Tuesday, February 21, 2012

KEMERDEKAAN DARI KUASA DOSA Rom 6:1-14

Nama: Jhon Sadarman. Simarmata
Nim : 100277
Tkt./Smt : II/Tiga
SEKOLAH TINGGI TEOLOGI PROVIDENSIA
BATU, Desember 2011




KEMERDEKAAN DARI KUASA DOSA
Rom 6:1-14
Syalom…… salam sejahtera yang dari Tuhan kita Yesus Kristus bagi kita semua….
Firman Tuhan pada hari ini ialah dari surat Roma 6:1-14 dengan tema: “kemerdekaan dari kuasa dosa”.
Sebelum kita lanjut lebih dalam ada baiknya jika kita melihat sedikit latar belakang pendengar atau penerima surat pada zamannya. Bangsa Yahudi adalah orang yang melakukan hukum Taurat dengan taat, dengan motifasi yang salah, dimana mereka melakukan hukum taurat untuk mendapat keselamatan. Mereka mengangggap bahwa keselamatan itu bisa mereka dapatkan dengan kebaikan atau perbuatan mereka. Namun Firman Tuhan ini tidak terbatas hanya bagi mereka saja dan pada zaman m,ereka saja, namun bagi semua orang pada zaman dahulu sampai sekarang bahkan sampai kedatangan Tuhan yang kedua kali sebagai hakim bagi kita. Bahkan mungkin diantara kita ini juga ada yang beranggapan bahwa selama ini kita melakukan suatu kebaikan supaya kita layak dihadapannya dengan kata lain supaya kita beroleh hidup yang kekal
Kita melihat di ayat 1-2 paulus membuat satu pertanyaan retorik, untuk mengantisifasi pertanyaan-pertanyaan yang datang atau yang mungkin datang dari pendengar atau pembaca, tentang pernyataan yang ia berikan di pasal 5:20-21 “dimana dosa bertambah banyak, di sana kasih karunia menjadi berlimpah-limpah. paulus bermaksud bahwa kasih Tuhan itu tidak terbatas bagi siapa saja, dia Mahakasih dan penyayang, namun dia juga adalah adil yang menghukum setiap orang yang melakukan kejahatan.
Indonesia merdeka pada tahun 1945, dengan usaha dan kegigihan para pahlawan kita yang telah gugur di medan perang. Mereka mempertaruhkan titik darah penghabisan untuk memperjuangkan rakyat, bahkan bangsa dan Negara yang mereka cintai, dan pada akhirnya kemerdekaan itupun mereka terima melalui begitu banyak nyawa yang hilang. Meskipun kenyataannya hingga sekarang kita dijajah oleh keadaan zaman yang semakin hari semakin jahat. Namun kita akan melihat karya Tuhan Yesus yang begitu dasyat yang tiada tandinghnya, yang melebihi perjuangan para pahlawan kita itu. Ayat 6 berbicara tentang manusia lama, yang berarti: “totalitas hidup kita sebelum kita dibenarkan Kristus atu dengan kata lain kita berada di luar Kristus. Sunestaurothe dari bahasa aslinya/ Yunani, artinya: “ikut serta disalibkan”. Hidup lama kita itu telah Dia tanggung di kayu salib sekali untuk selama-lamanya. Tujuan Tuhan Yesus ialah supaya kita tidak lagi menghambakan diri lagi kepada dosa, melainkan menghambakan diri kepada Tuhan kita Yesus Kristus yang adalah Juruselamat kita, yaitu dengan cara memuliakan Tuhan, lewat puji-pujian, doa-doa kita, membaca Firman Tuhan serta melakukannya. Kita merenungkan kembali pengorbanan Kristuys yang begitu menderita, dicacimaki, di hina, diperhadapkan dengan mahkama agama, dan dijatuhi hukuman mati, namun sebelum dihukum mati Ia terlebih dahulu menerima penderitaan yang sangat luar biasa itu, hingga Ia disalibkan, asalkan manusia yang Dia kasihi jangan jatuh ke dunia orang mati/ maut yang adalah upah dosa.
