis oleh Musa berdasarkan tradisi Ibrani. Kitab Keluaran lebih banyak membicarakan “Karya Pembebasan” terdiri dari 40 pasal dan banyak berbicara tentang karya Allah dan pembebasan bangsa Israel dan merupakan penggenapan Injil Allah kepada Abraham. Kitab ini merupakan kesinambungan dari Kitab Kejadian. Peristiwa pembebasan merupakan inti dan sangat menentukan bagi sejarah bangsa Israel dan sejarah keselamatan manusia. Menurut kesaksian Perjanjian Lama. Pembebasan itu merupakan mujizat yang penting dalam sejarah bangsa Israel. Kitab Keluaran banyak menekankan asal mula Israel sebagai bangsa.

Inilah suatu cerita tentang keluhan-keluhan yang penuh dosa. Di Mara jeritan orang Israel ‘Apakah yang kami minum?’; di padang gurun Sin mereka berkata, ‘Apakah yang akan kami makan?’; sekalipun diberikan perbekalan yang sesuai secara mujizat dalam kedua tempat itu dan pemberian air selanjutnya di Rafidim, mereka masih bertanya, ‘Adakah TUHAN di tengah-tengah kita atau tidak?’.
Kembali kepada teks yang kita baca dalam Kel. 15:22-27 ini, menceritakan salah satu cerita dari penjelasan sebelumnya. Berbicara perjalanan bangsa Israel dari laut Teberau. Kemudian mereka pergi ke padang gurun Syur; selama tiga hari mereka berjalan di padang gurun itu dengan tidak mendapat air. Sampai pada mereka tiba di Mara. Disanalah terjadinya pemberontakan bangsa Israel kepada Allah. Oleh karena di tempat itu airnya terasa pahit dan tidak ada air untuk diminum, lalu bangsa itu bersunggut-sungut kepada Musa. Tindakan yang dilakukan oleh Musa ialah berseru-seru kepada Tuhan dan Tuhan meresponinya dengan memberikan jalan keluar dari masalah itu dengan menunjukan suatu mujizat. Dimana Tuhan menunjukan kepada Musa sepotong kayu yang kemudian Musa melemparkan kayu itu ke dalam air; lalu air itu menjadi manis. Disanalah Tuhan memberikan ketetapan-ketetapan dan peraturan-peraturan kepada bangsa Israel dan disanalah Tuhan mencoba mereka (ay. 26). Sesudah itu sampailah mereka di Elim; disana ada 12 mata air dan 70 pohon korma, lalu berkemahlah mereka disana di tepi air itu.

Dalam teks ini Musa menulis tentang pemberotakan bangsa Israel yang dilandasi akan rasa ketidakpercayaan atau meragukan pemeliharan Tuhan ketika masalah mereka alami. Dalam peristiwa itu terdapat karya Tuhan yang sungguh luar biasa kepada bangsa Israel. Terbukti akan pemeliharaan Tuhan dimana nyata bahwa Tuhan masih memberkati dan menyertai bangsa Irsael, meskipun bangsa itu telah melupakan akan bukti pemeliharaan Tuhan, yang meragukan bahwa Tuhan sanggup melakukan mujizatNya.


Amanat Teks :
Tuhan menuntut bangsa Israel untuk percaya dan setia akan pemeliharaan Tuhan atas mereka (bangsa Israel) dalam situasi apapun.


Amanat Khotbah :
Mengandalkan Tuhan dalam situasi apapun.
Garis Besar Khotbah :

Dalam menghadapi suatu masalah janganlah bersungut-sungut (ay. 24).
Percayailah Tuhan
Menyerahkan masalah hidup kepada Tuhan (Berserah kepadaNya)
Allah selalu bekerja di dalam setiap umat ciptaanNya
Ketika masalah datang, datanglah kepada Tuhan (ay. 25a).
Datang dengan berseru-seru kepada Tuhan
Seorang pemimpin memiliki sikap rendah hati
Memiliki hubungan yang akrab dengan Tuhan
Tuhan hadir dalam setiap masalah dan Tuhan akan memberikan jalan keluar (ay. 25b).
Setia dalam ketetapan Tuhan, maka Tuhan akan setia juga kepada janjiNya (ay. 26).



Tafsiran Teks dan Aplikasi :

Dalam menghadapi suatu masalah janganlah bersungut-sungut


וַיַּלֺּנוּ (Qal_Imperfek konsekutif 3 maskulin jamak ( לוּן ) artinya, bersungut-sungut)

Memyatakan konjugasi biasa dan imperfek konsekutif dalam pengertian perfek (telah).

Secara harafiah dapat diartikan bersungut-sungut adalah suatu tindakan yang menyalah-nyalahkan lingkungan, orang lain terlebih-lebih sampai pada menyalahkan Tuhan dan juga dapat diartikan menggerutu atau mengomel. Karena keadaan yang membawa kepada penderitaan akan pencobaan yang pada saat itu bangsa Israel alami.

