tugas homelitika ( Gilliermo. W. K ) nim ( 100275 )
TO: 1 recipient
Show Details
Khotbah Topikal:
“Sedikit Noda, Jatuh Harga”
Pendahuluan :
Tema yang tiwarkan ini merupakan peringatan yang senantiasa mesti diwaspadai oleh orang percaya. Di dalam catatan kerugiaan Allah, ada banyak cerminan prinsip yang sama. Kerugian besar gereja bukanlah kejatuhan jemaatnya ke dalam keadaan dosa yang buruk, mencolok, dan mengejutkan, melainkan gangguan dosa kecil yang sedikit saja menodai. Kita telah melihat orang-orang mudah, dan orang-orang yang lebih tua, yang pada kesan pertamanya menggetarkan jiwa. Secara spontan, anda menyatakan bahwa mereka adalah yang terbaik dari yang pernah ada. Akan tetapi, setelah mengenali mereka dengan lebih dekat, anda mendapati bahwa mereka punya sedikit noda dalam hal-hal duniawi dan itu sudah cukup untuk meredupkan cahaya kristiani mereka, melemahkan kesaksian, dan menghalangi pengaruh kristiani mereka sehingga secara sendiri-sendiri atau bersama-sama mereka menjadi kerugian yang besar bagi Kerajaan Allah.
Amanat Teks :
Siapakah yang boleh naik ke atas gunung Tuhan? Siapakah yang boleh berdiri di tempat-Nya yang kudus? Orang yang bersih tangannya dan murnih hatinya…Mazmur 23:3-4
Garis Besar Khotbah :
Menjadi ternoda setitik saja adalah suatu bahaya besar
Dosa “noda kecil” lebih mematikan daripada kelihatanya
Tak ada hidup yang terbatas dari dosa “noda kecil”
Dosa “noda kecil” sering menyerang di saat kita benar-benar tidak siap untuk melawan.
2. Menjadi ternoda setitik saja pasti akan menurunkan harga kita
- Noda kecil bisa meninggalkan kotoran yang tidak dapat dibersihkan
- Noda kecil dapat mengakibatkan kekalahan total
Menolak noda setitik menuntut pertahanan yang kuat
Salah satu pertahanan yang kuat terletak di dalam kehidupan
Pertahanan yang lebih lanjut terletak di dalam pemeliharaan
Saudara-saudara yang terkasih dalam Tuhan kita Yesus Kristus, berbicara tentang dosa, bukan dosa yang sepenuhnya menghancurkan, tetapai dosa kecillah, yang mesti kita waspadai. Ini bukanlah dosa dalam keburukan bentuknya, melainkan kemenarikan dosa di dalam bentuknya yang lebih halus, tetapi dosa yang disembunyikan oleh keluguan yang manis, seperti kapsul racun yang berlapis gula dengan akibat mematikan yang ditutupinya.
Tak ada seorang pun manusia yang sedemikian mulia, murni dan kudus sehingga tidak bisa dijangkau oleh dosa. Bahkan, pelayanan pun bukannya tanpa bahaya. Sungguh, seorang pendeta menyatakan bawha ia belum pernah tergodah kea rah kekerasan yang serius sampai ia menjadi gembala di suatu gereja tertentu dan harus bekerja sama dengan beberapa jemaat yang sulit didekati. Tidak ada lingkungan yang demikian sehat sehingga aman dari rongrongan dosa yang sedikit menodai, bahkan Taman Eden pun tidak aman.
Saudara-saudara yang terkasih dalam Tuhan kita Yesus Kristus, mungkin kita jatuh karena keinginan untuk memiliki ketajaman rohani. Beberapa orang cenderung meyakini bahwa satu-satunya hal yang merupakan dosa adalah hal-hal yang dari dirinya sendiri jahat, atau hina, Ujian yang tepat bukan pada apakah dosa “noda kecil” itu mengganggu hati nurani saya, yang mungkin pekat atau tumpul karena diabaikan dan dilecehkan dalam waktu yang lama. Juga bukan pada apakah orang lain melakukan atau memakluminya karena sebagian besar orang lebih sering salah daripada benar dalam membedakan moral dan rohani yang murni.
Lebih tepatnya Saudara-saudara, marilah kita menerapkan ujian berikut terhadap kesenangan yang masih layak dipertanyakan: Apakah kesenenangan hampa mengurangi hasrat anda terhadap hal-hal rohani dan menumpulkan antusiasme anda untuk turut serta di dalam pelayanan dan kesaksian rohani? Jika kesenangan hampa tersebut mengaganggu kita, betapa pun kecilnya, ia tidak punya tempat di dalam kehidupan kristiani. Karakternya mungkin akan sedikit ternodai, tetapi manfaatnya akan banyak berkurang. (Yes.52:11) Sucikanlah dirimu, hai orang-orang yang mengankat perkakas rumah Tuhan.
Orang bisa kehilangan sesuatu yang tidak pernah dapat dipulikhan seutuhnya. Nama baik atau reputasi yang rusak sulit untuk diperbaiki. Hal-hal sepele sering menentukan jalan hidup manusia. Selain itu juga dapat menciptakan atau menghancurkan seseorang yang bercita-cita, tinggi. Betapa pun besar talenta seseorang, betapa pun kuat dan cakapnya ia, tidak akan mampu menanggung begitu banyak beban dalam kehidupan kristianinya, seperti satu beban yang tidak perlu. Andaikan perawan Maria sedikit saja ternoda. Ketika Allah mencari di seluruh penjuru dunia seorang gadis yang paling murni dan paling layak dari sisi manusia untuk menjadi ibu Anak Allah, akankah Dia memilihnya? Tidak akan pernah karena ada hal-hal yang lebih rendahyang mungkin dapat dicapainya, tetapi kehormatan tertinggi tidak akan pernah menjadi miliknya.
Setiap perbuatan jahat tidak berarti apa pun kecuali hilangnya keutamaan. Olahlah keutamaan, maka segala perbuatan jahat akan runtuh, seperti dedaunan kering yang berguguran menjelang tumbuhnya daun-daun muda. Kita harus belajar mengatakan “ya” kepada Kristus dalam segala hal, maka tidak perlu sering menyatakan “tidak” kepada dunia. Kekristenan bukanlah sistem negatif yang lemah, melainkan keberanian untuk bergabung dengan Pemimpin agung dalam melancarkan perjuangan besar dan memenuhi hidup dengan suatu program yang juga besar.
(Yoh.10:10) “Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyai dalam segala hal kelimpahan.” Hidup dalam segala kelimpahan ini adalah suatu kehidupan yang dilimpahi hak istemewa, tanggung jawab , dan kompensasi dari suatu kehidupan yang saleh hingga meluap-luap. Kebaikan yang diminta dari kita bukanlah kebaikan patung polisi yang berdiri di persimpangan jalan sepanjang tahun dan menghadapi segala macam cuaca tanpa melakukan sesuatu hal yang salah dan tanpa melakukan apa pun yang lain.