Kita yang mati bersama kristus, kita juga telah bebas dari dosa. Bebas dari dosa berarti dimerdekakan dari perbudakan dosa. Bukan berarti kita sama sekali tidak dapat melakukan dosa lagi, namun yang dimaksudkan disi ialah statusnya dosa tersebut yang tidak berkuasa lagi bagi kita, karena kita telah ditebus oleh darah Kristus yang begitu mahal dan tidak dapat dibayar siapapun. Namun bukan berarti kita beranggapan bahwa kita yang sudah diselamatkan bisa melakukan kejahatan dengan sesuka hati kita. Barangsiapa telah diselamatkan oeh Tuhan maka ia pasti menunjukkan imannya yang dikaruniakan Tuhan kepadanya, untuk selalu bersyukur buat kasih karunia yang telah ia peroleh, dengan berbuat baik dan memuji, memuliakan Tuhan, dan bukan perbuatan kita itu untuk menyelamatkan kita, melainkan hanya sebagai ungkapan syukurlah yang bisa kita berikan kepadanya, bahkan dari pada itu mempersembahkan totalitas hidup kita sebagai persembahan yang berkenan kepada Tuhan. Namun kita tidak hanya mati saja bersama Yesus, tetapi juga bangkit bersama Kristus, sehingga kita memperoleh hidup yang kekal nantinya ketika kedatangan Tuhan kita yang kedua untuk membangkitkan orang yang mati dan mengangkat orang yang hidup, sekaligus kedatangan Tuhan sebagai hakim bagi umat m,anusia.
Dan ayat 11 merupakan kesimpulan dari ayat-ayat sebelumnya. Kita memandang, memperhitungkan bahwa kita telah mati bagi dosa dan hidup bagi Allah. Sedangkan ayat-ayat 12-14 merupakan nasihat-nasihat praktis bagi kita, yaitu: sebab itu hendaklah dosa jangan berkuasa, berarti kita harus berusa sebisa mungkin untuk melawan godaan yang bersifat keduniawian yang menimbulkan dosa baik bagi kita maupun bagi orang lain. Janganlah menyerahkan anggota-anggota tubuhmu kepada dosa, artinya ilah setiap yang termasuk ke dalam anggota-anggota tubuh sangatlah mungkin melakukan yang baik dan yang jahat, contohnya, tangan sangatlah mungkin memukul orang jika kita sedang dalam emosi yang sangat tinggi. Jadi kita harus bisa mengontrol diri kita terhadap yang berdampak ke dalam dosa. Tetapi serahkanlah tubuhmu, kata tetapi merupakan kontras antara kalimat sebelumnya dengan kalimat tersebut. Yaitu supaya kita menyerahkan atau memberikan anggota-anggota tubuh kita dengan sukarela dan penuh sukacita untuk memuji dan memuliakan Tuhan.
Jadi, bapak/I saudara/I kita yang percaya kepada Tuhan kita Yesus Kristus harus menyakini bahwa kita yang mati bagi dosa dan telah hidup bagi Allah, supaya kita melakukan kehendak Tuhan. Dan marilah kita mengoreksi diri kita dihadapan Tuhan apakah kehidupan lama kita sudah mati bersama Tuhan atau sebaliknya kita masih senang dan bahkan menutup-nutupi dosa kita dihadapan Tuhan. Banyak orang mengaku bahwa ia telah mati bagi dosa dan hidup bagi Allah, namun tidak sesuai dengan realita yang dia jalani, yang adanya hanyalah kebohongan belaka, dan ini tidak tertutup kemungkinan bagi pribadi hamba Tuhan. Karena ada hambaTuhan yang menghambakan hamba Tuhan. Dia tidak menyadari bahwa dirinya telah melakukan hamba Tuhan yang lain yang melayani di gerejanya atau lembaga Kristen dibuatnya seperti pembantu rumah tangga dan sebagainya.