Ketika menghadapi penderitaan bangsa Israel suka bersungut-sungut, dan pada akhirnya mereka tidak percaya akan kuasa Tuhan. Saudara-saudara sudah menjadi kebiasaan kita kalau keinginan kita terpenuhi (misalnya soal perut) itu tidak ada sungutan. Di dalam dunia ini penderitaan dan kesukaran, yang biasa kita sebut hal itu dengan yang namanya masalah dalam kehidupan ini, dan hal itu pun tidak akan pernah sirnah. Namun saat badai datang percayailah Tuhan untuk memberikan kekuatan dan menuntun kita melewatinya. Rasa percaya kita berkaitan dengan iman kita kepada Tuhan. Kalau kita memiliki iman di dalam Tuhan, itu berarti yang namanya sungutan tidak akan ada.

Ketika kita sudah percaya/beriman kepada Tuhan itu berarti kita menyerahkan setiap permasalahan yang kita hadapi kepada Tuhan sepenuhnya tanpa ada rasa khawatir dengan apa yang terjadi ke depan. Kita yakin bahwa dalam setiap masalah itu pasti ada jalan keluar. Oleh karena itu, Tuhan selalu bekerja di dalam hidup kita. Dan jika kita menginginkan yang terbaik dari-Nya kita harus mempercayai dengan bergantung sepenuhnya kepada Tuhan. Tak peduli apapun situasi yang kita alami. Apakah Anda bersedia melakukanya?

Ketika masalah datang, datanglah kepada Tuhan (ay. 25a).


וַיִּצְעַק (Qal_Imperfek konsekutif 3 maskulin tunggal artinya, Berseru-seru, berteriak-teriak)

Memyatakan konjugasi biasa dan imperfek konsekutif dalam pengertian perfek (telah).

Dapat diartikan Musa berseru-seru kepada Allah. Dimana menjelaskan suatu sikap Musa yang pada saat itu sedang mengatasi sikap dari pada bangsa Israel yaitu datang kepada Tuhan sambil berseru-seru. Bagaimana dengan kita, jika masalah hidup itu kita alami, apakah kita datang kepada Tuhan ataukah kita datang kepada hal-hal duniawi seperti; dukun, paranormal, ataupun datang kepada sahabat/teman kita sebelum kita datang kepada Tuhan

Saudara-saudara kita juga melihat ketika ia mengalami suatu masalah, Musa yang sebagai seorang pemimpin mengambil tindakan untuk datang kepada Tuhan dengan berseru-seru. Musa memiliki kerendahan hati. Seorang pemimpin harus memiliki sikap rendah hati untuk melayani Tuhan dan sesama. Setiap orang diberikan kekuasaan untuk memimpin oleh karena setiap orang memiliki jiwa kepemimpinan yang berasal dari Tuhan. Tuhan tahu setiap pergumulan dan penderitaan yang kita miliki dan yang kita alami, tetapi IA ingin kalau kita datang dan berseru-seru kepada-Nya, supaya kita menyadari dan mengakui akan eksistensi Allah (keberadaan Tuhan Allah dalam kehidupan kita), seorang pemimpin salah satunya adalah seorang hamba Tuhan yang terkadang lupa untuk datang kepada Tuhan, oleh karena mengandalkan kekuasaan dan kekuatan diri sendiri. Saudara-saudara jabatan apa pun yang kita miliki sekarang ini itu semua karena Tuhan, untuk itu jadilah pemimpin yang sejati yang selalu mengandalkan Tuhan dalam setiap pengalaman hidup yang dialami.

Tidak mengandalkan kekuatannya sediri. Menyadari bahwa dirinya tidak bisa berbuat apa-apa tanpa pertolongan dari Tuhan. Hal itu bisa terjadi jika Musa atau pemimpin memiliki hubungan yang akrab dengan Tuhan. Dimana seseorang itu memiliki sikap bergantung kepada Tuhan.

Tuhan hadir dalam setiap masalah dan Tuhan akan memberikan jalan keluar (ay. 25b).


וַיּוֹרֵהוּ (Hifil_Imperfek konsekutif 3 maskulin tunggal_3 maskulin tunggal pada sufik ( יָרָה ) dan Ia menunjukan)

Menyatakan suatu proses sebab-akibat, imperfek konsekutif dalam pengertian perfek (telah).

Adanya suatu keadaan yang bangsa Israel alami dan tindakan yang dilakukan sebelumnya oleh bangsa Israel, makanya Tuhan bertindak dengan memberikan jalan keluar, yaitu dengan cara menunjukan kepada Musa sepotong kayu, hal ini merupakan tindakan aktif Allah.

Allah tidak akan membiarkan bangsa Israel, hal ini menyatakan bahwa bukti dari pemeliharaan Tuhan kepada umatNya, begitupun dengan kita. Tuhan akan memberikan jalan keluar kepada umatNya, dan hal itu merupakan kehadiran Tuhan sendiri. Tuhan tidak tinggal diam, menjelaskan ketransendennan Tuhan, bahwa Tuhan adalah Tuhan yang Mahahadir, dalam ayat ini jelas akan pernyataan Tuhan dalam karyanya yang memberikan jalan keluar itu memberikan suatu jaminan akan penyertaan-Nya secara khusus pada bangsa Israel dengan menyatakan suatu mujizat Tuhan.

