Tuesday, February 21, 2012

KUALITAS IMANKU, Nats : Matius 14:25-33

Nama : Henry. Aponno
Nim : 100276
Khotbah Ekspositori

KUALITAS IMANKU
Nats : Matius 14:25-33
Tujuan :
1. Remaja mengerti kualitas iman yang benar
2. Remaja mempraktekkan iman kepada Tuhan dengan sungguh-sungguh percaya kepada-Nya
Pembukaan
Ilustrasi : Permainan menjatuhkan diri kepada teman. Inilah permainan yang menguji kepercayaan kita kepada teman-teman kita yang sudah siap menopang badan kita.
Peralihan : Kualitas iman adalah seberapa besar kepercayaan kita kepada Tuhan. Bagaimana kualitas iman kita dihadapan Tuhan pada saat ini?
Isi
Apa yang dimaksud dengan kualitas iman? Iman bukan sekedar kesetiaan dan ketaatan kepada firman Tuhan. Iman bukan sekedar bertobat kepada Tuhan. Namun iman adalah kepercayaan kita kepada Tuhan. Percaya yang bagaimana? Tentunya diawali dengan percaya Yesus sebagai Juruselamat pribadi. Namun, bukan hanya itu saja. Saat kita sudah mengaku percaya kepada Yesus sebagai juruselamat pribadi, maka perlu dibuktikan dengan adanya kualitas iman kepada Tuhan. Seperti apakah kualitas iman itu?
1. Pengenalan kita kepada Tuhan (ay. 26-27)
Dalam firman Tuhan ini, kita dapat melhat bagaimana pengenalan para murid kepada Yesus. Saat Yesus berjalan di atas air, mereka segera ketakutan dan berteriak serta menganggap bahwa itu adalah hantu. Mereka tidak menyadari bahwa yang berjalan di atas air adalah Yesus sendiri. Konsep pikir lama mereka masih saja tertanam di dalam hidup mereka, sehingga jika ada sesuatu yang janggal dan menakutkan, maka mereka langsung saja berfikir negatif. mereka tidak menyadari bahwa Tuhan yang mereka sembah lebih besar kuasanya daripada hantu.
Pada saat itu memang terjadi pada malam hari, dimana gelap gulita mengelilingi lautan. Sebelum kedatangan Yesus, mereka sempat mengalami perahu diombang-ambingkan oleh angin sakal (ay.24). Angin ini adalah angin yang datang secara tiba-tiba dan bisa menjadi bencana bagi orang yang mengalaminya, sebab jika tidak kuat, maka perahu mereka bisa saja terbalik. Awalnya mereka sudah ketakutan, pikiran negatif muncul di dalam diri mereka, sehingga mereka sendiri tidak lagi berpikir bahwa yang datang mengahampiri mereka dengan berjalan di atas air, adalah Yesus yaitu Guru mereka sendiri.
Disini jelas terlihat bahwa situasi sudah mempengaruhi pola pikir mereka dan mereka tidak mengenal Yesus dengan baik. Sehingga mereka ketakutan saat melihat seseorang berjalan di atas air. Jika mereka mengenal Yesus, maka mereka akan tidak akan takut saat melihat Yesus berjalan di atas air, sebab mereka menyadari tidak ada kuasa yang lebih besar dapat mengganggu hidup mereka termasuk hantu itu tidak ada di dalam pikiran mereka. Jika mereka mengenal Yesus dengan baik, maka mereka akan menyadari bahwa yang datang kepada mereka adalah Yesus sendiri.