KASIHILAH SESAMAMU MANUSIA
MATIUS 22:39
Syalom.... Terpujilah Allah kita Tuhan Yesus Kristus sangat mengasihi kita hingga saat ini kita bisa berkumpul hanya untuk memuji dan memuliakn Tuhan.
Seorang yang berpacaran sangatlah mengasihi pacarnya tersebut, bahkan mereka mau melakukan apa saja untuk menyenagkan pacarnya tersebut. Ada satu pasangan yang sudah 2 tahun lamanya berpacaran. Mereka berjanji untuk saling mengasihi/ saling memperhatikan, memberikan motivasi yang baik bagi pasangannya, bahkan mereka hendak ingin mejalani hubungan dengan serius, yaitu hendak ke pelaminan. Selama dua tahun yang telah berlalu hal itu bisa berjalan dengan baik. Namun pada suatu saat ketika sang perempuan berjan di suatu taman yang biasa tempat nongkrong buat orang yang sedang berpacaran, eh... ternyata sang cowok sedang merangkul perempuan lain dan mereka duduk mesra. Melihat hal itu, sang perempuan langsung terkena hujan deras yang tak terbendung, dia menangis dan ia langsung melarikan diri karena tak sanggup melihat pacarnya selingkuh.
Apakah kasih sang pria itu merupakan kasih yang tulus? Tentu tidak. Cerita tadi hanyalah contoh yang dapat kita jumpai dalam kehidupan kita sehari-hari. Tetapi kasih yang bagaiman yang Tuhan maksud bagi kita? Mari kita membuka Alkitab kita dari injil Matius 22:32, dikatakan “kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri”. Sedikit latar belakang kenapa hal ini di utarakan Yesus. Yaitu pada saat ituorang parisi dan ahli tauratingin menjobai Yesus. Orang parisi dan ahliu taurat merupakan tokoh- tokoh agama yang terkemuka di kalangan mereka. Bahkan mereka mengetahui hampir semua hukum taurat atau Firman Tuhan, namun tidak mereka lakukan di dalam hidup mereka. Dalam ayat ini Yesus telah mengatakan bahwa kasih kepada Allah merupakan hukum yang utama dan yang pertama, dan kasih kepada manusia adalah hukum yang kedua dari yang utama. Oleh karena itu di sini kita akan membas lebih dalam kasih kepada sesama, bukan berarti ini yang utama.
Mengapa kita harus mengasihi? Karena Bapa juga kamu (Yoh 16:27). Yesus adalah kepala jemaat. Berarti juga Dia lebih tinggi lagi sebagai kepala atas kita. Mungkin bapak/i sudah lama menenal yang namanya kasih. Namun sebatas manakah kasih itu kita nyatakan dalam hidup kita? Ketika kita mengalami penderitaan atau menerima sakit hati yang dalam dari orang yang sangat kita kasihi, seperti cerita di atas, mungkin pada saat itu kita berkomitmen tidak akan mau memaafkannya bahkan melihat dirinya saja mungkin kita merasa jijik, karena dia telah menusuk hati hingga meninggalkan bekas. Apakah hal