Tidak menutup kemungkinan bahwa penyertaan Tuhan dan kuasa mujizatnya dapat kita alami sebagai orang-orang yang percaya. Jalan keluar yang Tuhan berikan itu dapat kita rasakan dan alami apabila kita bergantung kepada Tuhan.

Setia dalam ketetapan Tuhan, maka Tuhan akan setia juga kepada janjiNya (ay. 26).


נִסָּהוּ (Piel_Perfek 3 maskulin tunggal_3 maskulin tunggal pada sufik (נָסָה) artinya, Ia membuktikan mereka, mencoba mereka)

Menyatakan suatu tindakan yang dilakukan dengan tegas atau secara berulang-ulang.

Tuhan dengan tegas mencoba atau ingin membuktikan kemampuan bangsa Israel. Apakah bangsa itu setia dan taat akan ketetapan-ketetapan dan perintah-perintah dari Tuhan yang telah diberikan kepada bangsa itu.

Bangsa Israel terkenal dengan sikap tegar tengkuknya bangsa itu. Sehingga Tuhan dengan tegas dan secara berulang-ulang mencoba bangsa Israel akan ketaatan dan kesetiaan bangsa itu selama dalam perjalanan menuju ke tanah perjanjian. Tindakan Tuhan yang mencoba bangsa itu terkait dengan janji Tuhan akan pemeliharaanNya.

Saudara-saudara yang terkasih, iman percaya kita yang membawa kepada ketaatan yang mendatangkan berkat bagi orang yang setia berharap dan mengandalkan Tuhan di dalam kehidupannya. Tuhan akan selalu menepati janji-janjiNya karena Tuhan yang kita punya adalah Tuhan yang setia, tetapi yang harus kita ingat adalah bahwa janji Tuhan selalu melibatkan daya dan usaha kita. Percaya maka kita akan mendapatkan jalan keluar dari setiap masalah hidup kita. Oleh karena itu, sikap taat dan setia kita merupakan wujud dari cara kita bergantung kepada Tuhan

Penutup Khotbah :

Saudara-saudara yang terkasih di dalam Tuhan, seorang wanita mengajak dua buah hatinya untuk membakar diri bersama-sama. Sang ibu selamat dari kobaran api. Tapi dua bocah lucu itu tak lagi dapat memamerkan senyum dan kelucuannya. Ketika ditanya apa alasan wanita itu nekat membakar diri, ia berkata jika suaminya tidak pernah lagi memberi nafkah. Ia merasa sendirian dalam menghadapi penderitaan yang ia alami. Ia sudah kehabisan akal bahkan tak percaya bahwa tangan Tuhan masih sanggup menolongnya. Ia bersungut-sungut dengan masalah hidup yang dialami, mulai dengan mempersalahkan lingkungan dan orang-orang sekitarnya, termasuk pula suaminya, sampai pada ia mempersalahkan Tuhan.

Saudara-saudara, kisah pilu dalam cerita tadi hanya satu dari ratusan bahkan ribuan kisah yang pada akhirnya hanya menuduh Tuhan tak lagi peduli atau mengasihi umatNya. Bersungut-sungut dan meragukan kuasa Tuhan, bahkan lupa akan janji Tuhan.

Dalam teks ini kita melihat dimana ketika menghadapi penderitaan,(masalah) bangsa Israel suka bersungut-sungut, dan pada akhirnya meragukan kuasa Tuhan. Saudara-saudara belajar dari pengalaman bangsa Israel, jelas bahwa Tuhan selalu mempedulikan umatNya, Dia tidak akan membiarkan umatNya menderita dalam keterpurukan. Allah tidak pernah meninggalkan kita sedikitpun bahkan Allah turut bekerja didepan kita. Tapi terkadang kita melenceng dari jalan Tuhan, kita seringkali mengecewakan dan menyakiti hati Tuhan oleh karena kita jatuh dalam pencobaan. Tetapi Tuhan yang kita punya adalah Tuhan yang setia. Disaat kita menjauh bahkan jatuh dari padaNya Tuhan selalu mencari kita dan mengangkat kita kembali.

Saudara-saudara yang terkasih, penderitaan, ujian, dan pencobaan pastilah kita semua mengalaminya. Terkadang kita merasa berjuang sendiri dalam kehidupan ini, sibuk terpuruk dalam penderitaan sampai pada melupakan Tuhan begitu pula dengan janjiNya. Mulai dengan bersungut-sungut dengan menyalahkan lingkungan yang berdampak akan menyalahkan Tuhan, bahkan meragukan kuasa Tuhan yang sanggup melakukan mujizatnya.
Dengan timbulnya perasaan serta tindakan itu di dalam diri kita, marilah mengoreksi hubungan kita dengan Tuhan, oleh karena itu marilah kita bersama-sama membangun hubungan yang akrab dengan Tuhan. Percayalah dan berseru-serulah kepada Tuhan. Karena kehadiran Tuhan dalam setiap peristiwa kehidupan kita itu selalu hadir dan ada bersama-sama dengan kita.
Memang kita lebih suka jika kita biasa melihat Tuhan secara kasat mata. Kita bisa menyentuhNya. Mengeluh kepadaNya. Memohon pertolonganNya dalam sekejap mata dan menyaksikan perbuatanNya didepan kita sehingga kita merasa bahwa Tuhan memang ada dan selalu bersama-sama kita. Tapi itu tidak mungkin sama sekali. Tuhan itu Mahahadir. Bila kita bisa menyentuhNya dihadapan kita, berarti IA tidak lagi Mahahadir. Jadi, meski kita tidak dapat menyentuhNya dengan ujung jari kita, toh kita dapat menyentuhNya dengan ujung hati kita, yaitu dengan berdoa dan percaya akan kuasa dan kasihNya yang tak terbatas. Yang adalah sikap bergantung kita kepada Tuhan.