Contoh :Seberapa besar kita mengenal Allah yang kita sembah?Serinkali kita juga mengalami ketakutan yang tidak beralasan seerti ini. Kita bisa saja merasa takut akan gelap sebab rasanya di dalam gelap, kita akan menemukan hal-hal yang gaib atau hantu. Buktinya ada di dalam acara-acara televisi. Ini adalah konsep lama yang salah dan harus kita buang. Sadarlah bahwa Allah kita adalah Allah yang besar kuasa-Nya, maka jika kita takut, kita dapat berdoa kepada Tuhan mohon kekuatan dari Tuhan menyertai hidup kita dan hati kita. Jika kita mengenal Tuhan, maka konsep tentang hantu kita buang jauh-jauh di dalam diri kita dan situasi tidak dapat mempengaruhi hidup kita.
2. Keyakinan kita kepada Tuhan (ayt. 28-29)
Seorang murid Yesus yang cukup ekspresif menantang Yesus untuk menunjukkan siapa diri Yesus sesungguhnya. Ini bukti keraguan yang cukup fatal bagi diri Petrus. Petrus masih meragukan bahwa yang dapat berjalan di atas air tersebut adalah Yesus. Maka Petrus memberanikan diri untuk berjalan di atas air menemui Yesus sendiri. Satu sisi ia menantang apakah Yesus dapat membimbing dia untuk berjalan di atas air sama seperti yang Yesus lakukan, namun disatu sisi ia juga merasa penasaran apakah benar yang mengaku Yesus itu adalah memang Yesus guru mereka.
Namun, dalam kejadian ini, Yesus menerima tantangan dari Petrus dan mengijinkan Petrus berjalan di atas air dengan bimbingan dari Yesus. Ini menyatakan bahwa kualitas iman Petrus belum terbentuk dengan baik. Jika iman Petrus sungguh terbentuk dengan baik, maka ia tidak akan lagi menantang Yesus dan ia percaya sepenuhnya bahwa memang itulah Yesus.
Contoh : Suatu kali jika kita dihadapkan dengan masalah pergaulan misalnya. Kita diajak teman untuk melakukan hal yang jahat di mata Tuhan dan itu membuat kita bimbang untuk mau mengikuti apa yang teman kita ini inginkan. Misalkan saja kita diajak untuk menonton film dewasa yang tidak layak untuk ditonton atau diajak merokok. Bagaimana sikap kita? Ini adalah masalah bagi hidup kita yang membuat hidup kita down. Satu sisi kita ingin terlihat keren di depan teman kita dan kita tidak mau kehilangan mereka, namun disatu sisi lainnya kita seorang yang percaya kepada Kristus, maka tidak boleh melakukan dosa. Mana yang akan engkau pilih? Seberapa baiknya kualitas imanmu saat menghadapi masalah ini?
Seharusnya sebagai anak Tuhan, kita memohon kekuatan dari Tuhan, sebab kita percaya sepenuhnya bahwa Tuhan akan menguatkan iman kita, sehingga kita tidak salah memilih mana yang akan kita pilih. Pilihan kita menentukan langkah hidup kita kedepannya, maka belajarlah percayakan hidupmu kepada Tuhan sepenuhnya. Jika kita harus kehilangan teman kita dan dianggap sebagai seorang yang bodoh sebab kita memilih untuk tidak mengikuti ajakan mereka yang salah, maka janganlah takut. Mengapa demikian? Bukankah mencari teman itu sulit? Nah, kita perlu memilih dan memilah mana teman yang benar dan yang tidak. Dengan memohon bimbingan Yesus untuk menyertai hidup kita, maka janganlah takut, sebab Tuhan akan memberikan kita dan mengarahkan kita untuk menemukan teman yang benar hidup dan kerohaniannya.