yang seperti itu yang Tuhan maksud tentang kasih? Tentu tidak. Jikalau seandainya Tuhan kita seperti prinsip kita ini kemungkinan kita hanya berumur bulan saja, karena kita menerima hukuman dari Allah yaitu kematian, karena kita terlalu sering menyakiti hati-Nya. Namun kita tahu Allah adalah kasih dan Mahapenyanyang akan umat manusia. Jadi pertanyaannya ialah siapakah kita sehingga tidak mau mengasihi musuh kita atau orang yang menyakiti hati kita?
Dalam Efe 4:2 “hendakalah kamu selalu rendah hati, lemah lembut, dan sabar. Tunjukkanlah kasihmu dalam hal saling membantu. Sebelum kita menunjukkan kasih kita kepada orang lain ada tiga hal yang harus kita perhatikan dalam ayat ini yaitu: selalu rendah hati, berarti tidak sombong, l;emah lembut, berarti sopan, ramah tamah, perhatian kepada orang lain, dan yang terakhir dalam ayat ini ialh sabar, berarti kita harus taahn uji, kita tahu sampai diman kesabaran kita melalui permasahan aatu problem yang hadir di hidup kita, tanpa itu kita tak akan pernah tahi apa itu sabar. Dengan ketiga hal tersebutlah yang menjadi modal kita untuk mengasihi sesama bahkan musuh kita sekalipun.
Kita juga akan melihat bagaiman sebenarnya kasih yang Tuhan harapkan di dalam hidup kita. 1 kor 13:4-13, ayat-ayat ini sangatlah perlu kita baca dan renungkan berulang-ulang, agar kasih kita itu sungguh sangat benar di hadapan Tuhan dan bukan kasih yang akal-akalan. “kasih itu sabar; murah hati; tidak cemburu; tidak memengahkan diri”. Tadi sudah kita bahas tentang kasih itu adalah sabar, sekarang kita belajar kasih itu adalah murah hati, bukan berarti hati yang murahan, tetapi tidak jemu-jemu untuk melakukan yang baik. Tidak cemburu, berarti tidak iri hati dengan keberadaan orang lain, ya mungkin karena dia kaya, pintar, sukses, baik cantik dan lain sebagainya, sedangkan kita tidak.
Jadi saudara, jika kita mengaku bahwa kita mempunyai kasih baiklah kita tunjukkna bukan hanya perkataan saja. Seperti yang telah kita bahas tadi. Pertanyaannya sekarang apakah kita mau mengasihi sesama kita manusia? Jika kita membenci seteru kita, satu hal cara yang saya berikan agar kita dapat mengasihinya ialah bahwa kita bisa membenci tingkah laku/sirfatnya, namun tidak membenci pribadinya. Karena yang menyakita hati itukan sifat/ tingkah lakunya. Artinya bahwa, kita pun tidak lepas dari kesalahan, justru karena ada kesalahan maka ada pengampunan di dalam kasih. Jadi marilah kita saling mengasihi di dalam nama Tuhan kita Yesus Kristus dan hendaklah kita saling tolong menolong satu sama lain. Tuhan Yesus memberkati kita smua..... forever.......