Percayalah bahwa Tuhan tidak pernah tertidur, mataNya tak pernah berhenti mengawasi kita. HatiNya tak pernah beku melihat tetesan air mata. PerbuatanNya tak pernah kurang untuk mencukupi kebutuhan kita janganlah bersungut-sungut apalagi mencobai Tuhan dalam menghadapi realita penderitaan, pencobaan, ujian, dalam kehidupan ini, tetapi tetaplah percaya dan berserulah kepada Tuhan. Walaupun orang lain bahkan orang yang terdekat dengan kita meninggalkan kita, tetapi Tuhan tidak pernah meninggalkan kita sendirian. Karena Tuhan selalu ada dan menyertai kita. Apabila kita selalu mengandalkan Tuhan, bergantung kepadaNya, pasti kita akan diberikan kekuatan untuk menghadapi tantangan kehidupan ini. Tuhan itu ada dan selalu ada untuk kita semua. Kita akan menikmati janjiNya jika kita taat dan setia kepada Tuhan yang setia pula kepada ciptaanNya. Harapkanlah Tuhan bekerja, dengan cara-NYa.


Tuhan Yesus Memberkati. Amin…

Khotbah Tekstual :

Tema : Mengecap Kebaikan Tuhan


PENDAHULUAN

Saudara-saudara yang terkasih dalam Tuhan kita Yesus Kristus. Berbicara tentang kasih, kasih itu di mulai dari Allah sendiri. Kasih Allah yang terlebih dahulu kepada ciptaanNya. Kasih yang begitu besar kita dapat mengingatnya dalam rencana Allah, dimana Allah yang telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal Yesus Kristus Tuhan kita untuk menyelamatkan umat manusia dari dosa. Allah yang berinisiatif akan kasih itu. Sampai pada pernyataan bahwa kasih itu adalah Allah. Hal tersebut merupakan bukti akan kebaikan Allah kepada kita yang adalah ciptaannya. Karena kebaikan Allah saudara-saudara dan saya dapat menikmati anugerah keselamatan dari Allah. Oleh karena itu kita sebagai orang percaya apalagi hamba-hamba Tuhan, seharusnya kita memiliki sikap untuk meresponi akan karya Allah itu dengan mengucap syukur dan menghargai karya Allah untuk menjadi anak-anak yang berkenan di hadapan Allah, dimana Allah menginginkan kita untuk hidup kudus. Oleh karena itu marilah kita belajar bersama-sama akan kebenaran Firman Tuhan dari Surat I Petrus 2:1-3.
Surat ini merupakan yang pertama dari dua surat Perjanjian Baru yang ditulis oleh rasul Petrus (I Pet 1:1; II Pet 1:1). Petrus mengalamatkan surat ini kepada “orang-orang pendatang yang tersebar” di seluruh propinsi Asia kecil kekaisaran romawi (I Pet 1:1). Beberapa di antara mereka ini mungkin adalah orang bertobat yang menanggapi khotbahnya pada hari Pentakosta dan telah kembali ke kota masing-masing dengan Iman yang baru (band. Kis 2:9-11). Orang percaya ini disebut “pendatang dan perantau” (I pet 2:1) untuk mengingatkan mereka bahwa perziarah mereka sebagai orang Kristen adalah di dalam dunia yang membenci yesus Kristus dan mereka dapat mengalami penganiayaan darinya.
Petrus menulis dari roma pada tahun 60-63 M, pasti sebelum pertumpahan darah yang mengerikan oleh Nero dimulai tahun 64. Tujuan penulisan Petrus menulis surat pengharapan yang penuh dengan sukacita ini untuk memberikan kepada orang percaya pandangan yang Ilahi dan abadi bagi kehidupan di bumi dan untuk memberikan bimbingan praktis kepada mereka yang mulai mengalami penderitaan yang berat sebagai orang Kristen di dalam masyarakat kafir. Petrus khawatir kalau-kalau orang percaya membangkitkan ketidaksenangan pemerintah dan menasihatkan mereka untuk mengikuti teladan Yesus dalam menderita dengan tidak bersalah, benar, dan luhur.
ISI KHOTBAH

Saudara-saudara yang terkasih.
Ay 1: “Karena itu buanglah segala kejahatan, segala tipu muslihat dan segala macam kemunafikan, kedengkian dan fitnah”.
1) Setelah mengatakan bahwa kita dilahirkan kembali oleh Firman Tuhan (1:23-25), sekarang Petrus melanjutkan dengan mengatakan bahwa kita harus hidup sesuai dengan kelahiran baru tersebut, yaitu dengan membuang dosa-dosa dari kehidupan kita.
Orang yang sudah lahir baru, dan bahkan sudah mengalami pengudusan, tetap mempunyai banyak dosa, dan ia harus berjuang terus menerus untuk membuang dosa-dosa itu.
Catatan: kata ‘buanglah’ merupakan kata yang biasanya digunakan untuk penanggalan pakaian.