3. Penyerahan kita kepada Tuhan (ayt. 30-31)
Saat Petrus berjalan di atas air, maka ada angin yang berhembus membuat petrus takut dan gentar kembali. Ia rasanya baru menyadari bahwa yang ia lakukan bukanlah hal yang wajar. Maka ia akhirnya bimbang dan gelisah. Ia mengalami goncangan iman dengan berpikir bahwa dia akan tenggelam jika terus berjalan di atas air dan merasa tidak ada orang yang sanggup menolongnya. Pada saat angin berhembus, maka Petrus jatuh dan air membasahi tubuhnya. Petrus tidak menyerahkan perjalanannya untuk menemui Yesus kepada Yesus. Ia masih berpikir dengan kekuatan sendiri saja untuk memastikan itu adalah Yesus.
Pada saat itu, ia mohon pertolongan kepada Yesus, namun kejatuhan inilah yang membuat Yesus melihat bahwa hati Petrus begitu bimbang akan Yesus dan tidak sepenuhnya yakin bahwa Yesus adalah Allah yang berkuasa atas dunia ini. Pada saat inilah Yesus benar-benar merasa marah dan kecewa akan sikap murid-murid-Nya, sebab para murid tidak begitu mengenal dan tidak sepenuhnya percaya kepada Yesus sebagai Allah. Namun Yesus yang penuh dengan kasih, Ia mengingatkan para murid untuk kembali melihat dengan seksama siapa diri Yesus, sehingga pada akhirnya para murid menyadari kesalahan mereka dan memuliakan Yesus serta percaya bahwa Yesuslah Allah mereka.
Ilustrasi : Seperti bangsa Israel yang memiliki iman tegar tengkuk. Saat susah, mereka bersungut-sungut kepada Tuhan sebab mereka merasa Tuhan mengabaikan mereka dan merasa Tuhan tidak dapat membantu mereka untuk menghadapi dan menyelesaikan masalah hidup yang dialami bangsa Israel dalam PL. Mereka tidak menyerahkan kekuatiran mereka kepada Tuhan. Kualitas iman yang dangkal inilah yang dibenci Tuhan. Maka dibeberapa kejadian, Tuhan menghukum bangsa Israel agar menyadari siapa Tuhan yang mereka sembah sebenarnya.
Biarlah pada hari ini kita juga menyadari bahwa kualitas iman yang Tuhan inginkan adalah menyerahkan seluruh hidup dan hati kita kepada Tuhan. Jangan kuatir ataupun gentar di dalam mengalami masalah dan pergumulan hidup. Ingatlah untuk menyerahkan segala kuatirmu kepada Tuhan, sebab Dia sanggup membantumu lepas dari masalah dan kekuatiran yang ada. (Mazmur55:23 Serahkanlah kuatirmu kepada TUHAN, maka Ia akan memelihara engkau! Tidak untuk selama-lamanya dibiarkan-Nya orang benar itu goyah). Jika engkau masih menggunakan kekuatanmu saja untuk menyelesaikan masalah yang ada, maka imanmu akan goyah, sebab engkau tidak mampu menyelesaikan masalah tersebut.Jangan menggunakan kemampuanmu sendiri, namun carilah Tuhan sebagai penopang hidupmu, sehingga engkau memiliki iman yang berkualitas.
Penutup
Aplikasi : Milikilah iman yang berkualitas dengan percaya kepada-Nya sepenuh hatimu dan praktekkanlah kepercayaanmu kepada-Nya di dalam kehidupan sehari-hari.