Sampai tingkat yang luar biasa, kita membentuk dan, pada giliranya, juga dibentuk oleh kawan-kawan kita. Pria dan wanita yang hebat biasanya dihasilkan di dalam kelompok. Mereka diikat oleh suatu tujuan yang sama dan mereka pun tumbuh bersama –saling menyemangati, menguatkan , dan membangun. Demikianlah, di hati setiap gereja dan setiap lembaga Kristen, pada masa –masa keemasannya, ada suatu kelompok kecil orang yang terikat bersama dalam pengabdian, yang saling meneguhkan dalam pekerjaan yang baik(Ibrani 10:24). Pada sumber dari semua gerakan maju kekristenan, kita menemukan suatu kelompok “raksasa rohani.” Satu orang mungkin dapat memulai suatu gerakan, tetapi ia tidak dapat melanjutkan tanpa dukungan dari sekelompok orang yang jiwanya berkobar-kobar.
Persahabatan berkembang atas dasar kecocokan atau kesesuaian. Persahabatan orang-orang percaya yang sepikiran adalah salah satu anugerah Allah yang paling kaya dan sebuah sumber kekuatan yang perkasa pada masa-masa pencobaan. Banyak orang Kristen telah diselamatkan dari kejatuhan karena berada di dalam kelompok yang tepat. Tetapi “janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini ” (Rom.12:2). Supaya menjadi populer di kalangan mayoritas orang yang belum bersih dan berpola pikir duniawi, mereka yang menguasai sekolah menengah dan tinggi, perusahaan dan kantor, orang-orang muda kita yang paling murni dan baik pun mengadopsi cara-cara mereka yang tidak rohani, seperti minum cocktail, dan ikut dalam kenikmatan, hiburan dan praktik hidup mereka yang hina. Namun, syukur kepada Allah, di setiap kota besar serta di setiap komunitas, terdapat suatu kelompok minoritas yang indah, seperti bunga-bunga yang tumbuh di antara bebatuan cadas, tempat sesorang dapat menjadi sangat populer tanpa perlu menjadi sedikit ternoda.
Saudara-saudara yang terkasih dalam Tuhan kita Yesus Kristus, ketika pertahanan kita hancur dan orang-orang lain tidak sanggup menolong masih ada satu harapan yang tersisa yaitu Tuhan yang menjadi tempat perlindungan kita, tidak hanya pada masa pencobaan yang kita sadari, melainkan juga pada saat penderitaan , kepedihan dan bahaya yang begitu banyak menerpa. Sebelum krisis terjadi, langkah penentu harus diambil dan akibat krisis harus diperkirakan terlebih dulu. Di dalam saat teduh, di mana terjadi meditasi yang tenang, pada saat itulah hati dan kehidupan terbuka pada sifat keilahian dan penebusan Kristus serta pada persekutuan-Nya yang kekal.
Tugas dari Sang Raja membutuhkan tangan yang bersih begitu juga seorang dokter bedah tidak akan menggunakan tangan yang kotor untuk menangani organ-organ penting pasiennya. Orang percaya yang ingin mencapai prestasi puncak dan terbaiknya harus membayar harga melalui pengabdian dan kekudusan hidup.
Menjelang akhir hidupnya, pemazmur Daud memiliki satu ambisi besar, yaitu membangun bait suci yang megah bagi Tuhannya. Akan tetapi, Daud tidak dapat memenuhi impiannya, sebagaimana kemudian difirmankan Allah: ‘Engkau tidak akan mendirikan rumah bagi nama-Ku, sebab sudah banyak darah kautumpahkan ke tanah di hadapan-Ku’(1 Taw.22:8).
Penutup Khotbah :
Saudara-saudara yang terkasih di dalam Tuhan, Tuhan yesus, yang terkuat dari yang kuat, yang termurni dari yang murni, selalu menjadi teladan kita yang tak tertandingi. Sejak awal sampai akhir Dia adalah “anak domba yang tak bernoda dan tak bercacat”(1 Petrus1:19). Dia tidak dapat mengangkat dunia dengan tangan tidak kudus, atau menghibur dunia dengan lidah tidak kudus, atau memuliakan dunia dengan hidup tidak kudus. Dengan penuh kasih, Dia berkata kepada murid-Nya, “Aku menguduskan diri-Ku bagi mereka”(Yoh.17:19). Tangan yang menumpangi orang buta, orang lumpuh, penderita kusta, orang tuli dan bisu, yang dengan lembut memulihkan mereka adalah tangan yang kudus. Tangan yang digunakan untuk meredakan laut dan membangkitkan Lazarus dari kubur adalah tangan yang kudus. Tangan yang Dia angkat dalam doa untuk memohon turunnya kuasa dari surgawi adalah tangan yang kudus. Dan akhirnya, tangan yang dipakukan ke salib untuk menebus dosa dunia adalah tangan kudus.
Marilah kita saudara-saudara belajar dari teladan Yesus Kristus dan berjuang untuk hidup kudus dan memiliki hati yang murni.
Tuhan Yesus memberkati. …………..Amin.
Khotbah Ekspositori :
“Bergantung Kepada TUHAN”
Pendahuluan :
Perjanjian adalah suatu pertalian antara Allah dengan manusia. Perjanjian itu diberikan secara berdaulat dan kewajiban timbul di pihak manusia. Mengingat bahwa perjanjian itu mempererat suatu pertalian. Perjanjian itu sudah diadakan sebelumnya (Nuh, Abraham, Ishak, Yakub, dst). Janji-janji dan berkat-berkat menuntut pengudusan dalam diri si penerima. Oleh karena sumber janji itu adalah kudus adanya. Apa yang digantungkan pada ketaatan ialah penikmatan berkat-berkatnya. Tuhan selalu setia akan janji-janjiNya. Bahkan Tuhan tidak pernah melanggar janji-janjiNya, melainkan IA menepati janji-janjiNya. Tetapi janji Tuhan selalu melibatkan daya dan usaha manusia. Tinggal bagaimana cara kita menghadapi kehidupan ini, dalam suatu persekutuan, tentu didalamnya ada suatu masalah-masalah baik itu dari pribadi maupun persekutuan, yang juga teringat akan janji Tuhan. Mari kita bersama-sama belajar mengenai pengalaman bangsa Israel dalam Keluaran 15:22-27.
Kitab Keluaran adalah salah satu kitab yang di tulis oleh Musa berdasarkan tradisi Ibrani. Kitab Keluaran lebih banyak membicarakan “Karya Pembebasan” terdiri dari 40 pasal dan banyak berbicara tentang karya Allah dan pembebasan bangsa Israel dan merupakan penggenapan Injil Allah kepada Abraham. Kitab ini merupakan kesinambungan dari Kitab Kejadian. Peristiwa pembebasan merupakan inti dan sangat menentukan bagi sejarah bangsa Israel dan sejarah keselamatan manusia. Menurut kesaksian Perjanjian Lama. Pembebasan itu merupakan mujizat yang penting dalam sejarah bangsa Israel. Kitab Keluaran banyak menekankan asal mula Israel sebagai bangsa.