Ay 1 ini memberikan beberapa dosa sebagai contoh, yaitu kejahatan, tipu muslihat, kemunafikan, kedengkian dan fitnah.

Mengapa dosa-dosa ini yang dijadikan sebagai contoh? Ada macam-macam pandangan tentang hal ini:
a) Ada yang mengatakan bahwa dosa-dosa ini diberikan sebagai contoh karena dosa-dosa ini adalah dosa-dosa yang biasanya dilakukan oleh orang dewasa, tidak oleh anak kecil. Tetapi bagaimana dengan kedengkian / iri hati? Bukankah anak kecil juga condong pada dosa ini?
b) Clarke mengatakan (hal 850) bahwa dosa-dosa ini merupakan dosa-dosa yang banyak terdapat dalam kalangan Yahudi. Tetapi dalam gereja tidak boleh ada dosa-dosa seperti itu.
c) Ada juga yang mengatakan bahwa dosa-dosa di sini merupakan dosa-dosa yang paling merusak persekutuan kristen / kasih persaudaraan (Barclay, hal 190). Poole setuju dengan penafsiran terakhir ini dan ia menambahkan bahwa dalam pasal 1 sudah dibicarakan tentang kelahiran baru (ay 23) dan juga tentang kasih persaudaraan (ay 22).
3) Sekarang mari kita membahas kelima dosa yang digunakan sebagai contoh:
‘Kejahatan’ - segala macam kejahatan, keinginan menyakiti orang lain. Kejahatan adalah suatu tindakan yang dapat menghancurkan persekutuan yang ada. Yang dimaksud dengan kejahatan dalam teks yang kita baca, antara lain:
a) ‘Tipu muslihat’ - tipu daya, dusta.
b) ‘Kemunafikan’ - kepura-puraan, sandiwara, mengumpak / menjilat, persahabatan / kasih yang palsu, dan sebagainya.
William Barclay mengatakan (hal 190) bahwa kata HUPOKRITES yang diterjemahkan ‘hypocrite’ (= orang munafik) ini mempunyai sejarah yang aneh. Ini merupakan kata benda dari kata kerja HUPOKRINESTHAI, yang berarti ‘to answer’ (= menjawab). Jadi arti HUPOKRITES mula-mula adalah ‘seorang penjawab’. Lalu artinya berubah menjadi ‘seorang aktor’ yaitu orang yang ambil bagian dalam tanya jawab di atas panggung. Akhirnya kata itu mempunyai arti ‘seorang munafik’, yaitu seseorang yang selalu bersandiwara dan menyembunyikan motivasi aslinya.
Sandiwara ini bisa juga terjadi pada saat seorang kristen KTP bersandiwara seakan-akan ia adalah orang kristen. Ada penafsir yang menyebutkan Ananias dan Safira sebagai contoh orang yang bersandiwara / munafik.


‘Kedengkian’.