Khotbah Topikal
KETAKUTAN
2 TIMOTIUS 1 : 7

“Sebab Allah memberikan kepada kita bukan roh ketakutan, melainkan roh yang membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban”
Setiap manusia pasti pernah mengalami ketakutan dalam hidupnya. Tetapi Tuhan Yesus memerintahkan kita melalui Firmannya, supaya kita JANGAN TAKUT. Karena, ketakutan menunjukkan ketidakpercayaan kita kepada Tuhan, dan ketidakpercayaan ini merupakan dosa di mata Tuhan.
Saudara, Tuhan kita adalah Allah yang selalu konsekuen. Jika Dia memerintahkan kita untuk TIDAK TAKUT, Dia pasti akan memberikan kesanggupan kepada kita untuk melakukannya. Dia sudah memberikan fasilitasnya bagi kita, yaitu seperti tertulis dalam 2 Timotius 1 : 7 diatas, Dia memberikan bagi kita Roh yang membangkitkan :
1. KEKUATAN / KUASA ( Kisah Para Rasul 1 : 8)
Setiap kita anak-anak Tuhan sudah diberikan kuasa oleh Tuhan. Tetapi yang seringkali jadi penyebab kita kehilangan kuasa atau menjadi penghalang sehingga kuasa tersebut tidak mengalir dalam hidup kita adalah jika kita masih menyimpan dosa, serta sikap kita yang hanya berfokus pada diri sendiri (= tidak mengasihi Tuhan). Kadangkala memang Tuhan ijinkan permasalahan datang dalam kehidupan kita, justru dengan tujuan supaya kita dapat mengalami kuasa (mujizat) Allah itu mengalir dalam kehidupan ktia.
2. KASIH (1 Yohanes 4 : 18)
Jika kita memiliki dan mengasihi Tuhan yang adalah sumber dari segala sumber kasih, harusnya tidak ada lagi ketakutan / kekuatiran dalam hidup kita, karena kasih itu selalu didasari oleh kepercayaan. Dia akan menyediakan segala yang terbaik bagi mereka yang mengasihi Dia (Matius 6 : 32-33; Roma 8 : 28). Dan tandanya bahwa kita mengasihi Tuhan adalah dengan mengasihi sesama. (1 Yoh 4 : 19-21)
3. KETERTIBAN dalam pikiran (Roma 12 : 2; Filipi 4 : 8)
Janganlah kita menjadi serupa (=setuju) dengan dunia ini. Milikilah pikiran yang senantiasa diberbarui oleh Roh Tuhan, yaitu dengan cara selalu diisi dengan Firman-Nya.

AMIN.


Khotbah Tekstual
Ananias Dan Safira
Baca Kisah Rasul 5:1- 11 !