Inilah suatu cerita tentang keluhan-keluhan yang penuh dosa. Di Mara jeritan orang Israel ‘Apakah yang kami minum?’; di padang gurun Sin mereka berkata, ‘Apakah yang akan kami makan?’; sekalipun diberikan perbekalan yang sesuai secara mujizat dalam kedua tempat itu dan pemberian air selanjutnya di Rafidim, mereka masih bertanya, ‘Adakah TUHAN di tengah-tengah kita atau tidak?’.
Kembali kepada teks yang kita baca dalam Kel. 15:22-27 ini, menceritakan salah satu cerita dari penjelasan sebelumnya. Berbicara perjalanan bangsa Israel dari laut Teberau. Kemudian mereka pergi ke padang gurun Syur; selama tiga hari mereka berjalan di padang gurun itu dengan tidak mendapat air. Sampai pada mereka tiba di Mara. Disanalah terjadinya pemberontakan bangsa Israel kepada Allah. Oleh karena di tempat itu airnya terasa pahit dan tidak ada air untuk diminum, lalu bangsa itu bersunggut-sungut kepada Musa. Tindakan yang dilakukan oleh Musa ialah berseru-seru kepada Tuhan dan Tuhan meresponinya dengan memberikan jalan keluar dari masalah itu dengan menunjukan suatu mujizat. Dimana Tuhan menunjukan kepada Musa sepotong kayu yang kemudian Musa melemparkan kayu itu ke dalam air; lalu air itu menjadi manis. Disanalah Tuhan memberikan ketetapan-ketetapan dan peraturan-peraturan kepada bangsa Israel dan disanalah Tuhan mencoba mereka (ay. 26). Sesudah itu sampailah mereka di Elim; disana ada 12 mata air dan 70 pohon korma, lalu berkemahlah mereka disana di tepi air itu.
Dalam teks ini Musa menulis tentang pemberotakan bangsa Israel yang dilandasi akan rasa ketidakpercayaan atau meragukan pemeliharan Tuhan ketika masalah mereka alami. Dalam peristiwa itu terdapat karya Tuhan yang sungguh luar biasa kepada bangsa Israel. Terbukti akan pemeliharaan Tuhan dimana nyata bahwa Tuhan masih memberkati dan menyertai bangsa Irsael, meskipun bangsa itu telah melupakan akan bukti pemeliharaan Tuhan, yang meragukan bahwa Tuhan sanggup melakukan mujizatNya.
Amanat Teks :
Tuhan menuntut bangsa Israel untuk percaya dan setia akan pemeliharaan Tuhan atas mereka (bangsa Israel) dalam situasi apapun.
Amanat Khotbah :
Mengandalkan Tuhan dalam situasi apapun.
Garis Besar Khotbah :
Dalam menghadapi suatu masalah janganlah bersungut-sungut (ay. 24).
Percayailah Tuhan
Menyerahkan masalah hidup kepada Tuhan (Berserah kepadaNya)
Allah selalu bekerja di dalam setiap umat ciptaanNya
Ketika masalah datang, datanglah kepada Tuhan (ay. 25a).
Datang dengan berseru-seru kepada Tuhan
Seorang pemimpin memiliki sikap rendah hati
Memiliki hubungan yang akrab dengan Tuhan
Tuhan hadir dalam setiap masalah dan Tuhan akan memberikan jalan keluar (ay. 25b).
Setia dalam ketetapan Tuhan, maka Tuhan akan setia juga kepada janjiNya (ay. 26).
Tafsiran Teks dan Aplikasi :
Dalam menghadapi suatu masalah janganlah bersungut-sungut
וַיַּלֺּנוּ (Qal_Imperfek konsekutif 3 maskulin jamak ( לוּן ) artinya, bersungut-sungut)
Memyatakan konjugasi biasa dan imperfek konsekutif dalam pengertian perfek (telah).
Secara harafiah dapat diartikan bersungut-sungut adalah suatu tindakan yang menyalah-nyalahkan lingkungan, orang lain terlebih-lebih sampai pada menyalahkan Tuhan dan juga dapat diartikan menggerutu atau mengomel. Karena keadaan yang membawa kepada penderitaan akan pencobaan yang pada saat itu bangsa Israel alami.
Ketika menghadapi penderitaan bangsa Israel suka bersungut-sungut, dan pada akhirnya mereka tidak percaya akan kuasa Tuhan. Saudara-saudara sudah menjadi kebiasaan kita kalau keinginan kita terpenuhi (misalnya soal perut) itu tidak ada sungutan. Di dalam dunia ini penderitaan dan kesukaran, yang biasa kita sebut hal itu dengan yang namanya masalah dalam kehidupan ini, dan hal itu pun tidak akan pernah sirnah. Namun saat badai datang percayailah Tuhan untuk memberikan kekuatan dan menuntun kita melewatinya. Rasa percaya kita berkaitan dengan iman kita kepada Tuhan. Kalau kita memiliki iman di dalam Tuhan, itu berarti yang namanya sungutan tidak akan ada.
Ketika kita sudah percaya/beriman kepada Tuhan itu berarti kita menyerahkan setiap permasalahan yang kita hadapi kepada Tuhan sepenuhnya tanpa ada rasa khawatir dengan apa yang terjadi ke depan. Kita yakin bahwa dalam setiap masalah itu pasti ada jalan keluar. Oleh karena itu, Tuhan selalu bekerja di dalam hidup kita. Dan jika kita menginginkan yang terbaik dari-Nya kita harus mempercayai dengan bergantung sepenuhnya kepada Tuhan. Tak peduli apapun situasi yang kita alami. Apakah Anda bersedia melakukanya?
Ketika masalah datang, datanglah kepada Tuhan (ay. 25a).
וַיִּצְעַק (Qal_Imperfek konsekutif 3 maskulin tunggal artinya, Berseru-seru, berteriak-teriak)
Memyatakan konjugasi biasa dan imperfek konsekutif dalam pengertian perfek (telah).