Kata Yunani yang dipakai sama dengan dalam Mat 28:18 - “Ia memang mengetahui, bahwa mereka telah menyerahkan Yesus karena dengki”.
Kedengkian/iri hati mewujudkan diri dalam ketidaksenangan melihat orang lain diberkati. Dalam 1Kor 13:4 dikatakan bahwa ‘kasih itu ... tidak cembu­ru (iri hati)’. Jadi jelas bahwa iri hati merupakan sesuatu yang bertentangan dengan kasih. Kalau ada kasih, kita tidak akan iri hati, dan sebaliknya kalau ada iri hati maka di sana tidak ada kasih!
Dalam gereja, seharusnya sikap yang benar adalah seperti yang dikatakan Paulus dalam 1Kor 12:26, yaitu kalau seorang menderita, maka semua ikut menderita, tetapi kalau seorang dihormati / diberkati, semua bersukacita (bukannya iri hati / tidak senang!).
Paulus menggambarkan orang kristen sebagai anggota-anggota tubuh Kristus. Sekarang bayangkan, kalau mulut saudara menerima makanan, mungkinkah anggota tubuh yang lain, seperti tangan dan kaki, lalu menjadi iri hati / tidak senang? Ini betul-betul sesuatu yang tidak masuk akal, bukan? Tetapi anehnya, hal seperti itu sering terjadi dalam gereja! Orang kristen sering iri hati melihat saudara seimannya mendapat rumah baru, mobil, pekerjaan yang tinggi gajinya, pacar yang cantik, dan sebagainya.
Apabila salah satu saudara diantara kita yang berhasil dan mendapatkan prestasi yang terbaik. Pelayanannya sukses. Apakah kita turut senang ataukah kita memiliki rasa iri hati (tidak senang kalau orang lain bahagia/berhasil lebih dari kita)?
Bahwa iri hati adalah sesuatu yang tidak bisa diremehkan / dibiarkan, terlihat dari pembunuhan yang dilakukan oleh Kain terhadap Habel, yang asal mulanya adalah iri hati
Renungkan: kalau seluruh dunia tak bisa menampung 2 orang dimana yang seorang iri hati kepada yang lain, bisakah 1 gereja menampung 50 atau 100 orang dimana satu sama lain saling iri hati?
Karena itu, kalau saudara sering iri hati, bertobatlah! Mintalah Tuhan mengampuni dosa itu dan bahkan menyucikan diri saudara dari dosa itu.
e) ‘Fitnah’ - berbicara buruk tentang orang lain, khususnya di belakang mereka.
KJV: ‘evil speakings’ (= pembicaraan buruk)
Barclay: Ini berarti ‘pembicaraan buruk’; ini hampir selalu merupakan buah dari iri hati dalam hati; dan ini biasanya terjadi pada waktu korbannya tidak ada di sana untuk membela dirinya sendiri. Hanya sedikit hal-hal yang begitu menarik seperti mendengar dan mengulang gossip yang pedas. ‘Gossip yang merendahkan’ diakui oleh setiap orang sebagai sesuatu yang salah tetapi pada saat yang sama dinikmati oleh hampir setiap orang; padahal tidak ada yang lebih menghasilkan sakit hati dan tidak ada yang lebih menghancurkan kasih persaudaraan dan kesatuan Kristen) - hal 190-191.
4) Dosa mempunyai bermacam-macam perwujudan, dan kita tidak boleh merasa puas kalau sudah membuang satu perwujudan. Kita harus berjuang untuk membuang semuanya.
Ay 1: “Karena itu buanglah segala kejahatan, segala tipu muslihat dan segala macam kemunafikan, kedengkian dan fitnah”.
Ada 3 x kata ‘segala’ tetapi kata ‘segala’ yang ketiga salah penempatannya. Sebetulnya kata ‘segala’ itu ada di depan kata-kata ‘kejahatan’, ‘tipu muslihat’, dan ‘fitnah’. Sedangkan 2 kata yang lain, yaitu ‘kemunafikan’ dan ‘kedengkian’ tidak didahului oleh kata ‘segala’ tetapi untuk kedua kata itu digunakan kata bentuk jamak.
Ini semua menunjukkan bahwa suatu dosa mempunyai bermacam-macam perwujudan. Jangan puas dengan membuang salah satu perwujudan; saudara harus membuang semua perwujudan dari dosa.
Misalnya:
a) Ketamakan bisa mempunyai perwujudan sebagai berikut:: kikir,berusaha mati-matian untuk mencari uang., menghalalkan segala cara dalam mendapatkan uang, menindas pegawai dalam persoalan upah mereka., tidak memberikan persembahan kepada Tuhan, baik persembahan persepuluhan maupun persembahan biasa, tidak membayar hutang.
b) Kurangnya penguasaan diri bisa mempunyai perwujudan dalam hal: sex., makan, marah., kedisiplinan dalam bekerja / belajar, tidur, nonton TV.
Ay 2: “Dan jadilah sama seperti bayi yang baru lahir, yang selalu ingin akan air susu yang murni dan yang rohani, supaya olehnya kamu bertumbuh dan beroleh keselamatan”.
1) ‘Membuang dosa’ berhubungan erat dengan ‘belajar Firman Tuhan’.
Kalau ay 1 di atas berbicara tentang pembuangan dosa, maka ay 2nya berbicara tentang kerinduan terhadap Firman Tuhan. Kedua hal ini berhubungan sangat erat. Orang yang tidak membuang dosa akan kehilangan kerinduannya terhadap Firman Tuhan, sedangkan orang yang tidak mencari Firman Tuhan tidak akan bisa membuang dosa.