Pendahuluan.
Kita sering melihat Tuhan hanya dari sisi kasih dan penuh pengampunan. Tetapi yang dialami oleh Ananias dan Safira ialah kasih Tuhan yang mendisiplin. Pada fasal yang sama, diayat 11 mengatakan, “maka ketakutanlah seluruh jemaat dan semua orang yang mendengarkannya.” Pada jaman Perjanjian Lama sering Tuhan menghukum secara langsung orang- orang yang melanggar kekudusanNya, seperti anak- anak Harun: Nadab dan Abihu. Mereka mati disebabkan karena mempersembahkan korban tanpa disuruh oleh Allah (Im.10:3}. Ananias & Safira terjadi pada zaman Perjanjian Baru.
Dari kisah ini, kita mengambil empat pelajaran yang penting:
I. Tidak ada gereja yang sempurna
Perkembangan Gereja Kristus setelah hari Pentakosta sungguh sangat luar biasa. Kisah Rasul 2:47 menjelaskan bahwa tiap- tiap hari Tuhan menambahkan jiwa- jiwa baru, sehingga Kisah Rasul 4:4 melaporkan bahwa jumlah jemaat sudah mencapai 5000 orang pria (belum termasuk wanita).
Pada waktu itu, gereja bukan hanya bertumbuh secara quantitas saja, melainkan juga kwalitas. Hal ini dilaporkan pada Kisah Rasul 4: 32- 37, dimana jmeaat saling hidup didalam kasih, sehingga dengan demikian diantara mereka tidak ada yang berkekurangan. Namun sayang sekali, ditengah- tengah suasana yang indah ini, muncullah kisah Ananias dan Safira: Mereka menjual tanahnya, tetapi uang hasil penjualan itu disisihkan sebagian buat mereka sendiri dan membohongi Petrus. Akhirnya terjadi hal yang fatal, yaitu kematian. Tetapi kenapa masih ada juga anggota jemaat seperti Ananias dan Safira? Ini menunjukkan satu fakta bagi kita bahwa gereja di muka bumi ini tidak ada yang sempurna: Biarpun gereja pada waktu itu sedang mengalami suatu kebangunan rohani yang dahsyat, tetap saja ada kekurangannya. Ada pepatah yang mengatakan Tidak ada gading yang tidak retak. artinya
Aplikasi:
Selama kita masih dibumi ini, jangan mencari gereja yang sempurna. Pasti setiap gereja ada kekurangan. Kecenderungan untuk mendukakan Roh Kudus itu masih ada.
Contoh:
John Bevere dalam bukunya ‘The Bait of Satan’{pg.50}, mengatakan, saat ini orang pindah gereja seperti pindah restoran, kalau melihat masalah dalam gereja cepat cari gereja lain (misalnya, pastornya tidak bisa kotbah, pastor mengambil keputusan kurang bijaksana, kurang setuju dengan cara pastor menggunakan uang gereja, atau terlalu dekat dengan pastor bisa melihat semua kelemahannya).John menjadi anggota dari 2 gereja dalam kota yang berlainan sudah 14 tahun. Permulaannya, John tertarik dengan seorang pengkotbah, yang pandai mengajar dan dia menetap digereja itu. Tetapi suatu kali ada masalah, dia dan beberapa orang merasa pendeta itu tidak mengambil keputusan dengan bijaksana, John merasa kesal, sehingga dia merasa kotbahnya pendeta itu jadi hambar (Amsal 26:20, “Bila kayu habis redalahlah api, bila pemfitnah tidak ada redalah pertengkaran”}. Lalu ada sepasang suami- isteri yang keluar dari gereja dan beberapa orang, mendirikan gereja sendiri. Couple ini berkata pada John:”..Kamu pasti adalah the men of God, karena kamu merasakan masalah yang ada…” kelihatannya rohani sekali kata-katanya. Lalu John ditawari pelayanan oleh pendeta yang baru dan dia pindah. Setelah beberapa saat dia dan isterinya merasa tidak enak kalau melihat pendeta yang baru,akhirnya mereka memutuskan untuk kembali ke gereja asal. John mengadakan rekonsiliasi dengan pastornya yang lama dan luar biasa dia merasakan damai sejahtera kembali.
John berkata, kalaupun kita pindah gereja harus seperti yang tertulis dalam Yes.55:12 ”...sungguh kamu akan berangkat dengan suka cita dan akan dihantarkan dengan damai.” Jadi tidak dengan membawa rasa kesal,seperti yang basanya terjadi. Dalam 1Kor.12:18, Paulus menulis:”Tetapi Allah telah memberikan kepada anggota masing- masing secara khusus suatu tempat pada tubuh, seperti yang dikehendaki Nya”. Jadi bukan yang seperti kita kehendaki. John berkata makin kita menuruti kehendak Tuhan untuk tertanam pada suatu gereja , makin Iblis ingin berusaha mencabut akarnya.
Kita selalu kalau merasa pemimpin kita tidak benar terus kita pikir kita perlu kasih tahu orang lain supaya yang lain tidak terluka, tetapi John berkata sebenarnya Tuhan ijinkan kita melihat masalah, hanya Dia ingin menguji kesetiaan dan ketaatan kita, karena ini syarat untuk kita bertumbuh.

Kita bisa belajar dari:

Samuel dikirim Tuhan (bukan iblis) ke imam Elli yang anaknya korupsi dan berjinah, tetapi Samuel setia.
Daud, Tuhan tempatkan dibawah kuasa Saul yang suka kerasukan setan dan cemburu, tetapi Daud tetap rendah hati.



Jadi, camkanlah! Bahwa dibumi ini tidak ada gereja yang sempurna.