Dapat diartikan Musa berseru-seru kepada Allah. Dimana menjelaskan suatu sikap Musa yang pada saat itu sedang mengatasi sikap dari pada bangsa Israel yaitu datang kepada Tuhan sambil berseru-seru. Bagaimana dengan kita, jika masalah hidup itu kita alami, apakah kita datang kepada Tuhan ataukah kita datang kepada hal-hal duniawi seperti; dukun, paranormal, ataupun datang kepada sahabat/teman kita sebelum kita datang kepada Tuhan
Saudara-saudara kita juga melihat ketika ia mengalami suatu masalah, Musa yang sebagai seorang pemimpin mengambil tindakan untuk datang kepada Tuhan dengan berseru-seru. Musa memiliki kerendahan hati. Seorang pemimpin harus memiliki sikap rendah hati untuk melayani Tuhan dan sesama. Setiap orang diberikan kekuasaan untuk memimpin oleh karena setiap orang memiliki jiwa kepemimpinan yang berasal dari Tuhan. Tuhan tahu setiap pergumulan dan penderitaan yang kita miliki dan yang kita alami, tetapi IA ingin kalau kita datang dan berseru-seru kepada-Nya, supaya kita menyadari dan mengakui akan eksistensi Allah (keberadaan Tuhan Allah dalam kehidupan kita), seorang pemimpin salah satunya adalah seorang hamba Tuhan yang terkadang lupa untuk datang kepada Tuhan, oleh karena mengandalkan kekuasaan dan kekuatan diri sendiri. Saudara-saudara jabatan apa pun yang kita miliki sekarang ini itu semua karena Tuhan, untuk itu jadilah pemimpin yang sejati yang selalu mengandalkan Tuhan dalam setiap pengalaman hidup yang dialami.
Tidak mengandalkan kekuatannya sediri. Menyadari bahwa dirinya tidak bisa berbuat apa-apa tanpa pertolongan dari Tuhan. Hal itu bisa terjadi jika Musa atau pemimpin memiliki hubungan yang akrab dengan Tuhan. Dimana seseorang itu memiliki sikap bergantung kepada Tuhan.
Tuhan hadir dalam setiap masalah dan Tuhan akan memberikan jalan keluar (ay. 25b).
וַיּוֹרֵהוּ (Hifil_Imperfek konsekutif 3 maskulin tunggal_3 maskulin tunggal pada sufik ( יָרָה ) dan Ia menunjukan)
Menyatakan suatu proses sebab-akibat, imperfek konsekutif dalam pengertian perfek (telah).
Adanya suatu keadaan yang bangsa Israel alami dan tindakan yang dilakukan sebelumnya oleh bangsa Israel, makanya Tuhan bertindak dengan memberikan jalan keluar, yaitu dengan cara menunjukan kepada Musa sepotong kayu, hal ini merupakan tindakan aktif Allah.
Allah tidak akan membiarkan bangsa Israel, hal ini menyatakan bahwa bukti dari pemeliharaan Tuhan kepada umatNya, begitupun dengan kita. Tuhan akan memberikan jalan keluar kepada umatNya, dan hal itu merupakan kehadiran Tuhan sendiri. Tuhan tidak tinggal diam, menjelaskan ketransendennan Tuhan, bahwa Tuhan adalah Tuhan yang Mahahadir, dalam ayat ini jelas akan pernyataan Tuhan dalam karyanya yang memberikan jalan keluar itu memberikan suatu jaminan akan penyertaan-Nya secara khusus pada bangsa Israel dengan menyatakan suatu mujizat Tuhan.
Tidak menutup kemungkinan bahwa penyertaan Tuhan dan kuasa mujizatnya dapat kita alami sebagai orang-orang yang percaya. Jalan keluar yang Tuhan berikan itu dapat kita rasakan dan alami apabila kita bergantung kepada Tuhan.
Setia dalam ketetapan Tuhan, maka Tuhan akan setia juga kepada janjiNya (ay. 26).
נִסָּהוּ (Piel_Perfek 3 maskulin tunggal_3 maskulin tunggal pada sufik (נָסָה) artinya, Ia membuktikan mereka, mencoba mereka)
Menyatakan suatu tindakan yang dilakukan dengan tegas atau secara berulang-ulang.
Tuhan dengan tegas mencoba atau ingin membuktikan kemampuan bangsa Israel. Apakah bangsa itu setia dan taat akan ketetapan-ketetapan dan perintah-perintah dari Tuhan yang telah diberikan kepada bangsa itu.
Bangsa Israel terkenal dengan sikap tegar tengkuknya bangsa itu. Sehingga Tuhan dengan tegas dan secara berulang-ulang mencoba bangsa Israel akan ketaatan dan kesetiaan bangsa itu selama dalam perjalanan menuju ke tanah perjanjian. Tindakan Tuhan yang mencoba bangsa itu terkait dengan janji Tuhan akan pemeliharaanNya.
Saudara-saudara yang terkasih, iman percaya kita yang membawa kepada ketaatan yang mendatangkan berkat bagi orang yang setia berharap dan mengandalkan Tuhan di dalam kehidupannya. Tuhan akan selalu menepati janji-janjiNya karena Tuhan yang kita punya adalah Tuhan yang setia, tetapi yang harus kita ingat adalah bahwa janji Tuhan selalu melibatkan daya dan usaha kita. Percaya maka kita akan mendapatkan jalan keluar dari setiap masalah hidup kita. Oleh karena itu, sikap taat dan setia kita merupakan wujud dari cara kita bergantung kepada Tuhan
Penutup Khotbah :
Saudara-saudara yang terkasih di dalam Tuhan, seorang wanita mengajak dua buah hatinya untuk membakar diri bersama-sama. Sang ibu selamat dari kobaran api. Tapi dua bocah lucu itu tak lagi dapat memamerkan senyum dan kelucuannya. Ketika ditanya apa alasan wanita itu nekat membakar diri, ia berkata jika suaminya tidak pernah lagi memberi nafkah. Ia merasa sendirian dalam menghadapi penderitaan yang ia alami. Ia sudah kehabisan akal bahkan tak percaya bahwa tangan Tuhan masih sanggup menolongnya. Ia bersungut-sungut dengan masalah hidup yang dialami, mulai dengan mempersalahkan lingkungan dan orang-orang sekitarnya, termasuk pula suaminya, sampai pada ia mempersalahkan Tuhan.
Saudara-saudara, kisah pilu dalam cerita tadi hanya satu dari ratusan bahkan ribuan kisah yang pada akhirnya hanya menuduh Tuhan tak lagi peduli atau mengasihi umatNya. Bersungut-sungut dan meragukan kuasa Tuhan, bahkan lupa akan janji Tuhan.
Dalam teks ini kita melihat dimana ketika menghadapi penderitaan,(masalah) bangsa Israel suka bersungut-sungut, dan pada akhirnya meragukan kuasa Tuhan. Saudara-saudara belajar dari pengalaman bangsa Israel, jelas bahwa Tuhan selalu mempedulikan umatNya, Dia tidak akan membiarkan umatNya menderita dalam keterpurukan. Allah tidak pernah meninggalkan kita sedikitpun bahkan Allah turut bekerja didepan kita. Tapi terkadang kita melenceng dari jalan Tuhan, kita seringkali mengecewakan dan menyakiti hati Tuhan oleh karena kita jatuh dalam pencobaan. Tetapi Tuhan yang kita punya adalah Tuhan yang setia. Disaat kita menjauh bahkan jatuh dari padaNya Tuhan selalu mencari kita dan mengangkat kita kembali.