Calvin membandingkan ay 1-2 ini dengan 1Kor 14:20 - “Saudara-saudara, janganlah sama seperti anak-anak dalam pemikiranmu. Jadilah anak-anak dalam kejahatan, tetapi orang dewasa dalam pemikiranmu!”.
Memang ada kemiripan, karena ‘menjadi anak-anak dalam kejahatan’ berarti harus membuang dosa, sedangkan ‘menjadi orang dewasa dalam pemikiran’ berarti harus belajar Firman Tuhan.
2) ‘Air susu yang murni dan yang rohani’.
a) ‘yang rohani’. Ini diterjemahkan macam-macam. RSV: ‘the pure spiritual milk’ (= susu rohani yang murni). NIV: ‘pure spiritual milk’ (= susu rohani yang murni). KJV: ‘the sincere milk of the word’ (= susu firman yang murni). NASB: ‘the pure milk of the word’ (= susu firman yang murni). Bahkan ada yang menterjemahkan ‘rational’ (= rasionil / berkenaan dengan akal).
Barclay mengatakan bahwa kata LOGIKOS (atau LOGIKON) merupakan kata sifat dari kata LOGOS, dan yang menyebabkan terjadinya problem adalah bahwa kata LOGOS bisa diartikan ‘akal’ / ‘pikiran’ dan bisa juga diartikan sebagai ‘kata’ / ‘firman’.
Saya lebih memilih terjemahan ‘firman’, seperti terjemahan KJV dan NASB. Jadi ‘susu’ itu menunjuk pada ‘firman’.
b) ‘Murni’. . Kata ‘murni’ ini menunjukkan bahwa Firman Tuhan tidak bercampur dengan kesalahan. Ini menunjukkan bahwa Kitab Suci itu (autographnya) infallible dan inerrant (= tidak ada salahnya). Pengkhotbah tidak boleh mencampuri Firman Tuhan dengan hal-hal lain.
Firman Allahnya murni, tetapi kalau pengkhotbahnya tidak, sama saja. Karena itu, pengkhotbah harus hati-hati dalam menangani Firman Tuhan, supaya mereka tidak mencampurnya dengan penemuan mereka sendiri, filsafat dan sebagainya. Juga pengkhotbah bisa mengubah / mencampur Firman Tuhan, pada waktu keuntungan diri sendiri / gereja yang dipentingkan. Misalnya melarang jemaatnya berbakti / melayani / memberi persembahan di gereja lain.
3) Istilah ‘bayi’ dan ‘susu’ di sini berbeda artinya dengan 1Kor 3:1-3 dan Ibr 5:11-14.
1Kor 3:1-3 - “(1) Dan aku, saudara-saudara, pada waktu itu tidak dapat berbicara dengan kamu seperti dengan manusia rohani, tetapi hanya dengan manusia duniawi, yang belum dewasa dalam Kristus. (2) Susulah yang kuberikan kepadamu, bukanlah makanan keras, sebab kamu belum dapat menerimanya. Dan sekarangpun kamu belum dapat menerimanya. (3) Karena kamu masih manusia duniawi. Sebab, jika di antara kamu ada iri hati dan perselisihan bukankah hal itu menunjukkan, bahwa kamu manusia duniawi dan bahwa kamu hidup secara manusiawi?”.
Ibr 5:11-14 - “(11) Tentang hal itu banyak yang harus kami katakan, tetapi yang sukar untuk dijelaskan, karena kamu telah lamban dalam hal mendengarkan. (12) Sebab sekalipun kamu, ditinjau dari sudut waktu, sudah seharusnya menjadi pengajar, kamu masih perlu lagi diajarkan asas-asas pokok dari penyataan Allah, dan kamu masih memerlukan susu, bukan makanan keras. (13) Sebab barangsiapa masih memerlukan susu ia tidak memahami ajaran tentang kebenaran, sebab ia adalah anak kecil. (14) Tetapi makanan keras adalah untuk orang-orang dewasa, yang karena mempunyai pancaindera yang terlatih untuk membedakan yang baik dari pada yang jahat”.
Dalam 1Kor 3:1-3 Paulus memarahi orang Korintus karena mereka seperti bayi, dan belum bisa menerima makanan keras, dan hanya bisa menerima susu. Hal yang sama terjadi dalam Ibr 5:11-14. Jadi, dalam kedua text itu ‘bayi’ merupakan simbol dari orang kristen yang masih baru, yang hanya bisa menerima ‘susu’, yang merupakan simbol dari ajaran dasar dan ajaran yang mudah.
Tetapi dalam 1Pet 2:2 ini penggambarannya berbeda. ‘Susu’ di sini harus diartikan sebagai ‘Firman Tuhan’, bukan ‘Firman Tuhan yang mudah’. Juga ‘bayi’ di sini tidak dikontraskan dengan orang yang dewasa secara rohani, tetapi dikontraskan dengan manusia dan kehidupan lama.
4) ‘Dan jadilah sama seperti bayi yang baru lahir, yang selalu ingin ...’.
Sebetulnya yang merupakan kata perintah adalah kata ‘ingin’, bukan kata ‘jadi’; sedangkan kata ‘jadilah’ seharusnya dibuang.
KJV: ‘As newborn babes, desire ...’ (= Seperti bayi yang baru lahir, inginkanlah ....). Kata dasar dari kata ‘ingin’ ini juga digunakan dalam Fil 2:26 dimana kata itu diterjemahkan ‘sangat rindu’ dalam Kitab Suci Indonesia.
Orang kristen harus merindukan Firman Tuhan sama seperti bayi ingin minum susu. Tetapi berbeda dengan bayi yang tidak perlu disuruh untuk menginginkan susu, maka banyak orang kristen mempunyai sikap acuh tak acuh atau bahkan tidak senang terhadap Firman Tuhan. Jadi kerinduan ini harus ditumbuhkan. Dan supaya kerinduan ini bisa ditumbuhkan, maka ada keinginan-keinginan lain yang harus dikekang dan dimatikan. Kita seperti anak-anak yang ingin permen dan kalau dituruti, lalu tidak ingin makan. Jika kita mengenyangkan diri kita dengan hal-hal duniawi dan dosa, maka kita tidak akan menginginkan Firman Tuhan. Karena itu, penyangkalan diri terhadap hal-hal ini harus dilakukan, supaya kita mempunyai rasa lapar yang sehat terhadap Firman Tuhan!