RAHASIA KEBERHASILAN
KEJADIAN 11:1-9

Pendahuluan:
Semua orang pastilah ingin berhasil di dalam segala hidupnya, tak satupun yang mau menjadi orang yang gagal. Artinya bahwa appun yang sedang atau yang akna kita kerjakan kita ingin semuanya berhasil dengan nilai yang maksimal. Namun kenyataan yang sering kita jumpai di dalam kehidupan ini ialah kegagalan demi kegagalan, bahkan menguras segala jeripayah kita selama kita berusaha, sehingga yang timbul hanyalah kekecewaan dan keputusasaan.
Kita bisa melihat seorang juara bulu tangkis Indonesia yang pernah menerima medali emas atas keberhasilannya, namun pada pertandingan selanjutnya atau pada ajang Asia Games, dia mengalami kegagalan dengan tim tamunya yang dapat dikatakan masih dibawah gelar di dalam juara bulu tangkis. Kita juga dapat melihat seorang raja, yaitu Saul, yang diurapi oleh Tuhan sendiri, namun akhirnya dia ditolak oleh Allah.
Pertanyaannya ilah apakah yang kurang dari tokoh iman tersebut dan kita sehingga kita menerima kegagalan? Apakah kurang pintar?, kurang pengalaman? Kurang usaha? Kurang berpendidikan?, dan lain sebagainya.
Kejadian 11:1-9, menjelaskan factor-faktor yang menyebabkan kegagalan. Mungkin kita hanya berpikir kegagalan itu terjadi karena kurangnya pendidikan, kurang berpengalaman dan lain-lain. Namun dalam Firman Tuhan ini, Tuhanlah yang mengizinkan kegagalan itu terjadi. Mengapa? Mari kita melihat bersama-sama penyebab dari kegagalan ini.
Meninggikan diri/sombong (11:4a)
Keberadan manusia pada zaman sesudah air bah adalah satu bangsa, satu bahasa, satu logat (ayat 1). Pada saat itu dijelaskan mereka tinggal di Sinear atau yang disebut sekarang Babel dari bahasa Ibrani “balal”. Mereka pada saat itu sangatlah bersahabat/ dapat dikatakan hidup bersama, sehingga mereka ingin mendirikan satu kota dan satu menara.
“marilah kita dirikan bagi kita sebuah kota dan sebuah menara yang puncaknya sampai kelangit”. Biasanya menara dibangun untuk menjadi tanda tertinggi yang berhunungan dengan kotanya dan untuk pemuja-mujanya. Mendirikan menara yang puncaknya sampai kelangit, sehingga dapat terlihat dari segala penjuru, sehingga menjadi pusat bagi semua yang tingal di sana. Cita-cita yang ingin menjadikan kerajaan dunia yang meliputi semua manusia ini ialah bukti dari kesombongan manusia terhadap Allah. Jika kita melihat kejatuhan Lucifer (iblis) di dalam Yesaya 14:12-14, memiliki persaman makna, yakni ingin menyamai yang Maha Tinggi/Allah.
Kesombongan adalah awal dari kehancuran. Seperti yang dilakukan orang-orang yang ingin menyamai atau ingin bisa bertemu langsung dengan Tuhan, namun yang terjadi ialah kehancuran, dimana kota dan menara yang hendak didirikan tetapi tidak tercapai karena Tuhan mengacaukan bahasa mereka, dan sejak dari merekalah terjadi beragam macam bahasa.
Alangkah baiknya apabila kita mempunyai talenta khusus, karunia- karunia rohani, kekuatan fisik, kepintaran, cakap, beruang, bahkan kita lebih menonjol dari orang lain, dan kita patut bersyukur kepada Tuhan. Semuanya itu sangatlah baik jika kita gunakan dengan sebaiknya dan tanpa adanya rasa menyombongkan diri. Tetapi yang menjadi masalah, baru sedikit kita lebih sedikit dari orang lain, kita sudah merasa di atas awan yang sangat jauh, dan selalu di pandang manusi. Ketika ada kelebihan kita, justru mulai saat itu kita harus control diri karena disaat itu sangatlah mudah jatuh ke dalam dunia kesombongan.
Kita melihat kota Babel (nama setelah kekacauan bahasanya), mereka adalh orang yang pintar, bahkan mempunyai ide yang cemerlang. Bukti-bukti kepintaran mereka ialah pada zaman itu mereka mampu membuat batu bata, dan ter gala-gala (sekarang disebut dengan semen). Namun mereka ingin sederajat dengan Tuhannya, dan cari nama dan mereka ingin jangan terserak keseluruh bumi.
Motivasi yang salah (ayat 4b)
“marilah kita cari nama”, kalimat ini merupakan suatu motivasi yang salah dari orang babel. Tuhan menciptakan manusia agar manusia berbakti kepada-Nya, dan memuliakan Tuhan. Namun yang terjadi ialah bukannya mereka memuliakan Tuhan, namun mereka menyombongkan diri dengan motivasi yang salah. Menjadi pertanyan ialah apakah kita melakukan pelayanan untuk menyenagkan Tuhan atu sebaliknya untuk mencari muka seperti kebiasaan para ahli taurat atau orang parisi di dalam Perjanjian Baru?
Motivasi yang salah merupakan suatu factor yang membuat Tuhan mengizinka kegagalan terjadi di dalm kehidupan kita. Jadi sebelum kita bertindak berpikirlah dahulu karena Tuhan telah memberikan akal dan pikiran buat kiata berpikir sebelum bertindak.

1 comment:

  1. penguasaan materi masih kurang,, penggalian materi belum terlalu mendalam dan masih belum tersentuh makna yang sesungguhnya teks tersebut..
    GBU

    ReplyDelete

NAMA ALLAH ISRAEL - Juliman Harefa