Saudara-saudara yang terkasih, penderitaan, ujian, dan pencobaan pastilah kita semua mengalaminya. Terkadang kita merasa berjuang sendiri dalam kehidupan ini, sibuk terpuruk dalam penderitaan sampai pada melupakan Tuhan begitu pula dengan janjiNya. Mulai dengan bersungut-sungut dengan menyalahkan lingkungan yang berdampak akan menyalahkan Tuhan, bahkan meragukan kuasa Tuhan yang sanggup melakukan mujizatnya.
Dengan timbulnya perasaan serta tindakan itu di dalam diri kita, marilah mengoreksi hubungan kita dengan Tuhan, oleh karena itu marilah kita bersama-sama membangun hubungan yang akrab dengan Tuhan. Percayalah dan berseru-serulah kepada Tuhan. Karena kehadiran Tuhan dalam setiap peristiwa kehidupan kita itu selalu hadir dan ada bersama-sama dengan kita.
Memang kita lebih suka jika kita biasa melihat Tuhan secara kasat mata. Kita bisa menyentuhNya. Mengeluh kepadaNya. Memohon pertolonganNya dalam sekejap mata dan menyaksikan perbuatanNya didepan kita sehingga kita merasa bahwa Tuhan memang ada dan selalu bersama-sama kita. Tapi itu tidak mungkin sama sekali. Tuhan itu Mahahadir. Bila kita bisa menyentuhNya dihadapan kita, berarti IA tidak lagi Mahahadir. Jadi, meski kita tidak dapat menyentuhNya dengan ujung jari kita, toh kita dapat menyentuhNya dengan ujung hati kita, yaitu dengan berdoa dan percaya akan kuasa dan kasihNya yang tak terbatas. Yang adalah sikap bergantung kita kepada Tuhan.
Percayalah bahwa Tuhan tidak pernah tertidur, mataNya tak pernah berhenti mengawasi kita. HatiNya tak pernah beku melihat tetesan air mata. PerbuatanNya tak pernah kurang untuk mencukupi kebutuhan kita janganlah bersungut-sungut apalagi mencobai Tuhan dalam menghadapi realita penderitaan, pencobaan, ujian, dalam kehidupan ini, tetapi tetaplah percaya dan berserulah kepada Tuhan. Walaupun orang lain bahkan orang yang terdekat dengan kita meninggalkan kita, tetapi Tuhan tidak pernah meninggalkan kita sendirian. Karena Tuhan selalu ada dan menyertai kita. Apabila kita selalu mengandalkan Tuhan, bergantung kepadaNya, pasti kita akan diberikan kekuatan untuk menghadapi tantangan kehidupan ini. Tuhan itu ada dan selalu ada untuk kita semua. Kita akan menikmati janjiNya jika kita taat dan setia kepada Tuhan yang setia pula kepada ciptaanNya. Harapkanlah Tuhan bekerja, dengan cara-NYa.
Tuhan Yesus Memberkati. Amin…
Khotbah Tekstual :
Tema : Mengecap Kebaikan Tuhan
PENDAHULUAN
Saudara-saudara yang terkasih dalam Tuhan kita Yesus Kristus. Berbicara tentang kasih, kasih itu di mulai dari Allah sendiri. Kasih Allah yang terlebih dahulu kepada ciptaanNya. Kasih yang begitu besar kita dapat mengingatnya dalam rencana Allah, dimana Allah yang telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal Yesus Kristus Tuhan kita untuk menyelamatkan umat manusia dari dosa. Allah yang berinisiatif akan kasih itu. Sampai pada pernyataan bahwa kasih itu adalah Allah. Hal tersebut merupakan bukti akan kebaikan Allah kepada kita yang adalah ciptaannya. Karena kebaikan Allah saudara-saudara dan saya dapat menikmati anugerah keselamatan dari Allah. Oleh karena itu kita sebagai orang percaya apalagi hamba-hamba Tuhan, seharusnya kita memiliki sikap untuk meresponi akan karya Allah itu dengan mengucap syukur dan menghargai karya Allah untuk menjadi anak-anak yang berkenan di hadapan Allah, dimana Allah menginginkan kita untuk hidup kudus. Oleh karena itu marilah kita belajar bersama-sama akan kebenaran Firman Tuhan dari Surat I Petrus 2:1-3.
Surat ini merupakan yang pertama dari dua surat Perjanjian Baru yang ditulis oleh rasul Petrus (I Pet 1:1; II Pet 1:1). Petrus mengalamatkan surat ini kepada “orang-orang pendatang yang tersebar” di seluruh propinsi Asia kecil kekaisaran romawi (I Pet 1:1). Beberapa di antara mereka ini mungkin adalah orang bertobat yang menanggapi khotbahnya pada hari Pentakosta dan telah kembali ke kota masing-masing dengan Iman yang baru (band. Kis 2:9-11). Orang percaya ini disebut “pendatang dan perantau” (I pet 2:1) untuk mengingatkan mereka bahwa perziarah mereka sebagai orang Kristen adalah di dalam dunia yang membenci yesus Kristus dan mereka dapat mengalami penganiayaan darinya.
Petrus menulis dari roma pada tahun 60-63 M, pasti sebelum pertumpahan darah yang mengerikan oleh Nero dimulai tahun 64. Tujuan penulisan Petrus menulis surat pengharapan yang penuh dengan sukacita ini untuk memberikan kepada orang percaya pandangan yang Ilahi dan abadi bagi kehidupan di bumi dan untuk memberikan bimbingan praktis kepada mereka yang mulai mengalami penderitaan yang berat sebagai orang Kristen di dalam masyarakat kafir. Petrus khawatir kalau-kalau orang percaya membangkitkan ketidaksenangan pemerintah dan menasihatkan mereka untuk mengikuti teladan Yesus dalam menderita dengan tidak bersalah, benar, dan luhur.
ISI KHOTBAH
Saudara-saudara yang terkasih.
Ay 1: “Karena itu buanglah segala kejahatan, segala tipu muslihat dan segala macam kemunafikan, kedengkian dan fitnah”.
1) Setelah mengatakan bahwa kita dilahirkan kembali oleh Firman Tuhan (1:23-25), sekarang Petrus melanjutkan dengan mengatakan bahwa kita harus hidup sesuai dengan kelahiran baru tersebut, yaitu dengan membuang dosa-dosa dari kehidupan kita.
Orang yang sudah lahir baru, dan bahkan sudah mengalami pengudusan, tetap mempunyai banyak dosa, dan ia harus berjuang terus menerus untuk membuang dosa-dosa itu.
Catatan: kata ‘buanglah’ merupakan kata yang biasanya digunakan untuk penanggalan pakaian.
Ay 1 ini memberikan beberapa dosa sebagai contoh, yaitu kejahatan, tipu muslihat, kemunafikan, kedengkian dan fitnah.