Kalau kerinduan terhadap Firman Tuhan ini ada, maka itu pasti akan dipuaskan. Semua rasa lapar dan kerinduan yang lain bisa tidak dipuaskan, tetapi kerinduan dan rasa lapar terhadap Firman Tuhan, kalau itu ada, pasti akan mendapatkan pemuasan. Bandingkan dengan Mat 5:6 - “Berbahagialah orang yang lapar dan haus akan kebenaran, karena mereka akan dipuaskan”
5) ‘supaya olehnya kamu bertumbuh’.
a) Kerinduan terhadap Firman Tuhan ini yang menyebabkan pertumbuhan.
Tetapi tidak boleh dilupakan bahwa ay 1 berbicara tentang pembuangan dosa. Jadi, sekedar ada kerinduan terhadap Firman Tuhan, tidak menjamin adanya pertumbuhan, kalau tidak ada ketaatan / pembuangan dosa.
b) Pertumbuhan harus merupakan tujuan orang belajar Firman Tuhan.
Jadi, pada waktu kita belajar Firman Tuhan, kita tidak boleh melakukannya sekedar karena kita senang belajar, atau sekedar demi mendapatkan pengetahuan, atau sekedar untuk mendapatkan bahan mengajar / berkhotbah, atau supaya bisa menang dalam berdebat, tetapi harus dengan tujuan supaya kita bertumbuh.
c) Semua orang Kristen harus berusaha untuk bertumbuh.
Dari 1:22-23 terlihat bahwa penerima surat ini adalah orang-orang Kristen yang sudah bagus kerohaniannya. Tetapi mereka tetap disuruh belajar Firman Tuhan supaya bertumbuh. Jadi, tidak ada tingkat kerohanian yang bagaimanapun tingginya, yang membebaskan kita dari tanggung jawab untuk bertumbuh.
Renungkan: apakah saudara ingin bertumbuh dalam kerohanian?
6) ‘dan beroleh keselamatan’. KJV tidak mempunyai bagian ini. NIV: ‘in your salvation’ (= dalam keselamatanmu). NASB: ‘in respect to salvation’ (= berkenaan dengan keselamatan). RSV/Lit: ‘to salvation’ (= pada keselamatan).
Keselamatan di sini menunjuk pada ‘masuk surga’. Jadi, ini menunjukkan bahwa kita harus terus bertumbuh sampai kita masuk surga.
Ay 3: “jika kamu benar-benar telah mengecap kebaikan Tuhan”.
1) ‘Jika kamu benar-benar’. Ini menunjukkan bahwa pembuangan dosa dan kerinduan terhadap Firman Tuhan dalam ay 1-2 merupakan bukti bahwa kita telah mengecap kebaikan Tuhan. Sekalipun orang non kristenpun juga mendapatkan kebaikan Tuhan (Mat 5:45), tetapi yang dimaksudkan di sini adalah kebaikan yang hanya dinikmati oleh orang yang percaya, seperti penebusan, pengampunan dosa, perdamaian dengan Allah, dan sebagainya. Yakinkah saudara bahwa dosa-dosa saudara sudah ditebus / diampuni, dan bahwa saudara sudah didamaikan dengan Allah?
2) ‘Mengecap’. Kata ‘mengecap’ (= mencicipi) ini menunjukkan bahwa kebaikan yang kita rasakan itu hanyalah sebagian kecil saja, sedangkan sisanya atau keseluruhannya akan kita rasakan di dunia / kehidupan yang akan datang.
3) ‘Kebaikan Tuhan’. Kata ‘kebaikan’ seharusnya merupakan kata sifat. Jadi seharusnya ‘Tuhan itu baik’. Dan kata Yunaninya (CHRESTOS). Ada yang menganggap ini sebagai permainan kata karena kemiripan kata ini dengan [CHRISTOS (= Kristus)]. Dan Tertulian mengatakan bahwa CHRISTOS itu CHRESTOS (= Kristus itu baik).
4) Kebaikan Allah bukanlah alasan untuk menjadi malas dan hidup semau gue, tetapi seharusnya menjadi pendorong supaya kita berusaha makin keras.
Apa yang kita miliki saat ini, yang kita nikmati dan kita telah lalui, itu bukan karena kita semata-mata, tapi itu semua karena kebaikan Tuhan kepada kita masing-masing pribadi.
Kebaikan Allah bukanlah suatu alasan untuk malas dalam kehidupan Kristen; itu merupakan pendorong yang terbesar untuk berusaha.


KESIMPULAN
Jadi, saudara-saudara sebagai orang Kristen seharusnya kita bertumbuh di dalam Tuhan. Ketika di dalam pelayanan, kita menginginkan jemaat yang kita layani itu dapat bertumbuh, entah itu melalui khotbah kita atau yang lainnya. Tetapi bagaimana dengan kita, apakah kita sudah bertumbuh? Marilah bersama-sama kita mengoreksi pribadi kita masing-masing.
Dan apabila kita menginginkan persekutuan kita juga bertumbuh, marilah kita membuang segala kejahatan yang telah saya jelaskan di atas, dimana tindakan kejahatan itu dapat merusak persekutuan kita.
Saya dan saudara sekalian telah mengecap atau merasakan kebaikan Tuhan, untuk itu marilah kita membuang segala kejahatan yang menghambat pertumbuhan kita di dalam Tuhan.
Tuhan Yesus memberkati.
Amin.

NAMA ALLAH ISRAEL - Juliman Harefa