II. Tuhan selalu melihat motivasi kita
Annias dan Safira jelas bermaksud baik: mereka menjual tanah mereka untuk menolong orang yang berkekurangan. Pada waktu itu banyak orang- orang kaya yang menjual tanah mereka, lalu membawa uang hasil penjualan itu ke kaki para rasul. Kemudian rasul- rasul yang membagikan semua uang itu kepada mereka yang berkekurangan, para janda dan fakir miskin. Nah, Ananias dan Safira ingin juga ambil bagian dalam hal memberi. ‘Tujuan’ mereka sebenarnya sangat baik. Namun, motivasinya salah: Ingin menerima pujian dan kehormatan dari orang lain.
Aplikasi:
Berapa banyak orang Kristen yang salah di dalam motivasi. Tujuannya seolah- olah baik, tetapi motivasinya salah.
Contoh:

Memberi persembahan

Melayani Tuhan

Didalam Kolose.3:23, Paulus berbicara mengenai motivasi dalam ketaatan, ”Apapun yang kamu kerjakan, perbuatlah dengan segenap hati seperti untuk Tuhan bukan untuk manusia.” Tetapi Alkitab tidak pernah membenarkan sebagai berikut: “Asal tujuannya baik, maka cara mencapai tujuan itu tidak jadi masalah.”
Ada tiga hal yang benar menurut pandangan Allah di dalam melakukan sesuatu:

Motivasi harus benar
Sesuai Firman Tuhan
Tujuannya harus baik

Contoh:
Suatu kali ada seseorang datang kepada Yesus dan berkata: “Aku juga akan mengikut Engkau, bahkan kemana saja Engkau pergi.” Lalu jawab Yesus:”Srigala mempunayi liang dan burung mempunyai sarang, tetapi Anak manusia tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepalaNya.” (Luk. 9: 57- 58). Kenapa Tuhan Yesus berkata demikian? Karena Dia langsung mengenal motivasi dari orang tersebut. Dalam Kis. Rasul 8, Lukas mencatat tentang Simon (latar belakang tukang sihir) yang ingin mendapat kuasa urapan dari Petrus dengan membayar uang.
John Bevere semasa dia menjadi youth pastor, dia mengajar anak muda dengan keras untuk hidup benar. Seorang anak muda dalam asuhan dia merasa terkena dengan Firman, dan menangis, tetapi kehidupan orang tuanya tidak mendukung dia untuk berubah, sedangkan papanya itu atasan John dalam pelayanan, akhirnya anak ini menyebarkan fitnah terhadap John, termasuk papanya, bahwa John akan dikeluarkan dalam pelayanan. Senior Pastor memanggil John untuk menyelesaikan dengan orang tersebut, tetapi setelah bertemu dengan orang ini malah John mendapat surat tentang sebab- sebab John dikeluarkan. Dia marah dan ingin memberitahukan senior Pastornya, supaya orang tidak sampai tertipu oleh orang ini, tetapi John berdoa dan tidak merasa damai, lalu dia putuskan untuk diam saja, dan dia datangi atasannya, dia minta maaf dan berdamai. Tidak berapa saat kemudian sampai pada senior Pastornya tentang ketidak jujuran orang tersebut dan dia dikeluarkan dari pelayanan{The Bait of Satan pg.40-44}. Disini John menjelaskan tentang motivasi dia, sewaktu dia ingin memberitahukan senior pastor, seolah-olah untuk supaya orang lain tidak terpengaruh dengan orang tersebut, tetapi dibalik itu dia sebenarnya ingin membalas kemarahannya.
Motivasi kegereja: cari teman, kesepian, atau karena nganggur?
Jadi berhati- hatilah dengan motivasi: Jangan pikirkan terlebih dahulu ‘tujuannya’ melainkan ‘motivasinya’.

III. Sikap yang munafik adalah kebencian Tuhan
Kematian Ananias dan Safira bukan disebabkan dosa perzinahan, membunuh atau tidak mengampuni saudaranya yang lain, melainkan karena ‘munafik’.Salah satu dari delapan area yang harus kita menang supaya masuk ke Yerusalem yang baru (sorganya orang Kristen) adalah menang atas ‘dusta’ (Why. 21: 8). Dan kata dusta itu terbagi dua:

Dusta mulut= bohong
Dusta dengan perbuatan = munafik

Contoh:
Suatu hari si Kancil lelah sekali dan haus, lalu dia melihat buah anggur, dia pikir bagus sekali buahnya, dan dia berusaha untuk mendapatkan buah anggur itu, tetapi setelah berusaha dia tidak dapat juga, lalu lewat si monyet, dan kemudian si Kancil mengatakan bahwa dia sangat lelah dan haus. Kemudian si monyet bertanya: ”mengapa kamu tidak makan buah anggur itu?”, Lalu si Kancil menjawab: ”ach, anggur itu asam dan tidak enak.” Monyet mencoba anggur itu dan berkata dasar si Kancil munafik. Dan terkenal dengan pribahasa si Kancil ingin mendapatkan anggur, tidak mendapatkannya, mengatakan anggurnya asam.
Demikian dengan Ananias dan Safira,didepan umum mereka seolah- olah suka rela, tetapi sebenarnya mereka tidak rela sehingga mereka bohong,dan menyimpan sebagian hasilnya. Salah satu karakter orang Farisi yang sangat menonjol adalah ‘kemunafikan’. Oleh sebab itu, Tuhan Yesus sangat menggecam orang- orang Farisi {Lukas 11:42}.

Aplikasi:

Salah satu senjata Iblis yang paling ampuh didalam gereja Tuhan adalah, memakai orang- orang munafik. Oleh sebab itu, sering terjadi perpecahan atau perselisihan di dalam gereja.
Para orang tua hati- anak jangan biarkan anak-anak kita punya kebiasaan bohong.
Mahatmah Gandhi respect dengan Yesus tetapi mengecam orang Kristen munafik.



Jadi berhati- hatilah dengan kemunafikan.


VI. Persepakatan yang negatif selalu membawa kehancuran
Kis. 5: 2, mengatakan bahwa, Ananias menipu dan berdusta dengan setahu istrinya, yaitu Safira.
Kis. 5: 9, mengatakan bahwa Ananias dan Safira bersepakat untuk berdusta. Ini yang menyebabkan kebinasaan bagi mereka berdua. Tentu ceriteranya akan lain, apabila pada waktu itu, Safira menasehatkan suaminya untuk tidak berdusta. Suami- isteri Tuhan persatukan untuk saling melengkapi. Submission (penundukan diri) itu dalam arti kita tetap tahu kebenaran. Ada peribahasa yang mengatakan bahwa “isteri itu nang surgo manut, nang neroko katut”. Ini bukan submission. Dalam surat Filipi 2: 2, dikatakan “Hendaklah kita sehati, sepikir, setujuan.”Filipi 2: 5, “Hendaklah menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat dalam Kristus.” Karena itu laki-laki dan wanita, suami dan isteri, masing-masing harus mempunyai hubungan pribadi dengan Tuhan.

Aplikasi:
Persepakatan yang negatif selalu membawa kehancuran:
Contoh:

Adam dan Hawa
Abraham dan Hagar atas nasehat Sarah.
Abigael dengan suaminya Naban, Abigael sebagai isteri yang bijaksana.
Persahabatan (riot di Indonesia)
Gereja (para elders)
Rumah Tangga


Tetapi sebaliknya terjadi, apabila dua orang bersepakat untuk sesuatu yang baik, maka akan terjadi mujizat (Matius 18: 19). Ini terutama untuk keluarga yang percaya sangat berkuasa.

Jadi, berhati- hatilah didalam kesepakatan yang negatif. Karena itu awal dari sebuah malapetaka dalam hidup seseorang.



Konklusi:
Setelah Petrus mengalami peristiwa Ananias dan Safira, ketika ia sudah lanjut usia dan akan mengakhiri pelayananya, dia menuliskan ayat berikut ini (1 Petrus 1: 15- 17): “Hidup kudus.” Kita harus serius dengan bergereja, memperbaiki motivasi kita setiap hari, menghilangkan kebiasaan untuk bohong serta mempunyai pikiran seperti Kristus.

No comments:

Post a Comment

NAMA ALLAH ISRAEL - Juliman Harefa