Mengapa dosa-dosa ini yang dijadikan sebagai contoh? Ada macam-macam pandangan tentang hal ini:
a) Ada yang mengatakan bahwa dosa-dosa ini diberikan sebagai contoh karena dosa-dosa ini adalah dosa-dosa yang biasanya dilakukan oleh orang dewasa, tidak oleh anak kecil. Tetapi bagaimana dengan kedengkian / iri hati? Bukankah anak kecil juga condong pada dosa ini?
b) Clarke mengatakan (hal 850) bahwa dosa-dosa ini merupakan dosa-dosa yang banyak terdapat dalam kalangan Yahudi. Tetapi dalam gereja tidak boleh ada dosa-dosa seperti itu.
c) Ada juga yang mengatakan bahwa dosa-dosa di sini merupakan dosa-dosa yang paling merusak persekutuan kristen / kasih persaudaraan (Barclay, hal 190). Poole setuju dengan penafsiran terakhir ini dan ia menambahkan bahwa dalam pasal 1 sudah dibicarakan tentang kelahiran baru (ay 23) dan juga tentang kasih persaudaraan (ay 22).
3) Sekarang mari kita membahas kelima dosa yang digunakan sebagai contoh:
‘Kejahatan’ - segala macam kejahatan, keinginan menyakiti orang lain. Kejahatan adalah suatu tindakan yang dapat menghancurkan persekutuan yang ada. Yang dimaksud dengan kejahatan dalam teks yang kita baca, antara lain:
a) ‘Tipu muslihat’ - tipu daya, dusta.
b) ‘Kemunafikan’ - kepura-puraan, sandiwara, mengumpak / menjilat, persahabatan / kasih yang palsu, dan sebagainya.
William Barclay mengatakan (hal 190) bahwa kata HUPOKRITES yang diterjemahkan ‘hypocrite’ (= orang munafik) ini mempunyai sejarah yang aneh. Ini merupakan kata benda dari kata kerja HUPOKRINESTHAI, yang berarti ‘to answer’ (= menjawab). Jadi arti HUPOKRITES mula-mula adalah ‘seorang penjawab’. Lalu artinya berubah menjadi ‘seorang aktor’ yaitu orang yang ambil bagian dalam tanya jawab di atas panggung. Akhirnya kata itu mempunyai arti ‘seorang munafik’, yaitu seseorang yang selalu bersandiwara dan menyembunyikan motivasi aslinya.
Sandiwara ini bisa juga terjadi pada saat seorang kristen KTP bersandiwara seakan-akan ia adalah orang kristen. Ada penafsir yang menyebutkan Ananias dan Safira sebagai contoh orang yang bersandiwara / munafik.
‘Kedengkian’.
Kata Yunani yang dipakai sama dengan dalam Mat 28:18 - “Ia memang mengetahui, bahwa mereka telah menyerahkan Yesus karena dengki”.
Kedengkian/iri hati mewujudkan diri dalam ketidaksenangan melihat orang lain diberkati. Dalam 1Kor 13:4 dikatakan bahwa ‘kasih itu ... tidak cemburu (iri hati)’. Jadi jelas bahwa iri hati merupakan sesuatu yang bertentangan dengan kasih. Kalau ada kasih, kita tidak akan iri hati, dan sebaliknya kalau ada iri hati maka di sana tidak ada kasih!
Dalam gereja, seharusnya sikap yang benar adalah seperti yang dikatakan Paulus dalam 1Kor 12:26, yaitu kalau seorang menderita, maka semua ikut menderita, tetapi kalau seorang dihormati / diberkati, semua bersukacita (bukannya iri hati / tidak senang!).
Paulus menggambarkan orang kristen sebagai anggota-anggota tubuh Kristus. Sekarang bayangkan, kalau mulut saudara menerima makanan, mungkinkah anggota tubuh yang lain, seperti tangan dan kaki, lalu menjadi iri hati / tidak senang? Ini betul-betul sesuatu yang tidak masuk akal, bukan? Tetapi anehnya, hal seperti itu sering terjadi dalam gereja! Orang kristen sering iri hati melihat saudara seimannya mendapat rumah baru, mobil, pekerjaan yang tinggi gajinya, pacar yang cantik, dan sebagainya.
Apabila salah satu saudara diantara kita yang berhasil dan mendapatkan prestasi yang terbaik. Pelayanannya sukses. Apakah kita turut senang ataukah kita memiliki rasa iri hati (tidak senang kalau orang lain bahagia/berhasil lebih dari kita)?
Bahwa iri hati adalah sesuatu yang tidak bisa diremehkan / dibiarkan, terlihat dari pembunuhan yang dilakukan oleh Kain terhadap Habel, yang asal mulanya adalah iri hati
Renungkan: kalau seluruh dunia tak bisa menampung 2 orang dimana yang seorang iri hati kepada yang lain, bisakah 1 gereja menampung 50 atau 100 orang dimana satu sama lain saling iri hati?
Karena itu, kalau saudara sering iri hati, bertobatlah! Mintalah Tuhan mengampuni dosa itu dan bahkan menyucikan diri saudara dari dosa itu.
e) ‘Fitnah’ - berbicara buruk tentang orang lain, khususnya di belakang mereka.
KJV: ‘evil speakings’ (= pembicaraan buruk)
Barclay: Ini berarti ‘pembicaraan buruk’; ini hampir selalu merupakan buah dari iri hati dalam hati; dan ini biasanya terjadi pada waktu korbannya tidak ada di sana untuk membela dirinya sendiri. Hanya sedikit hal-hal yang begitu menarik seperti mendengar dan mengulang gossip yang pedas. ‘Gossip yang merendahkan’ diakui oleh setiap orang sebagai sesuatu yang salah tetapi pada saat yang sama dinikmati oleh hampir setiap orang; padahal tidak ada yang lebih menghasilkan sakit hati dan tidak ada yang lebih menghancurkan kasih persaudaraan dan kesatuan Kristen) - hal 190-191.
4) Dosa mempunyai bermacam-macam perwujudan, dan kita tidak boleh merasa puas kalau sudah membuang satu perwujudan. Kita harus berjuang untuk membuang semuanya.
Ay 1: “Karena itu buanglah segala kejahatan, segala tipu muslihat dan segala macam kemunafikan, kedengkian dan fitnah”.
Ada 3 x kata ‘segala’ tetapi kata ‘segala’ yang ketiga salah penempatannya. Sebetulnya kata ‘segala’ itu ada di depan kata-kata ‘kejahatan’, ‘tipu muslihat’, dan ‘fitnah’. Sedangkan 2 kata yang lain, yaitu ‘kemunafikan’ dan ‘kedengkian’ tidak didahului oleh kata ‘segala’ tetapi untuk kedua kata itu digunakan kata bentuk jamak.
Ini semua menunjukkan bahwa suatu dosa mempunyai bermacam-macam perwujudan. Jangan puas dengan membuang salah satu perwujudan; saudara harus membuang semua perwujudan dari dosa.
Misalnya:
a) Ketamakan bisa mempunyai perwujudan sebagai berikut:: kikir,berusaha mati-matian untuk mencari uang., menghalalkan segala cara dalam mendapatkan uang, menindas pegawai dalam persoalan upah mereka., tidak memberikan persembahan kepada Tuhan, baik persembahan persepuluhan maupun persembahan biasa, tidak membayar hutang.
b) Kurangnya penguasaan diri bisa mempunyai perwujudan dalam hal: sex., makan, marah., kedisiplinan dalam bekerja / belajar, tidur, nonton TV.
Ay 2: “Dan jadilah sama seperti bayi yang baru lahir, yang selalu ingin akan air susu yang murni dan yang rohani, supaya olehnya kamu bertumbuh dan beroleh keselamatan”.
1) ‘Membuang dosa’ berhubungan erat dengan ‘belajar Firman Tuhan’.
Kalau ay 1 di atas berbicara tentang pembuangan dosa, maka ay 2nya berbicara tentang kerinduan terhadap Firman Tuhan. Kedua hal ini berhubungan sangat erat. Orang yang tidak membuang dosa akan kehilangan kerinduannya terhadap Firman Tuhan, sedangkan orang yang tidak mencari Firman Tuhan tidak akan bisa membuang dosa.
Calvin membandingkan ay 1-2 ini dengan 1Kor 14:20 - “Saudara-saudara, janganlah sama seperti anak-anak dalam pemikiranmu. Jadilah anak-anak dalam kejahatan, tetapi orang dewasa dalam pemikiranmu!”.
Memang ada kemiripan, karena ‘menjadi anak-anak dalam kejahatan’ berarti harus membuang dosa, sedangkan ‘menjadi orang dewasa dalam pemikiran’ berarti harus belajar Firman Tuhan.
2) ‘Air susu yang murni dan yang rohani’.
a) ‘yang rohani’. Ini diterjemahkan macam-macam. RSV: ‘the pure spiritual milk’ (= susu rohani yang murni). NIV: ‘pure spiritual milk’ (= susu rohani yang murni). KJV: ‘the sincere milk of the word’ (= susu firman yang murni). NASB: ‘the pure milk of the word’ (= susu firman yang murni). Bahkan ada yang menterjemahkan ‘rational’ (= rasionil / berkenaan dengan akal).
Barclay mengatakan bahwa kata LOGIKOS (atau LOGIKON) merupakan kata sifat dari kata LOGOS, dan yang menyebabkan terjadinya problem adalah bahwa kata LOGOS bisa diartikan ‘akal’ / ‘pikiran’ dan bisa juga diartikan sebagai ‘kata’ / ‘firman’.
Saya lebih memilih terjemahan ‘firman’, seperti terjemahan KJV dan NASB. Jadi ‘susu’ itu menunjuk pada ‘firman’.
b) ‘Murni’. . Kata ‘murni’ ini menunjukkan bahwa Firman Tuhan tidak bercampur dengan kesalahan. Ini menunjukkan bahwa Kitab Suci itu (autographnya) infallible dan inerrant (= tidak ada salahnya). Pengkhotbah tidak boleh mencampuri Firman Tuhan dengan hal-hal lain.
Firman Allahnya murni, tetapi kalau pengkhotbahnya tidak, sama saja. Karena itu, pengkhotbah harus hati-hati dalam menangani Firman Tuhan, supaya mereka tidak mencampurnya dengan penemuan mereka sendiri, filsafat dan sebagainya. Juga pengkhotbah bisa mengubah / mencampur Firman Tuhan, pada waktu keuntungan diri sendiri / gereja yang dipentingkan. Misalnya melarang jemaatnya berbakti / melayani / memberi persembahan di gereja lain.
3) Istilah ‘bayi’ dan ‘susu’ di sini berbeda artinya dengan 1Kor 3:1-3 dan Ibr 5:11-14.
1Kor 3:1-3 - “(1) Dan aku, saudara-saudara, pada waktu itu tidak dapat berbicara dengan kamu seperti dengan manusia rohani, tetapi hanya dengan manusia duniawi, yang belum dewasa dalam Kristus. (2) Susulah yang kuberikan kepadamu, bukanlah makanan keras, sebab kamu belum dapat menerimanya. Dan sekarangpun kamu belum dapat menerimanya. (3) Karena kamu masih manusia duniawi. Sebab, jika di antara kamu ada iri hati dan perselisihan bukankah hal itu menunjukkan, bahwa kamu manusia duniawi dan bahwa kamu hidup secara manusiawi?”.
Ibr 5:11-14 - “(11) Tentang hal itu banyak yang harus kami katakan, tetapi yang sukar untuk dijelaskan, karena kamu telah lamban dalam hal mendengarkan. (12) Sebab sekalipun kamu, ditinjau dari sudut waktu, sudah seharusnya menjadi pengajar, kamu masih perlu lagi diajarkan asas-asas pokok dari penyataan Allah, dan kamu masih memerlukan susu, bukan makanan keras. (13) Sebab barangsiapa masih memerlukan susu ia tidak memahami ajaran tentang kebenaran, sebab ia adalah anak kecil. (14) Tetapi makanan keras adalah untuk orang-orang dewasa, yang karena mempunyai pancaindera yang terlatih untuk membedakan yang baik dari pada yang jahat”.
Dalam 1Kor 3:1-3 Paulus memarahi orang Korintus karena mereka seperti bayi, dan belum bisa menerima makanan keras, dan hanya bisa menerima susu. Hal yang sama terjadi dalam Ibr 5:11-14. Jadi, dalam kedua text itu ‘bayi’ merupakan simbol dari orang kristen yang masih baru, yang hanya bisa menerima ‘susu’, yang merupakan simbol dari ajaran dasar dan ajaran yang mudah.
Tetapi dalam 1Pet 2:2 ini penggambarannya berbeda. ‘Susu’ di sini harus diartikan sebagai ‘Firman Tuhan’, bukan ‘Firman Tuhan yang mudah’. Juga ‘bayi’ di sini tidak dikontraskan dengan orang yang dewasa secara rohani, tetapi dikontraskan dengan manusia dan kehidupan lama.
4) ‘Dan jadilah sama seperti bayi yang baru lahir, yang selalu ingin ...’.
Sebetulnya yang merupakan kata perintah adalah kata ‘ingin’, bukan kata ‘jadi’; sedangkan kata ‘jadilah’ seharusnya dibuang.
KJV: ‘As newborn babes, desire ...’ (= Seperti bayi yang baru lahir, inginkanlah ....). Kata dasar dari kata ‘ingin’ ini juga digunakan dalam Fil 2:26 dimana kata itu diterjemahkan ‘sangat rindu’ dalam Kitab Suci Indonesia.
Orang kristen harus merindukan Firman Tuhan sama seperti bayi ingin minum susu. Tetapi berbeda dengan bayi yang tidak perlu disuruh untuk menginginkan susu, maka banyak orang kristen mempunyai sikap acuh tak acuh atau bahkan tidak senang terhadap Firman Tuhan. Jadi kerinduan ini harus ditumbuhkan. Dan supaya kerinduan ini bisa ditumbuhkan, maka ada keinginan-keinginan lain yang harus dikekang dan dimatikan. Kita seperti anak-anak yang ingin permen dan kalau dituruti, lalu tidak ingin makan. Jika kita mengenyangkan diri kita dengan hal-hal duniawi dan dosa, maka kita tidak akan menginginkan Firman Tuhan. Karena itu, penyangkalan diri terhadap hal-hal ini harus dilakukan, supaya kita mempunyai rasa lapar yang sehat terhadap Firman Tuhan!
Kalau kerinduan terhadap Firman Tuhan ini ada, maka itu pasti akan dipuaskan. Semua rasa lapar dan kerinduan yang lain bisa tidak dipuaskan, tetapi kerinduan dan rasa lapar terhadap Firman Tuhan, kalau itu ada, pasti akan mendapatkan pemuasan. Bandingkan dengan Mat 5:6 - “Berbahagialah orang yang lapar dan haus akan kebenaran, karena mereka akan dipuaskan”
5) ‘supaya olehnya kamu bertumbuh’.
a) Kerinduan terhadap Firman Tuhan ini yang menyebabkan pertumbuhan.
Tetapi tidak boleh dilupakan bahwa ay 1 berbicara tentang pembuangan dosa. Jadi, sekedar ada kerinduan terhadap Firman Tuhan, tidak menjamin adanya pertumbuhan, kalau tidak ada ketaatan / pembuangan dosa.
b) Pertumbuhan harus merupakan tujuan orang belajar Firman Tuhan.
Jadi, pada waktu kita belajar Firman Tuhan, kita tidak boleh melakukannya sekedar karena kita senang belajar, atau sekedar demi mendapatkan pengetahuan, atau sekedar untuk mendapatkan bahan mengajar / berkhotbah, atau supaya bisa menang dalam berdebat, tetapi harus dengan tujuan supaya kita bertumbuh.
c) Semua orang Kristen harus berusaha untuk bertumbuh.
Dari 1:22-23 terlihat bahwa penerima surat ini adalah orang-orang Kristen yang sudah bagus kerohaniannya. Tetapi mereka tetap disuruh belajar Firman Tuhan supaya bertumbuh. Jadi, tidak ada tingkat kerohanian yang bagaimanapun tingginya, yang membebaskan kita dari tanggung jawab untuk bertumbuh.
Renungkan: apakah saudara ingin bertumbuh dalam kerohanian?
6) ‘dan beroleh keselamatan’. KJV tidak mempunyai bagian ini. NIV: ‘in your salvation’ (= dalam keselamatanmu). NASB: ‘in respect to salvation’ (= berkenaan dengan keselamatan). RSV/Lit: ‘to salvation’ (= pada keselamatan).
Keselamatan di sini menunjuk pada ‘masuk surga’. Jadi, ini menunjukkan bahwa kita harus terus bertumbuh sampai kita masuk surga.
Ay 3: “jika kamu benar-benar telah mengecap kebaikan Tuhan”.
1) ‘Jika kamu benar-benar’. Ini menunjukkan bahwa pembuangan dosa dan kerinduan terhadap Firman Tuhan dalam ay 1-2 merupakan bukti bahwa kita telah mengecap kebaikan Tuhan. Sekalipun orang non kristenpun juga mendapatkan kebaikan Tuhan (Mat 5:45), tetapi yang dimaksudkan di sini adalah kebaikan yang hanya dinikmati oleh orang yang percaya, seperti penebusan, pengampunan dosa, perdamaian dengan Allah, dan sebagainya. Yakinkah saudara bahwa dosa-dosa saudara sudah ditebus / diampuni, dan bahwa saudara sudah didamaikan dengan Allah?
2) ‘Mengecap’. Kata ‘mengecap’ (= mencicipi) ini menunjukkan bahwa kebaikan yang kita rasakan itu hanyalah sebagian kecil saja, sedangkan sisanya atau keseluruhannya akan kita rasakan di dunia / kehidupan yang akan datang.
3) ‘Kebaikan Tuhan’. Kata ‘kebaikan’ seharusnya merupakan kata sifat. Jadi seharusnya ‘Tuhan itu baik’. Dan kata Yunaninya (CHRESTOS). Ada yang menganggap ini sebagai permainan kata karena kemiripan kata ini dengan [CHRISTOS (= Kristus)]. Dan Tertulian mengatakan bahwa CHRISTOS itu CHRESTOS (= Kristus itu baik).
4) Kebaikan Allah bukanlah alasan untuk menjadi malas dan hidup semau gue, tetapi seharusnya menjadi pendorong supaya kita berusaha makin keras.
Apa yang kita miliki saat ini, yang kita nikmati dan kita telah lalui, itu bukan karena kita semata-mata, tapi itu semua karena kebaikan Tuhan kepada kita masing-masing pribadi.
Kebaikan Allah bukanlah suatu alasan untuk malas dalam kehidupan Kristen; itu merupakan pendorong yang terbesar untuk berusaha.
KESIMPULAN
Jadi, saudara-saudara sebagai orang Kristen seharusnya kita bertumbuh di dalam Tuhan. Ketika di dalam pelayanan, kita menginginkan jemaat yang kita layani itu dapat bertumbuh, entah itu melalui khotbah kita atau yang lainnya. Tetapi bagaimana dengan kita, apakah kita sudah bertumbuh? Marilah bersama-sama kita mengoreksi pribadi kita masing-masing.
Dan apabila kita menginginkan persekutuan kita juga bertumbuh, marilah kita membuang segala kejahatan yang telah saya jelaskan di atas, dimana tindakan kejahatan itu dapat merusak persekutuan kita.
Saya dan saudara sekalian telah mengecap atau merasakan kebaikan Tuhan, untuk itu marilah kita membuang segala kejahatan yang menghambat pertumbuhan kita di dalam Tuhan.
Tuhan Yesus memberkati.
Amin.
From that time Jesus began to preach and to say: "REPENT, FOR THE KINGDOM OF HEAVEN IS AT HAND." (Matthew 4:17)
Tuesday, February 21, 2012
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
-
Nama : Frendy Latupeirissa Tkt/Smt : II/3 Tugas : Homiletika I Dosen : Juliman Harefa, M.Th Khotbah Ekspositoris “Hidup Bersama Den...
-
Nama : Mareks Joseph Tkt/Smt : II/3 Tugas : Homiletika I Dosen : Juliman Harefa, M.Th KHOTBAH TOPIKAL Harga Penyerahan Diri Lukas ...
-
Oleh: Julandri Simanjuntak KHOTBAH EKSPOSITORI “KOMITMEN UNTUK MENJADI BERKAT” 2 Raja-Raja 5:1-5 PENDAHULUAN Dalam sebuah kesempatan ...
penggaliannya mantap untuk mendapatkan makna yang sesungguhnya dari teks tersebut dan penyampaian sangat baik dan sistematis.
ReplyDeleteGBU